BELUM lama, 31 Mei 2015 lalu, diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau di seluruh dunia. Gerakan ini menyerukan para perokok agar berpuasa tidak merokok (mengisap tembakau) selama 24 jam serentak di seluruh dunia dan bertujuan untuk menarik perhatian dunia soal menyebarluasnya kebiasaan merokok dan dampak buruknya terhadap kesehatan. Seberapa pentingkah?
Oleh: HERU BUDI SETYAWAN
Pemerhati Pendidikan & Humas SMA Pesat Bogor
Penulis di sini tidak akan membahas bahaya dan akibat dari merokok, karena sudah banyak orang berbicara tenÂtang bahaya merokok di seminar-seminar atau di artikel ilmiah, tapi masih saja banyak orang yang merokok, bahkan jumlahnya seÂmakin tahun semakin bertambah. Pemerintah juga sudah memberi peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok. Hal inipun tidak punya pengaruh terhadap para perokok dan yang terakhir pemerÂintah memberi gambar yang super seram akibat bahaya merokok di bungkus rokok, tapi inipun tidak membuat takut para perokok.
Zat dan racun yang sangat berÂbahaya terdapat di rokok seperti nikotin, tar, karbon monoksida, zat iritan, zat karsinogen dan peÂnyakit yang membahayakan akibat rokok seperti kanker paru, kanker payudara, kanker kandung kemih, kanker ginjal, kanker pencernaan, kanker kerongkongan, kanker serviks, kanker mulut, kanker tenggorokan, serangan jantung, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Aterosklerosis, Penyakit Paru ObÂstruktif Kronik (PPOK), impotensi ( penyakit yang paling ditakuti kaum laki-laki ) dan gangguan meÂdis lainnya ini tidak membuat jera perokok untuk berhenti merokok.
Di Indonesia, kematian akiÂbat rokok angkanya mencapai 239 ribu per tahun. Ini lebih beÂsar dibandingkan kematian ibu akibat persalinan dan nifas, yang sekarang menjadi perhatian serius pemerintah dan dunia. “Angka keÂmatian akibat merokok sangat beÂsar. Sekarang 239 ribu per tahun, tidak ada yang mengalahkan. KeÂmatian ibu akibat persalinan dan nifas yang sering digembar-gemÂborkan, itu tidak seberapa dibandÂingkan rokok,†ujar Dr. Hakim SoÂrimuda Pohan, SpOG dari Tobacco Control Support Center (TCSC).
Bahkan, lanjut Dr Hakim, keÂmatian akibat kecelakaan yang angkanya cukup besar yakni 809 orang meninggal selama semingÂgu sebelum lebaran dan seminggu setelah lebaran, jumlahnya hanya 35 ribu orang per tahun. Jauh lebih kecil dibandingkan kematian akibat rokok. “Akibat rokok ini jumlah korbannya sama dengan korban tsunami. Tsunami itu keÂmatiannya unpreventable, tetapi itu terjadi 150 tahunan sekali. Ini tiap tahun 239 ribu,†tegas Dr HaÂkim, yang juga merupakan manÂtan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi IX. Inipun diangÂgap angin lalu oleh para perokok.
Para perokok ini akan berÂhenti merokok kalau sudah sakit parah dan terkapar di rumah sakit atau atas kesadaran diri sendiri dengan penuh keikhlasan, jangan harap para perokok ini akan berÂhenti merokok atas anjuran orang lain, meskipun yang menasehati adalah orang yang mereka cintai dan sayangi.
Tapi kenapa dengan data yang membuat kita miris ini, justru jumlah perokok di Indonesia tiap tahun selalu bertambah dan para perokok ini sulit untuk berhenti merokok. Penyebabnya adalah seÂbagai berikut:
PERTAMA, budaya dan keÂbiasaan salah yang ada pada masyarakat Indonesia. Banyak budaya dan kebiasaan salah pada masyarakat Indonesia yang memyebabkan jumlah perokok di Indonesia selalu bertambah dan para perokok ini sulit untuk berÂhenti merokok diantaranya, sudah menjadi kebiasaan pada masyaraÂkat Indonesia, jika memberi uang pada seseorang mengatakan,†Ini untuk uang rokok,†kalimat ini beÂgitu terkenal, familiar dan turun menurun dilakukan masyarakat Indonesia dan menjadi sarana soÂsialisasi yang ampuh untuk memÂbudayakan bahwa merokok itu hal yang wajar. Makanya budaya ini harus diganti misal dengan kata-kata, ini uang untuk jajan, ini uang untuk beli permen, ini uang untuk tambahan, ini uang untuk peganÂgan kamu dan ini uang dari seÂdekah saya dan lain-lain kata asal jangan ada kata rokoknya.
