BOGOR, TODAY – Usai membekali para menÂtor dengan Workshop Ice Breaking pada Rabu (24/6/2015) kemarin, kini PLN CorpoÂrate University menggelar perlombaan karya inovasi dan bedah buku yang diikuti ltak kurang dari 60 instruktur tetap PT PLN (PerÂsero) di Udiklat Bogor, Kamis (25/6/2015).
Kepala Pusdiklat PLN, Okto Rinaldi menÂgungkapkan kegiatan seperti ini dibutuhkan untuk memperkaya pemahaman materi para instruktur serta memahami isu-isu strategis yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) secara menyeluruh.
“Poin yang paling mendasar para inÂstruktur harus selalu lebih pintar dari siswanya. Maka dari itu dengan program seperti ini, mereka harus terus memperkaÂya materi yang akan mereka berikan pada siswa nantinya,†ujar Okto Rinaldi.
Okto menekankan jika para instruktur harus digodok dalam tiga hal, yakni penÂguasaan materi, teknik mengajar yang baik serta membawa ilmu baru ketika mereka pulang Udiklat masing-masing untuk diterÂapkan dalam pengajaran mereka.
Materi pengajaran mereka, menurut Okto juga harus bertambah setelah mengiÂkuti program ini, kemudian teknik mereka dalam menyampaikan materi juga semakin kaya dan evaluasi pun harus dilakukan.
“Karena untuk melihat apakah setelah mengikuti diklat ini kemampuan mereka sudah sesuai harapan atau biasa-biasa saja. Saat mereka kembali ke Udiklat masing-masing, fungsi mereka harus meningkat,†lanjutnya.
Ia mengungkapkan jika PLN memiliki 400 materi baru yang harus bisa diserap oleh 774 instruktur instens yang dimiliki peÂrusahaan pelat merah ini.
Okto juga mengungkapkan jika tidak ada tenggat waktu untuk menyelesaikan 400 materi tersebut. Karena PLN terus melahirÂkan instruktur baru setiap tahun.
“Saya juga ingin dalam sebuah pelatihan untuk instruktur harus ada kategori lulus dan tidak lulus menjadi tolak ukur sejauh mana mereka memahami materi yang telah diberikan dalam diklat. Kan ibaratnya kalau dosen itu harus lebih pintar dong dari maÂhasiswanya. Jadi harus terus ditingkatkan kemampuannya,†tegas Okto.
Selain itu, Okto menginginkan adanya refreshing course untuk para instruktur untuk menyegarkan metode pengajaran mereka bahkan dilakukan penataan ulang metode mater dan teknik mengajar demi mengejar target PT PLN (Persero).
“Materi itu biasanya berubah, bisa karena peraturan dari PLN, berubah karena teknologi dan proses bisnis PLN yang menÂgalami perkembangan. Biasanya setahun dua kali berubah dan para instruktur harus diajak bicara secara komprehensif untuk memahami filosofi PLN,†ungkapnya.
Menurutnya, pembicaraan secara komÂprehensif untuk menambah wawasan tamÂbahan bagi para instruktur karena akan berkaitan langsung dengan kinerja PLN secara keseluruhan yang juga menyangkut dengan bisnis dan citra PLN. “Maka mereka harus sangat teruji,†pungkasnya.
Belajar Sampai Mencapai Target
Deputy Manager Pengembangan InÂstruktur dan Accessor PLN Corporate UniÂversity sekaligus ketua pelaksana kegiatan ini, Ujang Subadja mengungkapkan jika foÂrum ini khusus untuk para instruktur tetap PT PLN (Persero) sebagai wadah untuk meÂningkatkan kompetensi dan memiliki konstribusi bagi perusahaan.
“Mereka juga secara tidak langsung telah memenuhi beberapa target sekaligus, yakni realisasi target karya inovasi yang sudah diÂbebankan kepada setiap Udiklat serta realÂisasi kinerja dalam hal bedah buku. Karena jika mereka melakukannya sendiri, belum tentu akan semenarik ini,†jelas Ujang.
Ujang melanjutkan, kali ini ada tiga lomÂba karya inovasi dan 15 lomba bedah buku yang harus ditampilkan oleh 10 Udiklat PLN dari seluruh Indonesia dengan diimingi hadiah menarik yang telah disiapkan penyÂelenggara.
Selain realisasi target, kata Ujang, para instruktur juga telah memenuhi lima keÂwajiban sekaligus dalam kegiatan ini yakni Leraning Analysis, dimana para instruktur harus mengerti kurikulum dan silabus, skill mendeliver mater ke peserta dengan baik, kewajiban kepada perusahaan, sharing denÂgan sesama instruktur dan kewajiban terhaÂdap diri sendiri.
“Kewajiban kepada perusahaan itu maksudnya jika mereka memiliki inovasi, dapat memberikan manfaat finansial dan non finansial yang dinikmati oleh perusaÂhaan,†imbuhnya.
