MERAMAIKAN industri hosÂpitality di Kota Bogor, Salak Group akan segera meresÂmikan portofolio terbaruÂnya dengan brand Salak Tower Hotel. Jika tidak ada halangan, hotel yang terÂletak di Jalan Salak, Bogor Tengah, Kota Bogor itu akan rampung pada September 2015.
Project Director Salak Tower Hotel, Hasim Hanafie, mengatakan, saat ini, pembangun struktur sudah hampir 100 persen, sementara secara keseluÂruhan pembangunan baru mencapai 50 persen. “DenÂgan adanya puasa, semoga tidak mundur jadwal peresÂmiannya. Kontraktor juga komitemennya bagus, jadi terget rampung diharapkan bisa tercapai dengan tepat waktu,†ungkapnya.
Hotel yang berdiri di atas lahan 2.000 meter persegi ini memiliki keunggulan bidang ketinggian banguÂnan. Dengan ketinggian 20 lantai, tamu hotel bisa meÂmandang keindahan Gunung Salak dan panorama yang mengelilingi Bogor. Lokasi hotel sendiri berada 300 meÂter lebih tinggi dari Jakarta sehingga bebas banjir dan meÂmiliki udara lebih sejuk.
Pembangunan hotel berkaÂpasitas 150 kamar ini juga meÂnelan investasi sekitar Rp 260 miliar. Nilai tersebut sudah termasuk harga tanah. “KareÂna konsepnya MICE juga kami memiliki 11 meeting room, dua resto yang di dalamnya ada privat room untuk kelompok meeting atau arisan. Privat room ini bisa menampung 15 orang per ruangan,†jelas Hasim.
Mengenai proyeksi okupanÂsi, Hasim mengaku sangat opÂtimistis bahwa industri perhoÂtelan tidak akan berpengaruh banyak terhadap pelemahan prekonomian nasional yang tengah mendera Indonesia.
“Dunia pariwisata bagian dari gaya hidup masyarakat. Orang butuh hiburan, ingin bersantai, mencari suasana baru, itu ya adanya di pariÂwisata yang di dalamnya terÂmasuk perhotelan. Jadi, saya pikir tidak terlalu banyak pengaruh terhadap pelemhan ekonomi. Kita berharap okuÂpansi bisa tinggi, kalau dunia pariwisata berkembang, tingÂkat hunian juga angkat naik,†bebernya.
Salak Tower Hotel, lanjut Hasim, juga akan mengusung kearifan lokal kota hujan. “Selain karyawan yang akan didominasi oleh warga Bogor, suplai sayur dan buah-buahan kami juga diambil dari petani lokal yang kualitasnya tak kalah dengan impor,†katanya.
(Apriyadi Hidayat)