Budaya dan kebiasaan salah di masyarakat Indonesia yang lain, jika ada pesta pernikahan, sunatan atau syukuran terutama di perkampungan, selain ada kue dan jajanan juga ada rokok yang disediakan tuan rumah unÂtuk tamu undangan. Kebiasaan menghidangkan rokok ini bisa diÂganti dengan permen, kacang atau kwaci dan dimulai dari kita untuk tidak menghidangkan rokok jika punya hajatan. Dan hal ini menunÂjukkan bahwa sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok ( KTR ) belum berÂhasil dilakukan oleh pemerintah. Penulis pernah melihat di KTR maÂsih banyak masyarakat yang meroÂkok dengan bebasnya, baik itu di kawasan fasilitas umum, sekolah, tempat ibadah, kendaraan umum, rumah sakit dan tempat kerja. Dibutuhkan sosialisasi yang lebih gencar dan massif serta ketegasan dari aparat penegak hukum untuk menegakkan aturan hokum.
KTR Tanpa Pandang Bulu
Ada istilah juga dikalangan anak muda dari pada narkoba, masih mending rokok, ini yang mendorong anak muda tambah banyak yang merokok. Istilah ini bisa diganti dengan dari pada merokok mending diganti dengan kegiatan lain yang lebih bermanÂfaat, seperti olahraga, seni, belajar dan mengembangkan hobi lain yang produktif dan bermanfaat. Memang ada dua pendapat tenÂtang rokok, pendapat pertama roÂkok itu makruh, sedang pendapat ke dua rokok itu haram. Orang beriman itu tidak mau melakukan perbuatan yang makruh, apalagi perbuatan yang haram, orang yang sering melakukan kegiatan yang makruh biasanya hatinya keras. Orang yang berhati keras, salah satu cirinya sulit jika diberi nasihat. Ini sesuai dengan orang yang suka merokok, orang yang suka merokok, biasanya sulit diÂberi nasihat untuk berhenti meroÂkok. Dan jangan anggap enteng tentang rokok ini, karena rokok adalah pintu menuju narkoba, maka anda ingin terbebas dari narkoba, jangan coba-coba untuk merokok.
Ada istilah di kalangan anak muda lebih baik putus cinta dari pada putus merokok, ini pendapat yang salah bin ngawur. Kenapa pendapat yang salah bin ngawur, karena cinta (baca pacaran) adalah sesuatu yang dianggap wajar oleh anak muda, padahal pacaran itu haram, kecuali untuk orang yang sudah menikah. Untuk dicamkan bahwa pacaran itu pinÂtu untuk menuju perzinaan.
Kebiasaan yang salah dan tidak produktif pada masyarakat IndoÂnesia yang berhubungan dengan rokok adalah : menunggu sesuatu agar tidak bete sambil merokok, kumpul dengan teman sambil merokok, habis makan kalau tidak merokok tidak enak, rokok dijaÂdikan alat sosial atau pergaulan, misal saya merokok kalau ada teÂman saja, atau saya merokok kalau ada tamu saja atau saya merokok untuk menghormati teman karena dia merokok dan lain-lain.
KEDUA, iklan rokok yang terÂlalu gencar di Indonesia. Iklan rokok di Indonesia terlalu meÂnyolok, baik itu di televisi, media cetak, kegiatan olahraga, pertunÂjukan musik dan seni, kegiatan sosial bahkan sampai dana beaÂsiswa dari CSR (Corporate Social Responsibility ) perusahaan roÂkok. Lebih bijak kalau dana CSR perusahaan rokok untuk bidang kesehatan dan penanggulangan akibat bahaya merokok. Parahnya lagi iklan rokok itu iconnya gagah perkasa, berjiwa petualang, berÂmental gentleman, berjiwa pahlaÂwan, bercitra sukses, padahal kenyataannya seorang yang sukÂses itu jarang yang merokok. Kita tidak pernah melihat Presiden InÂdonesia itu pada merokok, coba simak dari Bung Karno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi tidak pernah kelihatan merokok.
