MAGELANG, TODAY — Presiden Joko Widodo melarÂang anak-anak nonton sinetron. Ini dimaksudkan agar anak-anak bisa belajar minimal tiga jam sehari. Mantan Walikota Solo ini juga minta agar para orangtua melarÂang anak-anaknya nonton sinetron.
“Jangan malah lihat sinetron. Nyuwun tulung (minta toÂlong) untuk bapak dan ibu semua anak-anaknya diawasi,†kata Jokowi, saat membagikan Kartu InÂdonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia SeÂhat (KIS), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, SeÂlasa (2/6/2015).
â€Saya titip anak-anak, tidak hanya yang pegang Kartu Indonesia Pintar, terutama yang pegang, agar belajarnya ditambah,†ujar Jokowi.
Menurut Jokowi, jika ingin pintar anak-anak tidak belajar hanya satu jam di malam hari. “Kalau mau jadi orang pintar itu belajar minimal tiga jam. KaÂlau misal dari maghrib ya sampai jam 21.00,†ujar dia.
Jokowi bercerita, ia pernah menanÂyakan jam belajar kepada warga di provinsi lain. Ia mendapati bahwa seorang anak biasanya mulai belajar pukul 19.00. “Saya tanya, ‘sampai jam berapa?’ Dia jawab, ‘sampai jam 19.30,’†kata dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menilai waktu belajar selama 30 menit itu sangat sedikit. Oleh sebab itu, ia menÂdorong para orangtua untuk mengarahÂkan anak-anaknya supaya belajar lebih keras. Pasalnya, persaingan antaranak semakin hari semakin berat.
“Anak-anak kita disiapkan mulai dari kecil, dikulinakke (dibiasakan) untuk beÂlajar. Malam hari paling enggak tiga jam,†ujar orang nomor satu di republik ini.
Presiden Jokowi kembali menyerahÂkan KIS kepada masyarakat. Setelah warga Blitar kini warga Magelang yang mendapat giliran. Sebanyak 1.156 KIS dibagikan oleh Jokowi pada Selasa (2/6) sore kepada warga Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Pendistribusian KIS tersebut dilakukan pukul 17.00 WIB.
Penyerahan KIS dilakukan secara simbolik kepada 10 orang warga dari perwakilan 329 kepala keluara di LapanÂgan Borobudur, Magelang.
Dalam pembagian KIS tersebut Jokowi ditemani oleh Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fachmi Idris, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan MaÂnusia dan Kebudayaan Puan Maharani.
Bulan Mei 2015 lalu, sebanyak 82 juta KIS PBI mulai didistribusikan secara bertahap. Pada 4 Mei, Jokowi telah memÂbagikan KIS secara kepada 4.414 peserta PBI di Sleman dan 1.646 PBI di Klaten.
Selain di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, Jokowi juga telah mendisÂtribusikan KIS di beberapa wilayah, sepÂerti Malang, Blitar, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur. KIS juga telah merambah ke Indonesia Timur seperti Pulau Buru, Tidore, Jayapura, Manokwari, Manado, Parigi Moutong, dan Mamuju Utara denÂgan jumlah lebih dari 50 ribu kartu.
Tak hanya KIS, dalam kesempaÂtan kali ini juga dibagikan Kartu IndoÂnesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang juga diserahkan kepada 10 perwakilan warga. Ada juga Kartu Disabilitas yang dibagikan pada penduduk setempat yang memiliki keÂbutuhan khusus namun tidak mendapatÂkan perawatan karena faktor biaya.
Agenda pembagian KIS oleh Jokowi di Magelang, diteruskan menuju Candi Borobudur untuk mengikuti peringatan detik-detik perayaan Waisak yang jatuh pukul 23.18 WIB malam.
Laporkan ke Presiden
Presiden Jokowi meminta para peÂmegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk melaporkan kepada pemerintah daerah hingga pemerintah pusat jika ada rumah sakit tidak melayani mereka dengan baik. “Yang pegang ini (KIS) haÂrus dilayani dengan baik. Kalau tidak diÂlayani dengan baik, laporkan ke bupati, gubernur. Kalau kurang, laporkan ke presiden!†ujar Jokowi.
Jokowi berpendapat, pemegang KIS harus dilayani dengan baik, karena keÂsehatan mereka ditanggung oleh negaÂra. “Ini juga bayar, yang bayar negara, pemerintah. Bukan berarti rumah sakit mboten (tidak) bayar ya, ini dibayar,†kata dia.
Presiden juga memaparkan bahwa siswa sekolah dasar (SD) akan mendapatÂkan KIP senilai Rp 450 ribu, siswa SMP akan mendapatkan Rp 750 ribu, dan siswa SMA/SMK akan mendapatkan Rp 1 juta. “Cekap nopo mboten (cukup apa tidak)?†tanya Jokowi kepada warga. “Cekap (cukup)!†jawab warga antusias.
“Bagus. Ngambilnya nanti bulan Juni minggu ketiga. Pas ada kenaikan dan penerimaan siswa baru. Ini bisa dipakÂai,†ujar Jokowi.
Ia lantas berpesan kepada masyaraÂkat agar tidak menggunakan uangÂnya untuk membeli sesuatu yang tiÂdak produktif, misalnya pulsa ponsel. “Pesan saya, jangan sampai uang itu dipakai buat beli pulsa. Kalo anak-anak, buat beli buku, beli seragam, beli sepaÂtu. KKS juga sama, (kalau) dipakai untuk (membeli) hal-hal yang tidak baik atau tidak produktif, kalau ada yang tahu, pelan-pelan dipakai (untuk membeli) pulsa, kartunya dicabut,†kata dia menÂegaskan.
Sementara itu, Menteri Sosial KhoÂfifah Indar Parawansa menyebutkan, sebenarnya dalam KKS juga dibuat keÂbijakan untuk petani yang memiliki 0,3 hektare sawah bisa mendapat pupuk bersubsidi. Tak hanya itu, para nelayan juga bisa membeli solar bersubsidi. AdaÂpun untuk warga yang punya rumah tapi belum bersertifikat, maka bisa mendapatkan sertifikat rumah gratis.
Dalam pembagian kartu sakti itu, Jokowi tidak membagikan nomor yang bisa dihubungi jika pemegang Kartu Sakti nya ingin melaporkan penolakan atau keluhan atas pelayanan yang merÂeka terima.
Soal KIS ini, hanya ada pusat layanan informasi di BPJS Kesehatan di nomor 1500400 sebagaimana tertera di laman mereja www. bpjs-kesehatan.go.id. Pada laman itu, juga tersedia nomor hotline bpjs kesehatan 24 jam yaitu di nomor (021) 500400 atau SMS Gateaway di 087775500400. Juga ada nomor telepon masing-masing kantor cabang BPJS KeseÂhatan tiap divisi regional.
(Alfian M|cnn)