Mimik muka bocah-bocah di SMP N 4 Leuwiliang, Rabu (16/9/2015) siang, tak seperti hari-hari biasanya. Gurat ceria tergambar saat jepret demi jepret kamera wartawan koran ini membidik tingkah dan polah mereka. Itulah kegirangan yang terasa di SMP N 4 Leuwiliang yang terletak di Kampung Pabangbong, Desa Cibeber II, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Tak cukup satu atau dua jam untuk mencapai sekoÂlahan yang berada di kaki Gunung Halimun. Jalan masuk menuju gedung sekolahan inipun butuh perjuangan lebih. Kerikil dan rute jalan yang naik turun menjadi tantangan tersendiri bagi para tetamu yang ingin singgah.
Berada sekitar delapan kilometer dari Kantor Kecamatan Leuwiliang, gedung SMP N 4 Leuwiliang berdiri di atas lahan seluas 6.245 meter perÂsegi. Tak heran jika sekolahan ini, acap dibanggakan masyarakat Desa Cibeber II saat bersamuh dengan dunia luar.
Gedung sekolah bantuan CorpoÂrate Social Responsibility (CSR) dari PT Astra International Tbk ini, sudah mampu meluluskan ratusan alumni untuk masuk ke sekolah lanjutan.
Enay Winarni, wanita tangguh yang dipercaya menjadi Kepala SekoÂlah SMP N 4 Leuwiliang, memiliki banyak aturan unik dalam menggemÂbleng minat belajar siswanya. Salah satunya adalah aturan siswa-siswi yang harus melepas sepatu dan kaos kaki saat masuk kelas. Aturan ini sengaja dibuat agar kebersihan keÂlas terjaga. Maklum, sebagian besar anak didik di sekolah ini berasal dari pedesaan dan pegunungan. “Kami berusaha agar sanitasi dan higienitas kelas terjaga. Kami tidak mau ada taÂnah merah dan kotoran masuk kelas. Tapi, kami sediakan alas kaki khusus bagi siswa-siswi yang izin ke toilet,†kata dia, menjelaskan.
Belum ada akses angkutan umum untuk menjangkau sekolah ini, keÂcuali tukang ojek yang selalu setia menunggu didepan gerbang sekolah serta disepanjang jalan utama Desa Cibeber II ini. Keprihatinan lainnya, di kawasan ini, belum ada akses inÂternet masuk.
SMP N 4 juga terbilang tak ketingÂgalan mengikuti mode pembelajaran sekolah umum di perkotaan. Fasilitas yang tersedia pun beragam.
Wakil Kepala Bagian Kurikulum, Suparti, berkisah banyak tentang ihwal lahirnya sekolahan tempat ia mengabdi. Awalnya, pada Tahun AjaÂran 2006/2007, siswa-siswi di SMPN 4 Leuwiliang terpaksa numpang beÂlajar di gedung SMPN 1 Leuwiliang. Atas inisiasi Disdik Kabupaten Bogor, sekolahpun diiris dua.
Akhirnya pada Tahun Ajaran 2007/2008, Disdik Kabupaten Bogor mendeklarasikan sekolah baru bernaÂma SMPN 4 Leuwiliang, dengan otoÂritas rumah tangga sendiri dibawah Pemkab Bogor. Pun memiliki nama baru, siswa-siswinya tak kunjung memiliki gedung tempat belajar. Atas inisiatif dewan sekolah, anak didiknya terpaksa diungsi belajarkan di gedung SDN Angsana 1 Leuwiliang.
Mukjizat pun datang. Pada pertenÂgahan Tahun Ajaran 2007/2008, PT Astra International Tbk turun tangan dan memberi bantuan. Perusahaan yang berdiri pada 1957 ini berinisiatif mendirikan gedung sekolah untuk siswa-siswi SMP N 4 Leuwiliang.
Suparti mengisahkan, tidak ada persyaratan yang dibebankan oleh pihak Astra. “Tidak ada syarat ini itu,†kata dia. “Perwakilan Astra datang sendiri kesini dan mensuÂrvei. Mereka juga mencari lahan untuk dibangunkan sekolah. Disini (Desa Cibeber II), sebelum ada sekoÂlah ini, wilayah ini masih sangat rawan. Tingkat pendidikan warga disini juga hanya sampai kelas enam SD. Karena mereka berpikir untuk melanjutkan ke SMP, jaraknya jauh. Setelah selesai sekitar bulan Agustus, baru gedung ini diserahterimakan kepada Pak Rachmat Yasin dan kami bisa menempati gedung baru,†kata Suparti, menerangkan.
