Jadi Lautan Tuak
Sejak hiruk pikuk pembanguÂnan pusat pendidikan olahraga yang terletak di Desa Hambalang, Kecamatan Citeurep, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terhenti, wilayah ini berubah menjadi kawasan sepi.
Proyek yang memakan dana Rp 2,7 triliun yang kini mangkrak itu dimanfaatkan para muda-mudi untuk berpacaran. Bahkan, lebih sering dijadikan arena pesta minuÂman keras (miras), mulai dari tuak, intisari dan minuman receh kelas pedesaan.
Setiap hari sepanjang jalan dari bawah bukit sampai Kompleks Hambalang kerap ditemui para muda-mudi berkencan singkat di atas sepeda motor, di dalam hutan alang-alang, atau di dalam komÂpleks. Jalan ini dibangun mulai dari ujung permukiman di kaki bukit lalu menanjak hingga ke lokasi proyek di atas Bukit Hambalang.
Karena letak proyek di atas bukit, kontur jalannya pun curam dan berkelok-kelok. Di beberapa titik, kemiringan jalan bahkan mencapai 45 derajat. Kendaraan yang fungsi remnya tak memadai, sebaiknya tidak melalui jalan di kawasan ini. Selain curam, jalaÂnan menuju proyek Hambalang juga sepi. Di kanan-kiri jalan hanya terdapat hutan berisi pepohonan besar hingga sepanjang lebih dari 1 kilometer. Pada pagi atau sore hari, lokasi ini sangat sejuk. NaÂmun, waktu malam akan berubah menjadi mencekam karena lokasi ini tak dilengkapi dengan peneranÂgan yang cukup.
Menurut warga, jalan aspal ini sudah berumur lebih dari 10 tahun. Karenanya, tak heran jalan yang tadinya mulus kini telah retak di beberapa titik.
Mesum Area Karena suasana jalanan ditambah hutan yang sepi, jalur menuju proyek Hambalang ini kerap digunakan untuk pacaÂran. Bahkan, warga seringkali meÂmergoki pasangan yang berbuat asusila di semak-semak atau di balik pepohonan yang rindang. PaÂsangan yang pacaran di sepanjang jalan itu mulai usia SMP hingga paÂsangan paruh baya.