Untitled-9DALAM mewujudkan enam kemanfaatan manusia dalam konteks alam lingkungannya (fisik dan sosial) sebagaimana dicapai Pajajaran dan Pakuan sampai era Prabu Sura­wisesa, berlaku prinsip-prinsip dasar kehidupan.

Bang Sem Haesy

PRINSIP dasar yang tercermin dalam tri­tangtu, dimulai den­gan keteguhan sikap dan tindakan (govern­ance action), terkait dengan penyelengga­raan manajemen pemerintahan, pembangu­nan, dan pemberdayaan masyarakat, dalam kes­elarasan jiwa raga.

Pedomannya jelas: Teguhkeun pageuhkeun sahingga ning tuhu, pepet byakta warta manah. Mana kreta na bwana, mana hayu ikang ja(ga)t, kena twah ning janma kapahayu. Maknanya: kukuhkan, kuatkan, (sehingga jelas) batas-batas kebenaran, penuh kenyataan sikap baik dalam jiwa (dan raga), maka akan sentosalah dunia. (Ditan­dai) dengan kesejahteraan hidup karena ditopang oleh karya kreatif dan inovatif) yang baik.

Untuk mewujudkan kes­emua itu, setiap insan selaku pemimpin wajib mengenali dan berkemampuan mengelo­la dirinya, baik pikiran, naluri, rasa, dan raga. Dimulai dengan kemampuan mengelola selu­ruh hal yang terkait dengan ko­munikasi dan interaksi sosial, visioneering, kesehatan, dan kesusilaan. Itulah yang dis­ebut sebagai sanghyang catur mula.

BACA JUGA :  Enak dan Menyehatkan Tubuh, Ini Dia 5 Manfaat Konsumsi Sarang Burung Walet

Pedoman ini dideskripsi­kan secara simbolis dengan idiom-idiom yang dipahami se­luruh kalangan pada masanya (dari kawula sampai petinggi). Begini bunyinya: Kurija ma ngara(n)na sawatek bijil ti sun­gut. Ma/n/taja ma nga-ra(n)na sawatek bijil ti panon. Bagaja ma ngara(n)na sawatek bijil ti baga. Payuja ma ngara(ii)na sawatek bijil ti tumbling. Ya sinangguh sanghyang catur mula ngara(n)na.

Kurija itu adalah segala hal yang keluar dari mulut, sebagai perlambang komu­nikasi dan interaksi personal dan sosial. Matanya, pandan­gan jauh ke depan dan strategi pencapaiannya. Bagaja terkait dengan fungsi reproduktif dan regeneratif yang melekat pada diri perempuan (termasuk tanggungjawab pendidikan ke­luarga sehat). Payuja berkaitan dengan penciptaan kondisi lingkungan sehat, dimulai dari kualitas sanitasi yang prima.

Saya tertarik dengan pedoman terkait sanghyang catur mula, karena pedoman hidup ini relevan dengan kon­sep pembangunan di bad mod­ern, termasuk konsep pem­bangunan berkelanjutan yang berlaku kini. Artinya, pedoman ini masih kontekstual dan rel­evan dengan upaya membang­kitkan kembali kejayaan Bogor.

BACA JUGA :  Rekonsiliasi Tokoh Politik Bumi Tegar Beriman, Jelang Pilkada 2024 Pajeleran dan Bilabong Kian Harmonis

Bila kedua pedoman di atas dipadu-padankan, kita akan bertemu prinsip-prinsip perumusan dan penegakkan peraturan (khasnya peratu­ran daerah) yang semestinya berorientasi langsung pada pencapaian kualitas lingkun­gan sehat, lingkungan cerdas, dan lingkungan mampu secara ekonomi. Bermuara pada kese­jahteraan rakyat yang berkead­ilan. Dalam konteks itu, ber­bagai peraturan daerah yang relevan dengan penciptaan ketertiban sosial masyarakat, bersinggungan dengan cara komunikasi. Termasuk strategi social marketing, termasuk pelurusan kembali fungsi me­dia massa sebagai sarana bagi masyarakat memperoleh infor­masi benar dan berorientasi kebenaran.

Media semacam itu ada­lah media yang mampu men­dorong partisipasi sosial, kri­tis dalam konteks penegakan prinsip-prinsip penegakan hukum berkeadilan. Sekaligus cerdas, sehingga menjadi pe­mandu bagi masyarakat untuk mengembangkan gagasan dan kreativitas mereka.

============================================================
============================================================
============================================================