Laba bank di dunia perbankan Tanah Air banyak yang merosot tajam. Pasca dihantui merosotnya kondisi perbankan Nasional
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]
Kendati dihantui meroÂsotnya laba perbanÂkan nasional, lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service menetapkan outlook stabil untuk industri perbankan Indonesia, didorong oleh fundamental keuangan yang kuat, mencakup tingkat profitablitas dan kecukupan modal yang tinggi.
D a l a m laporan yang dirilis Moody’s, pertumbuhan kredit hingga akhir 2015 diperkirakan terÂbatas pada rentang 15 persen hingga 16 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pertumÂbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Moody’s mempreÂdiksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini mencapai lima persen, lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan dalam periÂode 2010-2013.
Sejalan dengan p e r t u m Âbuhan kredit yang lebih modÂerat, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) diperkirakan tetap stabil. Moody’s memprediksi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) akan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumÂbuhan kredit, sebuah hal yang sulit terjadi beberapa tahun lalu.
Berdasarkan data OJK, per April 2015 pertumbuhan kredit mencapai 10,41 persen menÂjadi Rp3.745 triliun sedangkan DPK naik 14,15 persen menjadi Rp4.217 triliun.
O l e h kaÂr e Âna itu, dalam 12 bulan-18 bulan ke depan, Moody’s mempreÂdiksi tidak akan terjadi pengÂetatan likuiditas, terlebih sejak tahun lalu bunga deposito suÂdah dibatasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Regulator juga akan mulai memperhitungkan sumÂber dana di luar DPK dalam perhitungan LDR sehigga sumÂber dana lebih beragam.
Di sisi lain, Moody’s memÂperkirakan kualitas aset kredit akan sedikit memburuk, teruÂtama untuk kredit investasi yang mengalami pertumbuhan pesat selama 2010-2013.
Namun, bagaimanapun juga perbankan Indonesia, menuÂrut Moody’s, memiliki tingkat permodalan dan tingkat keunÂtungan yang tinggi. Terlebih, rasio pencadangan perbankan Indonesia terbilang tinggi, seÂbagian besar bank lebih dari 100 persen.