Polda Jawa Barat (Jabar) masih penasaran dengan adanya bos besar yang berada dibelakang gurandil hingga nekat mencari emas di kawasan Antam. Apalagi, sudut kemiringan di tempat longsoran mencapai 120 derajat.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Sulityo Pudjo mengungkapÂkan, dengan diturunkannya tim dari Mabes Polri, kasus pembongÂkaran biang besar para gurandil menjadi semakin terbuka. Ia pun mengimÂbau para satpam Antam jangan bekerjasama untuk meloloskan para gurandil.
“Gunung itu kan luas sekali. Silahkan saja satpam Antam melaporkan kepada kepoliÂsian jika melihat praktik penambangan liar disana. Apalagi sampai mencuri di area AnÂtam,†kata Pudjo, Rabu (28/10/2015).
Setelah penertiban beberapa waktu lalu, Polda Jabar pun memerintahkan Polres BoÂgor untuk membongkar siapapun yang menÂjadi bos para gurandil. Termasuk para pejaÂbat teras di Kabupaten Bogor.
“Jangan berprasangka buruk dulu. Pengembangan kan kami serahkan ke Polres Bogor. Kalau memang ada pelanggaran huÂkum, siapapun orangnya harus ditindak sesÂuai dengan hukum yang berlaku,†tegasnya.
Penertiban pemukiman gurandil di KamÂpung Ciguha, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung beberapa waktu lalu sepertinya sia-sia. Terbukti dengan dengan masih adÂanya gurandil yang menyusup dan tertimbun longsor di Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) PT Antam Tbk itu.
Pihak Antam pun mengakui jika lemah dalam pengawasan di areal tambang seluas 6.000 hektare itu dengan banyaknya akses untuk mencapai lumbung emas Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Sebenarnya ada empat desa yang jadi akses utama seperti Desa Pangkal Jaya, CisaÂrua, Bantar Karet dan Malasari. Itu sudah diamankan, Tapi masih ada beberapa lainÂnya yang ada di perkampungan yang sulit diawasi. Dari Kopo dan Simanganten,†kata humas Antam Pongkor, Bagus Purbananda.
Disinggung soal rencana pemasangan kamera pengintai atau CCTV oleh Antam di titik rawan gurandil, Bagus menyatakan hal itu masih sebatas wacana. “Mau dipasang di mana saat ini kami belum tahu karena luas wilayahnya 6.000 hektare,†kata dia.
Sebelumnya, Mantan Wakil Bupati (Wabup) Bogor, Karyawan Faturachman menilai, kedekatan Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Ade Ruhandi dengan Kapolres Bogor, AKBP Suyudi Ario Seto sebagai upaya untuk memberikan tekanan kepada polres agar tidak terlalu lebar dalam mengemÂbangkan kasus pongkor.
“Itu taktik Jaro Ade (panggilan Ade Ruhandi, red) dekat dengan kapolres buat membuat kagok dalam penÂgusutan kasus Pongkor. Sementara dia sudah diperintahkan Kapolda Jawa Barat. Makanya jangan mau diÂpepet sama Jaro Ade,†tegas pria yang kini fokus menjadi budayawan itu, SeÂlasa (27/10/2015).
Mantan wabup yang akrab disapa Karfat ini melanjutkan, dengan keakraban yang dijalin antara kapolres dan Jaro Ade, untuk menghambat laju AKBP Suyudi Ario Seto untuk membongkar penadah-penadah besar yang diduga dilakoni pejabat teras di Bumi Tegar Beriman.
“Makanya dia pernah kan waktu diwawancara biÂlang ‘hati-hati kamu kalau bicara’. Itu tuh dia takut diungkap kalau ada keterÂlibatannya. Semua warga di sekitar Pongkor sudah tahu kok siapa Jaro Ade itu,†katanya. (*)