IDEALISME kadangkala tidak membawa seseorang ke manapun. Namun, dalam beberapa kasus, idealisme dapat menjadi bahan bakar yang mampu membawa seseorang mencapai kesuksesan yang diinginkan. Salah satu contohnya dirasakan oleh Bambang Sutantio. Pendiri Grup Macro yang membawahi sedikitnya lima perusahaan terintegrasi ini membangun dan melebarkan bisnis berdasarkan idealisme yang dimiliki.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Pengalaman masa lalu begitu memÂbekas dalam dirinya dan memengaÂruhi sisa perjalanan hidupnya. Saat melawat ke Wonosobo, Jawa Tengah, dia menyaksikan begitu banyak buah nanas hasil panen harus dibuang karena masyaraÂkat sekitar tidak mampu mengolah lebih lanÂjut.
Ingatan tersebut membawanya terbang ke Jerman untuk mendalami teknologi panÂgan di Universitas Berlin. Sekembali ke IndoÂnesia, dia berharap dapat menggunakan dan menularkan ilmu yang dimiliki untuk menyeÂjahterakan masyarakat Indonesia.
Berbekal Rp150 juta, pria kelahiran Semarang ini membuka bisnis bumbu dan peralatan industrI sejak 1989. Uang sebesar Rp150 juta tersebut diperolehnya dengan jalan mengajukan kredit usaha kecil menenÂgah. Ruko yang dimiliki, digadaikannya unÂtuk mendapatkan kredit tersebut. Padahal ruko itu mampu dibelinya setelah menggaÂdaikan rumah orangtua, tentunya atas perÂsetujuan bersama. Bambang yang dilahirkan di tengah keluarga profesional, diajarkan sedikit cara berbisnis oleh ibundanya. Bekal tersebut menjadikannya orang yang gigih berusaha memaksimalkan setiap peluang yang menghampiri.
Kerja bapak tiga anak ini membuahkan hasil. Pada akhirnya, usahanya menggelindÂing besar, kendati sempat terpukul krisis ekonomi pada 1998. Belakangan Grup Macro identik dengan bisnis pengolahan susu segar dan yoghurt yang berdiri di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Produk olahannya dijual dengan label Cimory, berasal dari kependekan nama peÂrusahaan PT Cisarua Mountain Dairy. Anak usaha Grup Macro yang didirikan lima tahun lalu ini merupakan salah satu bentuk idealÂisme dan kerja sosial Bambang.
Tidak terpikir sebelumnya untuk mendirikan bisnis pengolahan susu di atas lahan total 3.500 meter. Pengolahan susu segar diletakkan di bagian bawah banguÂnan, sementara bagian atas diperuntukkan restoran yang menyajikan hidangan hasil olahan anak perusahaan yang lain.
Latar belakang pendirian Cimory bisa dibilang karena keinginan kuat Bambang membantu warga sekitar rumah peristirahatÂannya di Cisarua. Pria berkacamata ini lantas mendirikan pabrik pengolahan susu segar yang menyerap susu dari peternakan sapi di sana.
Tidak hanya itu, misi yang dimiliki BamÂbang lebih kompleks. Dia teringat akan cita-citanya di masa kecil untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat melalui olahan panÂgan. Proyek idealis ini dinilainya juga sebagai salah satu solusi bagi penyerapan susu segar yang dihasilkan petani lokal. Bisnis tersebut kini menyerap total 70.000 liter susu per minggunya.
Menurutnya, menjadi pengusaha berhaÂsil membutuhkan banyak pengorbanan. KunÂci keberhasilan seorang pengusaha sukses adalah dedikasi yang besar akan suatu usaha.
Menjadi pengusaha terlalu idealis bisa jadi kegagalan. Tapi bisa juga menjadi suÂsuatu jika pada kadarnya. Inilah kisah BamÂbang Sutantio yang memperkenalkan manÂisnya yogurt. Bayangkan saja ia berbisnis produk mudah kadaluarsa. Memiliki proses produksi tidak mudah. Apalagi kalau bukan lah satu idealisme kuat namanya. Sudah seÂlama tiga tahun ia terus menggeluti produk asing tersebut. Meski harus pergi keluar negÂeri ‘membeli’ teknologi disana.
