BISNIS e-commerce yang besar dan sukses merajai pasar online di Indonesia pasti dipelopori oleh orang-orang hebat yang mendedikasikan waktu dan idenya. Seperti dedikasi Hadi Wenas, sosok pria dibalik kesuksesan ZaÂlora yang kini juga merambah ke bidang bisnis lainnya. Seperti apa kisahnya?
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Hadi Wenas merupakan salah satu anak muda di IndoneÂsia yang memilih jalan karir sesuai dengan passion-nya. Pria yang akrab disapa dengan panggilan Hadi ini menyÂelesaikan studi S1 di bidang menchanical engineering di University of Wisconsin Madison. Usai menyelesaikan jenjang studi S1-nya, Hadi sempat bekerja di Oracle sambil melanjutkan S2 ilmu komputer di Stanford University.
Keluarga Hadi menginginkan Hadi untuk menetap dan memÂbangun karir di AS. Tapi rupanya panggilan hati malah membuat Hadi kembali ke Indonesia. “Saya berada di AS selama 7 tahun. PeÂkerjaan saya yang pertama adalah programmer di Oracle. Setelah dari sana, saya kuliah di Stanford University jurusan komputer. Jadi sekolah dan pekerjaan saya berkenaan dengan komputer. Akhirnya saya merasa bosan dengan komputer. Karena setiap saat saya menghadapi komputer sehingga saya merasa sangat jenuh,†ungkapnya.
Pada tahun 2005 akhirnya Hadi kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan konsultan management, McKinsey. MemÂbangun karir hingga tahun 2012 di McKinsey, kala itu Hadi berhasil menempati posisi sebagai manajer senior.
Memulai Zalora
Di tahun 2012, Hadi mendapatkan tawaran dari salah seorang rekannya yang bernama Catherine untuk mulai merintis Zalora. Walaupun harus meninggalkan karir yang sudah mapan di McKinÂsey, Hadi segera memanfaatkan tawaran ini untuk mulai merintis jalan menjadi entrepreneur.
Zalora berhasil dirilis pada 24 Februari 2012 dengan persiapan yang tergolong sangat cepat, hanya sekitar 2 hingga 3 bulan. PerÂsiapan tersebut juga berjalan berkat bantuan dari Rocket Internet, salah satu perusahaan Jerman yang sudah berpengalaman di bidang bisnis online. Berawal dari 7 orang karyawan, dalam waktu 8 bulan rupanya perkembangan Zalora tumbuh dengan pesat. Kini lokasi kantor regional yang terletak di Singapura dan jumlah karyawan yang mencapai 150 orang membuat Zalora terus berkembang dan berekspansi ke negara-negara tetangga.
Selama menempati posisi CEO Zalora, Hadi berhasil membawa Zalora ke puncak keberhasilan dengan total 2.000 pesanan per hari hanya dalam kurun waktu 18 bulan saja. Saluran pemasaran melalui media sosial dan EDM rupanya menjadi cara ampuh untuk menduÂkung perkembangan bisnis e-commerce yang satu ini.
Sejumlah penghargaan pun dengan mudah mampu diraih ZaÂlora sebagai bentuk apresiasi atas kesuksesan. Tercatat sejumlah penghargaan seperti penghargaan MURI sebagai fashion online terbesar di Indonesia, The Best Innovation in Marketing, bisnis e-commerce dengan cakupan COD terluas di Indonesia serta fashion online terbesar versi ReBI10 sudah berhasil diraih oleh Zalora.
Ke depannya, Hadi dan Catherine selaku founder Zalora berÂharap bahwa bisnis e-commerce ini bisa menjadi fashion destinaÂtion bagi masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat akan tergerak untuk mencari produk fashion di Zalora terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli di mall.
Bagi Hadi, tidak ada bisnis yang sukses dibangun dengan cara yang instan. Inovasi dalam bisnis tidak membuat bisnis bisa segera berkembang secara pesat. Sebab butuh persiapan, kerja keras dan kemauan untuk belajar dari kesalahan agar bisa menjadi pebisnis yang baik. Kegigihan dalam berbisnis akan jadi kunci sukses yang membawa bisnis tersebut ke jenjang kesuksesan.
CEO LippoMall
Langkah Lippo Group untuk menunjuk Hadi Wenas sebagai CEO LippoMall yang baru adalah salah satu langkah yang tepat unÂtuk melakukan ekspansi ke ranah bisnis online. Sehingga nantinya Lippo diharapkan mampu melakukan ekspansi di bidang bisnis onÂline melalui MatahariMall.
Dengan proyeksi pertumbuhan penjualan ritel online sebanyak 10 kali lipat di tahun-tahun mendatang, Lippo Group berharap bisa mengambil kesempatan di bidang bisnis e-commerce pada moÂmen yang tepat. Tidak hanya itu, profesional sukses yang satu ini kini sudah sedang menukangi sebuah perusahaan digital bertajuk aCommerce, yang bergerak dalam bidang layanan pendukung bisÂnis eCommerce.
“Pesan saya, yang kerap saya sampaikan pada pegawai baru saya, adalah “It’s better to ask for an apology than wait for a perÂmissionâ€. Jadi lebih baik minta maaf daripada minta izin. Itu yang terpenting bagi entrepreneur. Entrepreneurship itu mirip bermain Flappy Bird. Sungguh! Di mana-mana, dan Anda hanya harus terus melaju ke depan,†pungkasnya. (*)