BOGOR TODAY – Pembangunan lintasan kereta api ringan atau light rail transit (LRT) disebut tiÂdak akan menganggu lalu lintas jalan tol dalam Kota Jakarta.
Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman menjelaskan, rute LRT yang akan dibangun memanjang dari Bekasi Timur menuju Cawang mencapai 50 kilometer (km). Kemudian, jalurnya menuju ke tengah kota yang melintasi lajur tol dalam kota sepanjang 17 km.
Aditya menegaskan, jalur tersebut memanfaatkan sisi selatan dan utara jalan bebas hambatan sehingga tidak akan mengganggu lalu lintas jalan tol yang ada. “Sementara, trasenya sudah ditetapkan tidak mengganggu jalan karena LRT-nya ada di sisi selatan dan utara jalan tol. Jadi, tidak melintasi langsung tengah,†kata Adityawarman di JaÂkarta, kemarin.
Sebelumnya, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan LRT terinteÂgrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi yang ditanÂdatangani Presiden Joko Widodo pada 2 September 2015, disebutÂkan dibangun dengan memanÂfaatkan ruang jalan tol dan ruÂang milik jalan arteri.
Menurut perpres ini, menteri pekerjaan umum dan perumaÂhan rakyat (PUPR) memberikan persetujuan atas pemanfaatan ruang jalan tol di ruang milik jalan tol dan ruang milik jalan arteri yang dimanfaatkan dalam rangka pembangunan prasarana kereta api ringan (LRT) terinteÂgrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi.
Pengamat transportasi, Yoga Adiwinarto, menyatakan, pemÂbangunan LRT di tepi jalan tol bakal sulit diwujudkan. Dia bahkan menilai, LRT dibangun tanpa perencanaan matang dan terkesan terburu-buru. AkibatÂnya, banyak pembangunan yang mangkrak atau bahkan berbenÂturan dengan sistem transpotasi lainnya. “Di Jakarta, sudah banÂyak gedung, jalan tol, jembatan penyeberangan orang, flyover, dan segala macam. Artinya, pembangunan LRT nggak akan segampang itu,†kata Yoga.
Dia mengatakan, pemerintah harusnya lebih menggodok seÂcara matang perencanaan pembangunan moda transportasi massal itu sebelum pembanguÂnan dimulai. Dengan kondisi tata kota Ibu Kota, kata dia, masih banyak moda transportasi lain yang lebih efektif dikembangÂkan ketimbang LRT, semisal Transjakarta. Sayangnya, kata dia, pemerintah terÂkesan ingin mengambil momentum pelaksaan Asian Games 2018 seÂhingga pembangunan MRT dipaksakan. “PaÂdahal, Transjakarta itu memiliki potensi,†kata dia.
Yoga mencontohÂkan pembangunan Transjakarta di koridor 13 jurusan Tendean-Ciledug yang dibuat di jalur layang (elÂevated), namun terlalu tinggi. Hal itu terpaksa dilakukan untuk menghindari perlintasan yang sudah lebih dulu ada di atas. Menurut dia, jalur yang sampai 20 meÂter konsekuensinya penumpang menjadi tidak nyaman.
(Yuska Apitya/*)