Tidur merupakan aktivitas alamiah setiap individu. Hampir sepertiga hidup kita, kita habiskan untuk tidur. Dahulu, tidur dianggap sebagai waktu tubuh untuk beristirahat setelah lelah bekerja, sekolah, dan aktivitas lainnya.
Oleh : RIFKY SETIADI
Email: [email protected]
Seiring dengan berjalannya waktu, ilmu penÂÂgetahuan memÂÂbuktikan bahwa tidur tidak lagi hanyalah sesuatu untuk mengisi waktu saat seseorang dalam kondisi tidak akÂÂtif. Bahkan, tidur sendiri melibatkan banyak sekali aktivitas dan ternyata meÂÂmiliki banyak pengaruh pada kesehatan. Berbagai penelitian dilakukan unÂÂtuk melihat bagaimana pengaruh tidur pada tuÂÂbuh menemukan bahwa tidur berhubungan antara lain dengan peningkatan dan penurunan berat badan, hingga risiko keÂÂmatian di masa yang akan datang.
Sebuah penelitian diÂÂlakukan oleh Universitas Wincosin, Amerika SeriÂÂkat menemukan bahwa lamanya (durasi) tidur seseorang dapat berpenÂÂgaruh pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian dilakukan pada 1.024 suÂÂkarelawan berusia 30-60 tahun. Pada penelitian ini, kebiasaan tidur yang kurang dari 7,7 jam berkaiÂÂtan dengan peningkatan BMI, baik pada anak, remaja, maupun orang dewasa. Mengapa hal ini dapat terjadi? Ternyata, setelah memeriksa kaÂÂdar hormon-hormon pada sampel penelitian, didapatkan bahwa tidur berkaitan dengan perubaÂÂhan kadar hormon yang disebut dengan leptin dan ghrelin.
Leptin adalah sebuah hormon yang berasal dari sel lemak yang bersifat mengurangi nafsu makan. Sedangkan Ghrelin meruÂÂpakan peptida yang beÂÂrasal dari lambung yang justru meningkatkan nafsu makan. Penurunan waktu tidur dari 8 jam menjadi 5 jam pada rata-rata waktu malam hari diÂÂprediksi penurunan kadar leptin sebesar 15,5% dan peningkatan kadar ghreÂÂlin sebanyak 14,9%. ApaÂÂbila terjadi kekurangan kadar leptin dan tingginya kadar ghrelin, maka nafsu makan akan meningkat dan dapat menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan. Obesitas merupakan risiko yang tinggi untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatÂÂkan risiko kematian.
Penelitian tentang lamanya tidur ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumÂÂnya oleh Kripke, dkk di California, Amerika SeriÂÂkat yang mendapatkan bahwa risiko kematian meningkat pada waktu tiÂÂdur 8 jam atau lebih, atau tidur kurang dari 7 jam. Penelitian yang melibatÂÂkan lebih dari 1 juta indiviÂÂdu ini menemukan bahwa tidur selama 8, 9, 10 atau lebih jam dapat meningÂÂkatkan risiko untuk meÂÂninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah pada baik wanita dan pria. Penggunaan pil tidur yang sering untuk mengontrol insomnia juga berkaitan dengan peningkatan risiko keÂÂmatian. Nah, lalu berapa lama waktu terbaik untuk tidur? Pada penelitian ini angka kematian terendah didapatkan pada wanita dan pria yang mempuÂÂnyai durasi tidur 7 jam, atau lebih tepatnya antara 6,5-7,4 jam per malam.
Dari berbagai peneÂÂlitian tersebut, jelaslah bahwa tidur yang baik dan sehat adalah tidur yang cukup, yaitu sekitar 7 jam sehari. Bila merasa sulit tidur, lakukanlah kegiatan-kegiatan yang sealamiah mungkin, seperti mandi air hangat, meminum seÂÂcangkir cokelat hangat, atau membaca bacaan-bacaan ringan dapat merÂÂilekskan otot-otot tubuh anda sehingga lebih muÂÂdah untuk tertidur. TerÂÂkadang, kualitas tidur seÂÂseorang tidak bisa dilihat hanya dari lamanya waktu tidur, namun dari kualiÂÂtas tidurnya. Karenanya, menjaga kualitas tidur menjadi penting untuk membantu menjaga daya tahan tubuh.(*)