IRAN TODAY – Iran dan enam neg­ara adidaya memutuskan satu kes­epakatan nuklir harus dicapai pada tenggat waktu baru yang meru­pakan perpanjangan ketiga dalam dua minggu, sementara Tehran menuduh Barat membuat halangan baru. Kedua kubu sepakat untuk menetapkan tenggat waktu baru yaitu Senin (13/7) untuk mencapai kesepakatan tersebut.

Iran dan enam negara besar ini mengatakan telah tercapai kema­juan dalam perundingan selama dua minggu terakhir, meski Menteri Luar Negeri Inggris Phillip Ham­mond menyebut kemajuan itu “san­gat lambat”.

Setelah gagal memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan oleh Kongres AS, para pejabat As dan Uni Eropa mengatakan memperpanjang pem­bebasan sanksi bagi Iran berdasar­kan kesepakatan sementara hingga Senin agar ada tambahan waktu un­tuk mencapai kesepakatan akhir.

Iran dan Inggris, China, Perancis, Jerman, Rusia serta Amerika Serikat mencoba mengakhiri perselisihan selama 12 tahun lebih terkait pro­gram atom Iran, dengan merundin­gan pembatasan kegiatan nuklir den­gan imbalan pencabutan sanksi.

Kedua kubu masih berbeda pendapat atas sejumlah masalah seperti embargo senjata PBB pada Iran yang ingin dipertahankan oleh Barat, akses pemeriksa ke lokasi militer Iran, dan jawaban dari Teh­ran terkait kegiatan nuklir militer di masa lalu.

Menteri Luar Negeri Iran Moham­mad Javad Zarif mengatakan satu kesepakatan sulit dicapai pada teng­gat waktu Jumat, dan perundingan akan berlanjut hingga akhir minggu di Wina. Dia menyalahkan Barat atas kegagalan memenuhi tenggat waktu itu. “Sekarang mereka mengajukan tuntutan yang berlebihan,” katanya merujuk pada posisi keenam negara adidaya dalam perundingan itu.

Menlu Inggris Hammond men­gatakan para menteri akan kembali berunding pada Sabtu (11/7) untuk melihat apakah mereka bisa meny­elesaikan hambatan yang masih ada. “Kami membuat kemajuan, tetapi sangat lambat,” ujarnya kepada wartawan di Wina.

Zarif telah mengadakan perte­muan dengan Menlu AS John Kerry selama dua minggu untuk menyusun satu kesepakatan yang membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang telah melumpuhkan perekonomian negara itu.

Satu kesepakatan akan menjadi langkah terbesar menuju perbaikan hubungan antara Iran dan Barat se­jak Revolusi Islam 1979. Tetapi pe­rundingan ini terus terhambat, dan tenggat waktu terakhir diperpanjang tiga kali dalam 10 hari terakhir dan para diplomat mengatakan John Kerry dan Zarif sempat saling teriak dalam perundingan.

Gedung Putih mengatakan AS dan mitra perundingan “semakin dekat” dengan satu kesepakatan dengan Iran tetapi delegasi AS tidak akan mau menunggu tanpa batas waktu. Kantor berita resmi China Xinhua mengutip satu sumber diplo­matik yang mengatakan bahwa Barat dan Tehran hampir mencapai kese­pakatan mengenai klarifikasi dugaan program senjata nuklir Iran di masa lalu, masalah yang disebut dengan kemungkinan dimensi militer, PMD, dan kemajuan besar terkait pem­batasan kemampuan nuklir Iran.

Tenggat Waktu Terlewati

Perundingan gagal memenuhi tenggat waktu Jumat pagi yang ditetapkan oleh Kongres AS untuk mengkaji kesepakatan selama 30 hari. Kini, setiap kesepakatan yang diajukan ke Kongres AS sebelum 7 September akan dikaji selama 60 hari karena ada masa reses selama 30 hari.

Sebelumnya para pejabat AS mengemukakan kekhawatiran bah­wa waktu pengkajian yang panjang akan membuat kesepakatan yang telah dicapai berantakan, tetapi mer­eka mengecilkan risiko itu dalam beberapa hari terakhir karena teng­gat waktu itu tampaknya tidak akan terpenuhi.

Pada Kamis, Kerry mengisyarat­kan bahwa kesabaran Washing­ton telah habis: “Kami tidak bisa menunggu terlalu lama,” ujarnya ke­pada wartawan. “Jika keputusan sulit tidak bisa dicapai, kami siap mengh­entikan semua ini.”

Ali Akbar Velayati, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran Aya­tollah Ali Khamanei, menyebut per­nyataan Kerry itu sebagai “bagian dari perang psikologis AS terhadap Iran”.

Seorang pejabat senior Iran yang tidak mau dikutip namanya men­gatakan AS dan negara adidaya lain mengubah posisi dan mundur dari kesepakatan sementara yang dicapai pada 2 April yang sebenarnya meru­pakan dasar bagi kesepakatan akhir. “Tiba-tiba semua pihak memiliki garis merah sendiri-sendiri. Inggris punya garis merah, demikian pula dengan AS, Perancis dan Jerman,” ujar pejabat itu.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================