Sedangkan, kewajiban untuk diri sendiri yaitu, para instruktur harus mengembangÂkan kemampuannya baik itu difasilitasi peÂrusahaan atau tidak. Karena dilombakan atau tidak, mereka harus terus meningkatÂkan kemampuan mereka.
Menurut Ujang, secara garis besar, para instruktur ini juga telah melampaui empat Knowledege Management yang dimiliki PT PLN (Persero) saat mengikuti kegiatan ini, yakni forum instruktur, realisasi kinerja, kewajiban mengembangkan diri dan KnowlÂedege Management sendiri yang semuanya telah teruang dalam Peraturan Kapausdiklat Nomor 1010.K/Pusdiklat/2015.
Penilaian Ketat
Juri dalam lomba karya berasal dari deÂwan instruktur yang dimiliki PT PLN (PerseÂro) yang telah memilki segudang pengalaman dalam hal mengajar atau menjadi instruktur. Empat juri itu ialah, Djoko Rahardjo, Roni Kadir, Ridho Utomo dan Djayatas.
Salah satu juri, Djoko Rahardjo menÂgungkapkan jika penilaian yang dilakukan untuk para peserta lomba karya inovasi dan bedah buku ialah mengenai relevansi terhaÂdap perusahaan.
Selain itu mengenai bagaimana mereka mengimplementasikan dan bagaimana merÂeka mempresentasikannnya dan tentunya meningkatkan kualitas proses belajar menÂgajar. “Kalau untuk bedah buku itu yang penting itu kontribusi isi buku terhadap peningkatan kualitas dan mutu pembeÂlajaran. Sedangkan untuk karya inovasi, kuncinya adalah originalitas yang mana itu sangat mendukung bagaimana inovasi itu memberikan manfaat untuk perusahaan yang bisa dilihat dari sisi ekonomi dan tekÂnis,†jelas Djoko.
Djoko mengungkapkan jika skala peÂnilaian mulai dari kurang, cukup dan baik. Angkanya dimulai dari 20 sampai 49 untuk yang kurang. Untuk cukup yakni, 50 sampai 79 dan nilai baik itu 80 sampai 100.
Penilaian sendiri diberikan kepada peserta setelah keempat juri mengumpulÂkan poin yang kemudian dibagi empat yang hasilnya merupakan penilaian untuk peserÂta setelah menampilkan karya inovasi dan bedah bukunya.
Salah satu peserta bedah buku dari Udiklat Banjarbaru, Kalimantan, Roy menÂgatakan akan membedah buku ‘101 Tips Mengelola Generasi X, Y, & Zoomer di TemÂpat Kerja’ karya Cheryl Cran seorang konsulÂtan yang telah makan banyak asam garam dalam bidang SDM dan pengembangan dan banyak direkomendasikan oleh CEO terkeÂmuka di dunia.
“Titik beratnya untuk melihat siapa rekan kerja kita, siapa atasan kita dan siapa pemimpin kita kedepan dan bagaimana cara kita menanggapinya. Karena kita yakin tenaga kerja yang masih produktif itu ada tiga generasi yaitu generasi X, Y dan ZoomÂer. Zoomer itu adalah generasi baby boomer yang masih bekerja,†ujarnya
Dengan membedah buku ini, Roy yakin jika manusia bisa mengetahui bagaimana meÂmimpin pada tahun 2020. “Buku ini sangat perlu mengingat tren PLN yang kini seperti kurang akan pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan. Itulah latar belakang untuk membedah buku ini,†tutup pria 29 tahun itu.
Sementara itu, peserta lomba karya inoÂvasi, Farieds menampilkan manfaat komÂpresi pada ruang bakar mesin diesel untuk pengganti kompresor. Menurutnya ini maÂsih memerlukan kajian dan riset mendalam untuk diterapkan.
“Saya sih tidak berharap menang ya. Menang atau tidak, yang penting saya sudah menampilkan karya saya yang mungkin akan bermanfaat bagi PT PLN secara keseluruÂhan,†ujar pria 33 tahun dari Udiklat Bogor itu.
Siraman Rohani Selama Ramadan
Meski terus berurusan dengan listrik, inovasi dan bedah buku, PLN Corporate University Bogor ini juga tidak melupakan kegiatan keagamaan.
Terutama saat bulan ramadan ini, Udiklat yang yang teletak di kawasan peÂgunungan ini, menampilkan tausiah setiap hari ba’da Dzuhur di Masjid An’Nur Udiklat PLN Corporate University Bogor.
Ratusan praja dengan kepala yang masih berkepala plontos terlihat menikmati ceraÂmah yang diberikan Ustadz Abidin untuk mengisi waktu istirahat selama bulan suci ramadan di kawasan puncak yang sepi dan sejuk itu.
(Rishad Noviansyah)