Kisah Bambang terus berlanjut, sekarang, dia adalah Presiden Direktur PT. Cisarua Mountain Dairy, yang lantas menjelma menÂjadi Macro Group. Sebuah perusahaan yang membawahi lima perusahaan dibawahnya. Kisah bisnisnya sudah dimulai sejak bertanÂdang ke Wonosobo, Jawa Tengah.
Produk Bergizi
Ia juga punya cita- cita atau idealisme lain selain diatas. Selain bagaimana mengaÂjarkan mengolah makanan lebih baik. Cita-citanya yakni agar masyarakat bisa mengÂkonsumsi produk bergizi. Bagaiman cara untuk meningkatkan asupan gizi masyaraÂkat. Ia sendiri mengaku menjadi pengusaha idealis membuatnya lebih banyak berkorÂban. Tapi bukankah keberhasilan seorang pengusaha ada pada dedikasinya. Selama dirinya masih bisa berusaha maka akan diÂjalankannya.
Berbicara tentang konsumsi susu. Di Amerika adanya dorongan pemerintah leÂwat iklan masyarakat Got Milk memberi peÂrusbahan besar. Sementara itu di Thailand tak cuma mendorong minum susu. Di negÂara tersebut menurut Bambang mendorong konsumsi susu segara sebagai hal utama. Menurutnya susu ternak lokal juga baik keÂtika mampu mengolahnya. Cimory mampu mengolah melalui sistem bernama pasteuriÂsasi. Beda di luar negeri berbisnis di IndoneÂsia membuat usaha merugi terus. “Awalnya kami rugi terus,†pengakuan pria Semarang ini.
Dari pada menghujat dan mengeluh kareÂna hal tersebut. Bambang memilih menangÂgapinya dengan light the candle. Atau, dirinÂya nekat untuk mengajarkan pentingnya minum susu segar. Bahkan perusahaanya itu rela mengadakan program edukasi bernama Dairy Educational Tour. Perusahaannya mengundang anak- anak sekolah dasar unÂtuk diperkenalkan kepada farming. Apa saja yang diajarkan antara lain yaitu bagaimana cara memarah susu, sampai menonton film dokumenter.
Sejauh pengamatannya hasilnya cukup memuaskan. Tour itu diadakah setiap hari dimana banyak sekolah- sekolah dan ibu- ibu ikut mendaftar. Harapannya ini bisa menaÂjadi langkah awal memperkenalkan susu segar. Melalui marketing word of mouth setiÂdaknya bisa merubah sedikti pola pikir.
Jika dibanding produk olahan susu lain. Yogurt Chimory memang kesannya mahal. Tapi kenyataanya, itu bukan dari perusaÂhaannya yang mahal. “Yang membuat harÂga susu kami mahal adalah supermarket,†ujarnya. Perihal pernyataanya tersebut ia lantas menjelaskan. Dia mengeluh bahwa pihak ritel tidak fair dalam kelola produk titipannya. Khususnya di Indonesia dimana menurutnya, Cimory tidak bisa diatur di leÂmari es dengan suhu diatas 4 derajat celcius. Itu membuat produknya cepat rusak dan harus diretur. “Itu semua harus kamu perhiÂtungkan cost- nya,†ujarnya.
Bukan pengusaha sukses namanya jika tidak bisa ‘mengakali’. Pria berlatar belakang pendidikan teknologi pangan Universitas Berlin tersebut memilih door- to- door. Yah, Chimory sekarang menafaatkan sistem baru yaitu delivery order -layaknya loper koran saja. Ada call canter buat kamu untuk memeÂsan produk apa yang ada di perusahaanya. Sistemnya ada berlangganan atau sekali orÂder. Meski begitu marketing cara ini belum dioptimalkan sekali.
Nantinya, ia menjelaskan ada brosur dan iklan- iklan layanan pengiriman. DenÂgan cara tersebut Bambang bisa menjual seharga pabrikan. Selain sistem menaruhÂnya di supermarket atau layanan pesan antar, adapula Cimory Shop. Sebuah toko khusus menjual susu segar, adapula yoÂgurt, sosis dan makanan lain. Cimory Shop sendiri direncanakan selain di Cisarua tapi juga Jakarta. Kawasan Cisarua sendiri dijaÂdikannya pilot proyek agar bisa menyerap 100 persen susu lokal. Tidak berhenti disitu saja cara Bambang memasarkan produknya. Dia juga mengadakan program minum susu. (pengusaha)