JAKARTA, TODAY — Kian tak terkendalinya peÂnaikan nilai tukar Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah, membuat pemerintah terpakÂsa mengubah asumsi nilai USD. Jika pada tahun anggaran 2015, USD diasumsikan Rp 12.500, maka dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, pemerintah mengasumsiÂkan nilai dolar Rp 12.800-Rp 13.200.
“Nilai tukar dolar AS kita asumsikan Rp 12.800-Rp 13.200. Ini memang lebih lemah. Karena kalau tingkat bunga dari The Fed naik menjelang akhir semesÂter dua, dampaknya ini akan berlanjut sampai dengan 2017,†jelas Menkeu Bambang Brodjonegoro, dalam rapat kerja dengan Komisi XI, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/6/2015)
Sampai akhir Mei 2015, posisi nilai tukar USD secara rata-rata sudah lebih tinggi dari asumsi APBN-P 2015. Dolar AS tercatat setara dengan Rp 12.897. “ Ini yang akan menjadi pembahasan. Jadi untuk 2016 apa sudah bisa kisaran ini sebagai bagian untuk menanggapi risiko eksternal ,†terangnya.
Di samping itu, untuk pertumbuhan ekonomi diasumsikan pada rentang 5,8%-6,2%. Pendorong utamanya akan diharapkan dari konsumsi rumah tangÂga, belanja pemerintah, dan investasi swasta. “ Memang akan menjadi bahan perdebatan, terutama karena kuartal I yang masih mengalami perlambatan dengan 4,7%,†terangnya.
Sedangkan untuk inflasi diasumsiÂkan pada level 4% plus minus 1%, dan suku bunga Surat Perbendaharaan NegÂara (SPN) 3 bulan pada rentang 4-6%. Defisit anggaran ditargetkan 1,7%-2,1%. “Defisit untuk posisi 2015 ditargetkan sebesar 1,9%. Jadi memang masih pada rentang yang sama untuk tahun depan,†kata Bambang.
Prediksi Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) sendiri memÂprediksi realisasi nilai tukar rupiah terÂhadap USD sampai akhir tahun lebih tinggi dari asumsi pemerintah dalam APBN-P 2015 yang sebesar Rp 12.500. USD secara rata-rata diperkirakan pada rentang Rp 13.000-13.200.
“Tahun ini diperkirakan nilai tuÂkar rupiah (rata-rata) pada rentang Rp 13.000-13.200,†ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam rapat kerja dengan Komisi XI, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/6/2015).
Pada catatannya, per hari ini rupiah sudah terdepresiasi sebesar 6,71% seÂcara year to date (ytd). Dolar secara raÂta-rata mencapai Rp 13.260. Masih lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi pemerintah. “Rupiah hari ini sudah terÂdepresiasi 6,71%,†ujarnya.
Kondisi ini dikarenakan rencana Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang akan menaikan suku bunga semakin mendekati realisasi. Kemudian ada juga permasalahan dari Yunani, karena belum adanya titik temu dari negosiasi utang. “Dari dalam negÂeri, memang ada sentimen dari pelemaÂhan ekonomi pada kuartal I-2015 yang hanya sebesar 4,71%,†tukasnya.
Kondisi nilai tukar rupiah terhadap USD terus mengalami tekanan. Nilai doÂlar yang menembus Rp 13.300 dinilai Agus Marto masih sesuai dengan kondiÂsi ekonomi yang terjadi saat ini.
Agus Martowardojo mengatakan, masih banyak negara berkembang lain yang nilai tukarnya justru melemah lebih dalam terhadap USD dibanding rupiah. “Itu masih terjaga sekali, saya melihat negara di kawasan yang deprÂesiasi lebih dari 1%. Bahwa kita masih di sekitar Rp 13.300 itu masih sesuai,†ungkap Agus Marto.
Sayangnya, Senin (8/6/2015) keÂmarin USD terus perkasa dan sempat menembus level tertingginya di atas Rp 13.400.
Pelemahan rupiah, kata Agus Marti, lebih diakibatkan faktor eksternal. Khususnya terkait dengan makin dekatÂnya realisasi rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga dan masih beÂlum adanya titik temu dari negosiasi Yunani. “Perkembangan negosiasi di Yunani membuat pasar khususnya, seÂbagian besar negara di dunia mengalaÂmi tekanan,†jelasnya.
Sedangkan dari dalam negeri, peÂnyebabnya datang dari inflasi yang diÂlaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2015 sebesar 0,50%. Angka tersebut tercatat sebagai yang tertinggi dalam enam tahun terakhir. “Kalau di Indonesia, posisi inflasi yang relatiff tinggi juga menjadi perhatian,†sebutÂnya.
Nilai tukar USD makin menguat terÂhadap rupiah. Mata uang Paman Sam ini sempat menembus Rp 13.400. Posisi ini ditembus USD pada perdagangan Senin pagi, yaitu ada di Rp 13.423 tak lama setelah pembukaan perdagangan. Akhir pekan lalu dolar AS masih berada di kisaran Rp 13.285.
Seperti dikutip dari data perdangan Reuters, Senin (8/6/2015), USD hingga siang ini berada di posisi Rp 13.355. Posisi tertinggi USD sepanjang masa di level Rp 16.650 pada 17 Juni 1998 yaitu pada masa krisis moneter (krismon). Hari ini dolar AS kembali ke titik setara pada Agustus 1998.
(Alfian Mujani|net)