Laporan inventarisasi dan identifikasi emisi gas rumah kaca Kota Bogor tahun 2014, mencatat bahwa total emisi gas rumah kaca di Kota Bogor mencapai 2.661.833,84 ton karbondioksida emisi. Hal ini menunjukan kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 2.080.341,80 ton karbondioksida emisi.
Oleh : RIZKY DEWANTARA
[email protected]
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, bertolak ke Paris, kemarin pagi. SeÂbelum berangkat, Bima mengatakan, Pemkot Bogor berkomitmen kuat dalam memanÂtapkan aksi adaptasi dan mitigasi peÂrubahan iklim di Kota Bogor, antara lain melalui pengesahan peraturan daerah-peraturan daerah dan penÂganggaran dalam APBD.
Dalam konteks itulah, sambung Bima, Pemkot Bogor akan memenuhi undangan Exclusive Briefing To ICLEI Members On Highlighted Events For Local Governments At COP21, di Le Bourget – Paris dan Climate Summit for Local Leaders pada 04 Desember 2015 di Balaikota Paris.
Bima merinci, acara-acara terseÂbut merupakan bagian yang tidak terÂpisahkan dengan acara Conference Of Parties (COP21) yang diselenggarakan oleh United Nations (UN)/PBB melalui UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change).
“Acara ini akan dihadiri oleh lebih dari 1.000 undangan yang terdiri dari kepala negara, kepala pemerintahan, menteri, gubernur, walikota, parleÂmen nasional dan kota, akademisi, praktisi dan ahli lingkungan hidup dari seluruh dunia, termasuk PresÂiden Republik Indonesia, Joko WidoÂdo dan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama,†ungkapnya.
Konferensi ini, kata Bima, dilatarÂbelakangi oleh kepedulian seluruh negara terhadap hasil telaahan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) melalui Assessment Report Kelima (AR 5) yang mengindikasikan kenaikan suhu global di atas 2 deraÂjat celsius pada tahun 2100 jika tidak ada langkah-langkah yang lebih keras dari seluruh negara untuk menuÂrunkan emisi gas rumah kaca.
“Konferensi di Paris ini, meminta semua negara dan kota mengajuÂkan komitmen penurunan emisi gas rumah kaca masing-masing yang akan diterapkan pasca-2020 dengan menghasilkan kesepakatan baru yang terdiri atas komponen mitigasi, adapÂtasi, pendanaan, pengembangan dan transfer teknologi, pengembangan kapasitas dan transparansi informasi mengenai aksi adaptasi dan mitigasi yang telah dilakukan dan dukungan yang diperoleh. Nanti, diharapkan akan menghasilkan Protokol Paris sebagai pengganti Protokol Kyoto yang akan menciptakan peradaban baru bagi keberlangsungan kehiduÂpan umat manusia dimasa yang akan datang,†beber Bima.
Bima menyebut ada tiga isu pentÂing yang akan dibawa Pemkot Bogor dalam forum ini yakni kesepakatan perubahan iklim yang akan dibahas harus menyebutkan secara tegas konÂtribusi negara maju terhadap dana perubahan iklim atau Green Climate Fund sebesar minimal US$100 miliar per tahun kepada kota-kota di negara berkembang, termasuk Kota Bogor. Yang kedua kesepakatan perubahan iklim harus bersifat mengikat secara hukum atau legally binding. Dan yang ketiga negara maju akan mendukung aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, menjamin transparansi, transÂfer teknologi serta pengembangan kapasitas guna mengembangkan dan menerapkan aksi perubahan iklim dikota-kota seluruh dunia, termaÂsuk Kota Bogor.
Sementara itu, Irwan PulunÂgan, Areal Manager ICLEI IndoÂnesia mengatakan, Bima akan menjadi panelis dan pembiÂcara dalam berbagai panÂel, seminar dan summit yang ada. Irvan meÂrinci ada tiga tema paparan yang akan dibawa Pemkot Bogor yaitu “Road To Bogor Green Cityâ€, “Bogor Green Investment†dan “Bogor Cities Transport & CliÂmate Changeâ€. Pemaparan ke tiga materi tersebut merupakan suatu kehormatan yang luar biasa bagi Kota Bogor, karena akan disamÂpaikan peran aktif Kota Bogor dalam mendukung aksi mitigasi dan adaptasi peÂrubahan iklim dihadapan masyarakat internasional. Selain itu juga akan disamÂpaikan harapan agar Kota Bogor dan kota-kota lain di negara berkembang untuk mendapatÂkan dana perubaÂhan iklim sebesar US$100 miliar per tahun,†rinciÂnya.
(Yuska)