alfian mujani 240SAMPAI hari kedua kerja pasca-Lebaran, masih banyak pegawai pemerintahan dan swasta yang bo­los. Sebagian be­sar mereka masih berada di tanah kelahilannya, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hikmahnya, jalan-jalan di Ja­karta dan sekitarnya, termasuk Bogor masih ramai lancar. Tak ada kemacetan berarti.

Bagi masyarakat di Jateng dan Jatim, sete­lah Idul Fitri ada hari raya ketupat. Di Solo disebut ba’dan alias pesta setelah puasa sunat Syawal 6 hari. Entah siapa yang memulai hari raya ketupatan ini. Tak ada kitab yang mengupasnya. Ini memang hanya tradisi khas Nu­santara. Bukan bagian dari ritual ibadah yang dipandu Hadits.

Mengapa dinamakan hari raya ketupa­tan? Ceritanya, hari raya ketupatan ini untuk menghormati mereka yang berpuasa Sunnat Syawal selama 6 hari. Muslim nusantara masa lalu adalah masyarakat simbol. Siapa yang melakukan puasa Syawal 6 hari setelah puasa Ramadlan, maka dianggap “cukup lengkap” ibadahnya. Cukup itu bahasa Arabnya “ikta­faa”, mirip bunyinya dengan “ketufat,” bukan dengan bunyi lontong dan opor.

============================================================
============================================================
============================================================