KETIGA, harga rokok di InÂdonesia sangat murah. semakin tahun jumlah perokok di IndoneÂsia semakin meningkat. Tak bisa dipungkiri salah satu faktornya karena harga rokok di negeri ini yang sangat murah. Harga seÂbatang rokok kretek buatan tanÂgan misalnya, bisa lebih murah dari sebungkus permen. Di negara berkembang seperti Indonesia, roÂkok masih menjadi masalah besar karena cukainya sangat rendah, sehingga harga rokok pun menjadi sangat terjangkau bahkan bagi kelÂuarga miskin yang pendapatannya pas-pasan. Untuk SKT golongan 3 (rokok kretek buatan tangan) harga sebatang rokok naik dari Rp 234 menjadi Rp 250. Itu bahkan lebih murah dari sebungkus perÂmen,†ujar Abdillah Ahsan, MSE, Peneliti Lembaga Demografi FEUI.
Menurut Abdillah, cukai rokok adalah salah satu instrument yang ampuh untuk mengendalikan konÂsumsi rokok. Untuk dapat menÂgendalikan rokok, kebijakan cukai seharusnya menaikkan cukai seÂcara maksimal sehingga berpenÂgaruh pada penurunan konsumsi rokok. “Survei pada 2.000 orang perokok, kita tanya berapa sehaÂrusnya harga rokok agar membuat mereka berhenti merokok. HasilÂnya Rp 25 ribu per bungkus. Itu pun harusnya tidak boleh dijual ketengan, sehingga harga rokok tidak terjangkau untuk anak-anak dan orang miskin,†jelas Abdillah.
Penulispun mantan perokok berat, dulu sehari bisa habis satu sampai dua bungkus rokok. AlÂhamdulillah sekarang sudah dua belas tahun saya berhenti meroÂkok. Penulis mulai merokok sejah kelas 9 SMP sekitar usia 15 tahun sampai usia 38 tahun. Dan untuk bisa berhenti merokok butuh penÂgorbanan dan kesungguhan yang luar biasa. Jika anda gagal ingin berhenti merokok, maka coba lagi dan coba lagi sampai berhasil.
Inilah proses penulis berhasil berhenti merokok, yaitu : PerÂtama, penulis sudah selama satu bulan penuh tidak merokok, tapi kambuh merokok lagi. Kedua, suÂdah tiga bulan penuh penulis tidak merokok, tapi kambuh merokok lagi dan yang terakhir ketiga, suÂdah satu tahun penuh penulis tiÂdak merokok, tapi kambuh meroÂkok lagi. Inilah beratnya berhenti merokok, karena tingkat kecanÂduan merokok itu sama dengan 50 persen tingkat kecanduan narÂkoba. Sehingga banyak perokok yang kesulitan berhenti merokok.
Inilah tips jitu saya berhenti merokok adalah :
- Saya berjanji dengan sungguh-sungguh dalam hati untuk berÂhenti merokok, karena saya sudah tiga kali gagal untuk berÂhenti merokok.
- Saya punya keinginan yang kuat, agar sebelum usia 40 taÂhun saya harus berhenti meroÂkok, karena usia 40 tahun adalah usia yang rawan terhaÂdap kesehatan, usia 40 tahun biasanya kesehatan dan stamiÂna kita mulai menurun.
- Saya pingin sehat di masa tua nanti ( semoga umur saya panÂjang dan berkah, Aamiin ), kareÂna saya melihat bapak saya dan mertua saya yang perokok berat sampai usia lebih 50 tahun maÂsih merokok, dan pada usia 60 tahun ke atas bapak dan mertua saya ini sering sakit.
- Saya ingin uang rokok saya unÂtuk uang jajan buah hati saya.
Oke selamat mencoba untuk berhenti merokok, semoga berhaÂsil. Jayalah Indonesiaku.
Bagi Halaman