angkot-bogorMEMBANGKITKAN kembali kejayaan Bogor (Kota dan Kabupaten) di masa kini dan nanti, merupakan aksi sejarah yang tak bisa diabaikan. Tidak hanya ka­rena Bogor mempunyai modal dasar basis nilai peradaban yang diwariskan dari masa lalu. Juga karena Bogor merupakan wilayah strategis, yang dalam strategi masa depan, sangat menentukan dimensi ke-Indonesia-an kita.

Oleh : Bang Sem Haesy

SECARA geografis, Bogor tak sekadar sebagai buffer zone bagi DKI Jakarta sebagai ibukota ne­gara, karena secara demografis, perkembangan Bogor akan sangat menentukan langsung ter­hadap dinamika pembangunan Jakarta yang kelak berpengaruh pada pamor Indonesia. Apalagi, di antara masa lalu dan masa kini, pernah terjadi kekeliruan dalam merancang ibukota negara.

Berbagai konurbasi ibukota tidak terkelola dengan baik, sehing­ga memberikan kontribusi masalah yang lumayan strategis juga. Perkembangan kota Depok, Bekasi, dan Tangerang, misalnya. Karenanya, Bogor yang merupakan hulu atas dua daerah aliran sungai (Ciliwung dan Cisadane) dengan belasan anak sungai, menjadi pe­nentu bagi terbentuknya lingkun­gan sehat bagi ibukota negara.

BACA JUGA :  Mau Traveling Kemana? Ini Dia Daftar 10 Hotel Terbaik di Dunia 2024, Dijamin Tak Mengecewakan

Segala pemikiran friksional yang pernah terjadi di masa lalu, antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Jawa Barat dan Banten, yang tak kunjung memberikan solusi untuk membuat Jakarta se­bagai ibukota yang patut dibang­gakan, mesti diambil inisiatif pe­nyelesaiannya dari Bogor.

Kita tak perlu lagi menarik urat leher untuk bertanya : Naha atuh kiwari geuningan sagala gati. Boganna pahiri-hiri. Parebut dipayung tangtung. Pagirang-girang tampian. Calik girang gede ajang. Naha alok henteu nyaho, somah nu lara balangsak. Tuh geuningan.. duh kaniaya.. Ya kita tak perlu bertanya, mengapa kini sekarang ‘berdarah-darah’ hanya karena sikap saling ngotot mem­pertahankan pandangan masing-masing. Berebut kemuliaan dan berlomba menunjukkan peran yang harus didahulukan, dengan membesar-besarkan peran dan fungsi. Mengapa kita tak melihat realitas brutal, betapa banyak rakyat yang hidup blangsak, di sepanjang aliran sungai Ciliwung dan Cisadane dan belasan anak sungai lainnya? Kasihan rakyat.

BACA JUGA :  Kecelakaan Pemotor Tewas Mengenaskan Tergeletak di Jalan Poros Trans Sulawesi, Korban Tabrak Lari

Spirit duduk bersama, melau­kan musyawarah, menata ulang tata fikir pengembangan wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, den­gan urutan yang tidak bermula dari problem generator (Jabo­detabek), melainkan dari prob­lem solver (Jabedetabog). Karena kata kuncinya adalah penyelesa­ian persoalan di hilir (Jakarta), harus dimulai dari hulu (Bogor).

DKI Jakarta dengan segala kelebihan yang dimilikinya, terutama Anggaran Pendapa­tan Belanja Daerah (APBD), mesti memasukkan keperluan pembenahan di hulu (Bogor) ke dalam politik anggarannya. Tak hanya berhenti hanya pada pem­bangunan waduk yang pernah disepakati oleh Jokowi (sebagai Gubernur DKI Jakarta) dengan Ahmad Heryawan (sebagai Gu­bernur Jawa Barat) dan Kemente­rian Pekerjaan Umum. Melainkan jauh dari itu, juga mesti meran­cang bersama konsep konurbasi secara langsung antara DKI Ja­karta dengan Bogor, dan Kemen­terian Agraria dan Tata Ruang. Khasnya, terkait dengan pena­taan ruang konservasi dan budi daya yang harus dikelola ber­sama. Dengan kesadaran ini, tak hanya Bogor yang akan kembali berjaya. Tapi juga Jakarta.

============================================================
============================================================
============================================================