BOGOR, TODAY — Membanjirnya bawang impor eks Filipina dan Vietnam di pasar tradisional, dipastikan ilegal. Pasalnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) sampai saat ini belum membuka kran impor bawang merah untuk tahun 2015. Kemendag juga mengaku belum menerima informasi soal adanya bawang merah impor yang merajalela di pasar tradisional, termasuk Pasar Induk Keramat Jati, Jakarta Timur. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina akan segera melakukan pengecekan. “Saya mesti cek dulu benar nggak,†kata Srie, Senin (25/05/2015). Srie menegaskan pihaknya belum mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI) bawang merah. Namun yang dikeluarkan hanya izin untuk impor benih bawang merah. “Itu kan benihnya impor, jadi kadang-kadang produksinya belum tentu impor,” jelas Srie.
Terkait jumlah dan jenis benih bawang merah impor, Srie tak menjelaskan secara detil. Ia mengatakan Indonesia mengimpor benih bawang merah dari Filipina yang kemudian ditanam di Brebes, Jawa Tengah (Jateng). “Jadi belum tentu itu bawang impor yang bentuk akhirnya. Kan kita impor benihnya. Contoh di Brebes, menanam benih dari Filipina ,†tuturnya.
Srie menambahkan bawang Brebes yang bibitnya berasal dari Filipina diekspor ke Thailand. Ia meminta diberi waktu untuk menginvestigasi soal kebenaran adanya bawang merah impor ilegal masuk ke pasar-pasar. “Kita akan koordinasi dengan Kementan,†jelasnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengakui saat ini terjadi ketimpangan antara pasokan dan permintaan bawang merah. Permintaan lebih tinggi dari pasokan bawang merah dari dalam negeri sehingga harga bawang melejit, yang mendorong pemerintah membuka opsi impor.
Ketimpangan pasokan dan permintaan bawang merah, juga memicu terjadi penyelundupan bawang impor ilegal ke pasar. “Yang jelas kalau izin (impor) ditanya, saya baru akan keluarkan izin, karena baru tadi pagi saya diskusi dengan Mentan (menteri pertanian), melihat kondisi pasar sekarang ini, supply dengan kebutuhan ini terasa. Karena masa panennya dibanding dengan kebutuhan puasa dan lebaran itu tidak ketemu,» kata Gobel, di acara Trade and Investment Forum East Indonesia Regions di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Menurut Gobel salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membuka izin impor bawang merah. Namun ia menegaskan selama 2015, pihaknya belum membuka izin impor bawang merah. “Salah satu alternatif adalah impor untuk menjaga stabilitas harga,†katanya.
Belakangan ini, peredaran bawang merah impor cukup banyak diperdagangkan oleh para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Peredaran bawang impor terjadi, saat harga bawang merah di dalam negeri sedang naik tinggi.
Sementara itu dihubungi secara terpisah Sekjen Dewan Bawang Nasional (Debanas), Mudatsir mengakui, hasil panen periode tanam Mei-Juni jauh lebih sedikit dibandingkan rata-rata produksi setiap bulannya. Ia memperkirakan kenaikan produksi bawang merah akan terjadi pada periode Juni-Juli sehingga pemerintah tidak perlu buru-buru membuka keran impor. “Sekarang masih panen memang kurang hanya 60.000 ton. Namun 2-3 minggu lagi akan panen produksinya mendekati 75.000-80.000. Pokoknya awal bulan Juni sudah mulai panen stok akan meningkat,†jelas Mudatsir.
Data yang dihimpun di Pasar Induk Kramat Jati, selama sebulan ini sudah masuk bawang merah impor antara lain dari Vietnam, Thailand, Burma, hingga India. Harga bawang impor paling murah bisa dijual Rp 15.000/kg hingga Rp 26.000/Kg, sedangkan bawang asal Brebes bisa mencapai Rp 37.000/Kg.
Para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur mengakui, saat ini bawang impor asal Vietnam sedang ‘naik daun’ saat harga bawang lokal seperti dari Brebes, Jawa Tengah naik tinggi. Harga bawang impor Vietnam dijual paling mahal Rp 26.000/kg, sedangkan bawang lokal Brebes bisa mencapai Rp 37.000/kg.
Seorang pedagang yang tak mau disebutkan namanya di kios UD. HL. Munthe di Pasar Induk Kramat Jati mengatakan, bawang merah impor berasal dari Vietnam, India, Thailand, dan Burma. “Paling laris bawang Vietnam,†katanya, Senin (25/5/2015).
Ia mengatakan, stok bawang kondean asal Vietnam yang dijualnya hari ini 20 karung. Setiap karung ada 20 kg, rata-rata ada 400 kg/hari untuk bawang impor Vietnam, belum termasuk bawang impor lainnya.
Menurutnya, pemasok bawang Vietnam berasal dari Medan, Sumatera Utara. Ia mengakui secara kualitas, bawang impor Vietnam jauh di bawah barang lokal Brebes. “Barang masuk terus dari satu bulan ini. Bawang Vietnam yang dikirim ini barang udah lama disimpan dan lama di jalan, jadi bertunas,†katanya.
Bogor Masih Stabil
Di Bogor harga dan pasokan bawang merah masih stabil. Namun, Pemkot dan Pemkab Bogor tetap akan melakukan pengawasan terhadap pasokan bawang di seluruh pasar tradisional menjelang bulan Ramadan tiba.
“Kami tetap lakukan pengawasan dan agendakan sidak ke seluruh pasar. Sementara memang keluhan terbanyak masih beras dan telur. Untuk bawang relatif stabil,†kata Dirut PD Pasar Pakuan Jaya (PPJ), Andri Latif Asyikin, Senin (25/5/2015).
Kabid Perdagangan Disperindag Kota bogor, Mangahit Sinaga, juga satu suara. Menurutnya, bawang di Bogor masih aman. “Edaran tidak adanya impor bawang memang kami terima. Tapi, saya tegaskan, untuk Bogor pasar bawang masih aman. Pasokan dan permintaan masih seimbang. Belum ada indikasi penimbunan,†kata dia.
(Yuska Apitya Aji)