ilustrasi-wbupMESKI belum memiliki seorang pendamping, Bupati Bogor, Nurhayanti enggan dibilang kesulitan dalam menjalankan roda pemerintahan Bumi Tegar Beriman. Ia pun mengaku masih terbantu dengan jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada.

RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]

Selama ini, kosongnya jabatan Wabup Bogor akibat saling jegalnya dua Ade yang ada dalam Koalisi Kerah­matan, yakni Ade Munawaroh Yanwar (PPP) dan Ade Ruhan­di (Golkar), sehingga sebagian koalisi diluar dua partai men­gusung nama Momon Permo­no dan Iwan Setiawan sebagai balon wabup.

“Tidak terseok-seok kok dalam menjalankan pemer­intahan. Kan ada SKPD dan Sekretaris Daerah (Sekda) yang juga membantu kinerja bupa­ti,” ujar Nurhayanti kepada Bo­gor Today, Selasa (16/2/2016).

Yanti bersikukuh menung­gu gabungan partai pengusung secara lengkap mengajukan balon wabup kepadanya, un­tuk kemudian diverifikasi dan dikembalikan ke DPRD untuk dipilih. “Setahu saya, koalisi belum duduk bersama secara resmi dan lengkap,” lanjutnya.

Wakil Ketua Bidang Poli­tik dan Hukum pada Komite Nasional Pemuda Indone­sia (KNPI) Kabupaten Bogor, Sulhan Kelana Bumi, bahwa pengisian F 2 sudah seharusn­ya dilakukan tak lama setelah Nurhayanti dilantik menjadi Bupati Bogor.

BACA JUGA :  Warga Desa Cemplang Bogor Diteror Maling, Satu Bulan 5 Kali Aksi Pencurian

Sulhan menganggap, saat ini keberadaan wakil bupati tidak penting lagi. Pasalnya, dengan adanya Sekretaris Daer­ah (Sekda) dibantu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Bumi Tegar Beriman, tidak akan mengurangi pelay­anan yang dilakukan pemerin­tah daerah kepada masyarakat.

“Kalau pengisian wabup itu hanya atributif, akhirnya menjadi sangat tidak jelas. Sekarang sudah ada Sekda, SKPD, Camat dan sebagainya. Jadi Bu Yanti tanpa wabup pun, pemerintahan masih bisa berjalan,” kata Sulhan.

Menurutnya, yang dilaku­kan Koalisi Kerahmatan bela­kangan ini hanya akal-akalan dan tidak jelas.

“Ya kenapa tidak dari dulu dilakukan. Kami dari kalangan pemuda menganggap, pengi­sian wabup sudah tidak pent­ing lagi,” tegasnya.

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari STKIP Leuwiliang, Yusfitriadi. Di­rinya menilai, memimpin Ka­bupaten Bogor seorang diri, Nurhayanti mulai kewalahan. Ini, karena Koalisi Kerahmatan seolah sengaja membiarkan posisi wabup kosong.

BACA JUGA :  Rio Ditemukan Tak Sadarkan Diri di Cidereum, Diduga Karena Kelelahan

“Sebaiknya para pimpinan koalisi menanggalkan egon­ya, karena untuk memimpin wilayah seluas Kabupaten Bo­gor, Bupati Nurhayanti, terlihat mulai kewalahan,” katanya.

Menurutnya, motor peng­gerak utama Koalisi Kerah­matan, yakni PPP dan Golkar belum bisa untuk bersuara men­genai siapa yang pas mendamp­ingi Yanti hingga 2018 nanti.

“Mereka belum bisa, lan­taran masih terlibat konflik kepengurusan yang sampai sekarang belum selesai, art­inya ada kesan posisi wabup sengaja disandera,” ujarnya.

Menurutnya, selain PPP dan Golkar, inisiatif anggota koalisi untuk melakukan per­cepatan pun seperti siasia.

“Koalisi Kerahmatan kuncinya ada di Golkar dan PPP. Tanpa melibatkan dua partai ini, rasanya sulit direalisasi­kan,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Nurhay­anti sebagai orang yang ‘diajak’ Rachmat Yasin dalam Pilkada 2013 lalu, tentunya ingin men­dapat restu dari dua partai tersebut. Terutama PPP.

“Bu Yanti, sebagai peng­guna tentunya ingin wakilnya mendapatkan restu dari Gol­kar dan PPP, sebab jika tidak akan berbahaya bagi Bu Yanti sendiri,” tegasnya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================