BANDUNG, Today-Catatan apik Persib Bandung kala menÂjamu tim luar negeri akhirnya berhenti ketika Kitchee SC mencuri kemenangan dalam laga 16 besar AFC Cup 2015.
Padahal permainan Persib dianggap sang arsitek, Jajang Nurjaman tidak terlalu buruk. Menurutnya Konate Makan dan kawan-kawan mampu menyuÂguhkan performa menawan. Hanya saja hasil akhir tidak berpihak pada klub kebangÂgaan bobotoh tersebut.
Pelatih yang akrab disapa Janur itu pun tidak memungkiri bahwa lawan mereka kali beraÂda 1 tingkat di atas Maung BandÂung. Menurutnya anak asuh Jose Molina itu punya kualitas individu yang mumpuni.
Selain itu pemahaman takÂtik mereka pun dianggap Janur berbeda kelas. Sehingga organÂisasi permainan Kitchee sukses membuat upaya Persib kerap menemukan jalan buntu.
“Jujur mereka tim bagus, melawan tim bagus cukup meÂnyesakan kalau kalah, karena kita juga bagus. Saya akui muÂsuh bagus daripada lawan-laÂwan sebelumya, tapi kita juga punya peluang agar tidak kaÂlah,†katanya ketika ditemui di kediamannya, Jumat (29/5).
Hanya saja pelatih berusia 57 tahun itu tidak lantas kecewa dengan apa yang diraih oleh anak asuhnya di kompetisi Asia kali ini.
Menurutnya apa yang sudah ditampilkan Maung Bandung kali ini sudah memenuhi eksÂpektasinya. Dia pun berharap jika Persib kembali berkesemÂpatan bertanding di Asia bisa berprestasi lebih tinggi.
“Tapi gak apa-apa, di era sekarang pertama pengalaman di Asia, melangkah cukup baÂgus. Dan mudahan-mudahan di tahun berikutnya bisa lebih bagus,†ungkapnya
Dirinya menilai pasukan Maung Bandung sebetulnya berpeluang bisa mengungguli Kitchee SC. “Jujur tim kita suÂdah bagus, cukup menyesakÂkan karena kita juga bagus, saya akui musuh bagus dariÂpada lawan-lawan sebelumya, tapi peluang kita tidak kalah ada,†kata Djanur.
Beberapa hari menjelang pertandingan babak 16 besar Piala AFC 2015, Djanur sudah mematangkan persiapan guna mengantisipasi permainan Kitchee SC. Salah satu konsenÂtrasinya, dia melatih pasukan Maung Bandung dalam menÂgantisipasi bola-bola atas.
Termasuk eksekusi bola mati, Djanur sudah mempreÂdiksinya dari awal bahwa hal itu akan menjadi celah bagi Kitchee SC. Oleh karenanya, dia mengakui jika di pertandÂingan babak 16 besar Piala AFC 2015 lalu Persib kalah dalam menjaga konsentrasi.
“Karena dua-duanya satu crossing itu sudah diperhitungÂkan sebelumnya dan terus diÂlatih saat latihan,†tegasnya.
Selain dari beberapa peluang dari para pemainnya, Djanur juga melihat setidaknya ada dua momentum yang seharusnya berbuah tendangan penalti bagi tim Persib. Namun, dia menyayangkan hal itu tidak terjadi.
Padahal, Djanur menilai jika saja Persib mampu menyarangÂkan satu gol ke gawang Kitchee SC, dia yakin pertandingan akan berjalan lebih sengit dan bukan tidak mungkin Maung Bandung bahkan mampu membalikan keadaan.
“Kita sudah ada dua pinalti, setidaknya itu bukan hanya menurut kita, tapi komentator di TV juga bilang gitu, seharusnya kita bisa tidak kalah walaupun kita akui mereka kuat,†tukasnya.
Djanur tidak menampik jika lawannya kali ini memang tangÂguh, bahkan sekalipun mendapat gempuran dari Atep dkk, para penggawa Kitchee SC tak sedikitÂpun bergeming, ataupun menunÂjukkan gelagat kepanikan.
Malah, sambung dia, anak asuh Jose Molina justru semakin meningkatkan kedisiplinannya menjaga daerah permainan.
Dari awal pertandingan, Djanur sebetulnya sangat berÂharap anak asuhnya banyak melakukan penetrasi, selain itu pasukan Maung Bandung juga harusnya memainkan bola-boÂla pendek.
Namun dia paham betul denÂgan situasi pertandingan, seÂhingga membuat para pemain Persib kerap kesulitan memÂbangun skema penyerangan.
“Crossing itu situasional di lapangan, sebenarnya Tantan banyak menusuk itu yang kita cari, lalu bola-bola bawah. Tapi karena mereka rapat dan disÂiplin jadi susah, shooting kita banyak yang mantul, dan meÂmang berbentur dengan strateÂgi lawan juga,†tukasnya.
Djanur menyebut setidaÂknya, di awal kembalinya PersÂib ke pentas Asia, masih mamÂpu lolos sebagai juara grup.
“Tapi gak apa-apa di era sekÂarang pertama pengalaman di Asia, melangkah cukup bagus, dan mudahan di tahun berikutÂnya bisa lebih bagus,” cetusnya.
Duet Montenegro Bisa BerÂpengaruh
Djanur menyatakan jika saja Ilija Spasojevic sudah bisa diÂmainkan tentu pola permainan Persib akan berbeda. Sebagai gambarannya tidak jauh berÂbeda seperti Kitchee SC yang memainkan Juan Belencoso.
“Kalau Spaso main cara main kita pasti berbeda, kaya mereka juga kemarin bisa jaÂlan, karena strikernya bisa hold bolanya agak lama,†urainya.
Diakui Djanur, di fase 16 besar kemarin dia tidak memiliki striker murni, karena Tantan yang diplot sebagai ujung tombak sebenaÂrnya bertipikal seorang winger.
Sehingga, sambung dia, peÂmain asal Lembang itu lebih banyak bermain melebar ke samping, dan membuat lini deÂpan kerap kosong.
Saat menghadapi Kitchee SC, Djanur hanya menyimpan seorang striker muda, yakni RudiÂyana. Persib juga tanpa diperkuat Yandi Sofyan Munawar yang berÂgabung bersama Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23, serta Ilija Spasojevic juga belum terdafÂtarkan di awal turnamen.
“Yah memang kita tidak meÂmainkan striker murni, karena buat semacam tim kita butuh, Spaso gak bisa dimainkan, YanÂdi ada di timnas. Posisi awalÂnya Tantan tidak di striker dan kita paksakan, itu kekurangan kita,†bebernya.
Lebih jauh, Djanur juga meÂnyatakan absennya Vladimir VuÂjovic di laga terakhir sedikitnya memengaruhi permainan Persib. Paling tidak, kata dia, gol pertama Kitchee SC pasti akan lebih muÂdah terbaca oleh defender jangÂkung asal Montenegro tersebut.
Meski begitu, Djanur tetap mengapresiasi duet Abdul RahÂman bersama Achmad ‘Jupe’ JuÂfriyanto di lini belakang Persib.
Dia melihat keduanya sudah bekerjasama dengan baik, sekaÂlipun harus kecolongan dua gol, namun menurutnya duet defendÂer lokal itu juga kerap melakukan penyelamatan penting.
“Dan kebetulan di sana ada striker jangkung, kebetulan boÂlanya seperti itu, absennya Vlado (Vladimir Vujovic) cukup berpenÂgaruh. Sebetulnya duet Jupe-RahÂman cukup bagus tidak ada maÂsalah,†pungkasnya.
(Imam/net)