Wanita berkerudung asli YogyaÂkarta ini nampak antusias menceriÂtakan asal muasal kantor tempat ia mengabdi. Maklum, sekolahnya jaÂrang terkena jepretan kamera media.
Dengan gamblang, Suparti juga menerangkan berapa besaran banÂtuan yang diberi oleh Astra. “CSR dari PT Astra International untuk sekolah ini Rp 3,73 miliar. Ini untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah seperti enam ruang belajar, satu ruang kepala sekolah, satu ruÂang guru. kursi, meja, laboratorium komputer serta 10 unit komputer dan laboratorium IPA,†kata dia.
Suparti juga mengaku, pihaknya acap mendapat bantuan rutin untuk perbaikan gedung dari Astra. “Rutin kami dapat, terutama untuk rehab gedung,†kata dia.
Minat sekolah warga Cibeber II seÂbenarnya tak gede-gede amat. Sebelum ada SMPN 4 Leuwiliang, banyak maÂsyarakat yang menginginkan anaknya membantu bersawah dan berkebun. Wajah suram tunas-tunas bangsa itu baru berubah saat gedung sekolahan baru muncul. “Dulu, sebelum gedung ini ada, banyak dari lulusan SD langÂsung disuruh kawin,†kata Suparti.
Selain tersedia gedung kelas utama, SMP N 4 Leuwiliang juga meÂnyediakan dua kelas jauh yakni di Sinar Karya Baru (SKB) yang berjarak tujuh kilometer dari gedung utama. “Disana, metode pembelajaran sama dengan sekolah utama. Ini seperti memindahkan SMPN 4 Leuwiliang lebih dekat kepada mereka. Karena kalau dipaksakan disini, jaraknya terlalu jauh. Tapi, materi yang diajarÂkan juga sama persis. Saat ujian pun, dilakukan di gedung utama,†papar Parti-sapaan akrabnya.
Bupati Bogor, Nurhayanti, juga mengakui, apa yang telah diperseÂmbahkan PT Astra International, suÂdah banyak membantu dunia pendiÂdikan di Kabupaten Bogor.
Astra, kata Yanti, juga telah memoles wajah Leuwiliang, kawasan yang dahulu kala pernah dinisbahÂkan sebagai tempat buang jin.
“PT Astra Internasional cukup berbuat banyak untuk mengubah wajah pendidikan kami. Terutama menumbuhkan minat belajar warga pedesaan,†kata dia. “Termasuk pelatihan untuk meningkatkan kualiÂtas para tenaga pengajarnya,†samÂbung Yanti.
Yanti juga berjanji bakal terus menjaga hasil CSR yang telah diberiÂkan PT Astra International dan terus meningkatkan pemerataan pembanÂgunan di Bumi Tegar Beriman teruÂtama dalam dunia sarana dan prasaÂrana pendidikan. “Saya berharap, Astra juga bisa membantu dalam hal lain diluar pendidikan. Seperti sarana olahraga, fasilitas umum dan transportasi. Karena untuk membanÂgun Kabupaten Bogor ini, saya meÂmerlukan andil dari segala elemen masyarakat,†pungkasnya.
Program Unggulan
Ada 480 murid yang kini berÂnaung di SMP N 4 Leuwiliang. MereÂka aktif mengikuti beraneka program unggulan sekolah, diantaranya kegÂiatan olahraga maupun dunia seni, serta hortikultura.
Enay Winarni, Kepala SMP N 4 Leuwiliang, menjelaskan, program utama adalah pengembangan miÂnat hortikultura untuk menciptakan Green School.
“Saya sudah membuat pola. Jadi setiap kelas harus menanam sayur-sayuran. Nantinya, sayuran ini akan dijual kepada orang tua murid saat pengambilan rapor siswa disetiap akhir tahun ajaran,†kata dia.
Ketua Osis SMPN 4 Leuwiliang, Mega, juga mengaku sangat gembira dengan adanya sekolah ini. “Orang tua saya tadinya berpikir, untuk maÂsuk SMP, perlu waktu lama karena jaraknya jauh. Apalagi kendaraan umum belum ada. Cuma ada ojek disini. Sempat juga sih takut kalau sampai tidak bisa melanjutkan sekoÂlah,†pungkasnya. (*)