JAKARTA, TODAY — Jatuhnya harga emas, biji besi dan bahan tembaga membuat harga saÂham perusahaan tambang jatuh ke lubang terÂdalam. Di bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS) saham perusahaan tamÂbang memiliki kinerja terburuk sepanjang Juli 2015.
Dilansir dari CNN, Selasa (28/7/2015), saham Freeport-McMoran (induk Freeport InÂdonesia) turun 35%. Demikian juga dengan saham perusahaan tambang lain, yaitu Joy Global yang turun 28% sepanjang buÂlan ini.
Bahkan, perusahaan tamÂbang Inggris, Anglo American, pekan lalu berencana meÂmangkas 53.000 pekerja kareÂna turunnya harga komoditas tambang tersebut. Sejumlah perusahaan tambang mengalaÂmi kendala keuangan, dan inÂvestor saham memperkirakan perusahaan tersebut tidak bisa bertahan.
Komoditas logam tidak lagi menarik di tengah lesunya ekoÂnomi. Banyak logam tambang yang digali, namun permintaan tidak banyak.
Bila dilacak, semua kejatuÂhan ini bermula dari China. Pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu yang tinggi dalam satu dekade terakhir, memÂbuat harga komoditas tambang naik. Tapi sekarang, ekonomi China melambat, dan memÂbuat harga komoditas turun.
“Ini menjadi badai yang sempurna dari perlambatan China, penguatan dolar AS, dan melambatnya pertumbuÂhan ekonomi dunia,†kata AnaÂlis dari BB&T Capital Markets, Garret Nelson.
Seluruh komoditas, baik emas, tembaga, bahkan minÂyak dihargai dengan dolar. PenÂguatan dolar yang terjadi saat ini membuat harga komoditas ini mahal untuk pembeli di luar AS, permintaan pun turun.
Anjloknya harga komoditas bukan hal baru, tapi saat ini makin parah. Indeks harga spot komoditas mentah CRB pernah mencatat, harga komoditas naik 200% sepanjang 2001-2011 didorong oleh tingginya pertumbuhan ekonomi China, yang meningkatkan permintaÂan akan tembaga dan bijih besi.
Namun setelah 2011, ekoÂnomi China mulai melambat, permintaan komoditas tamÂbang ini menurun. Masalah lagi, para produsen tambang sudah menggenjot produksinÂya, mengejar keuntungan. Tapi permintaan lesu. Indeks CRB sejak 2011 turun 30%.
Harga emas dunia turun di bawah USD 1.100 per ounce pekan lalu, atau yang terdalam dalam 5 tahun terakhir. AnÂjloknya harga emas membuat investor menjauhi saham peruÂsahaan tambang, seperti NewÂmont Mining, Barrick Gold, dan Coeur Mining di AS.
Apakah akan ada kebangÂkrutan perusahaan tambang? Memang kinerja keuangan peÂrusahaan memburuk karena jatuhnya harga. Disebutkan, utang Newmont Mining dalam 5 tahun terakhir telah naik 113%. Ini makin buruk bila harÂga tambang terus jatuh. BahÂkan PHK dan penjualan aset harus dilakukan.
Apakah harga tambang bisa naik lagi? Obatnya pasti kenaiÂkan harga. Namun belum ada tanda-tanda harga akan naik, apalagi pasar saham di China jatuh 8,5% kemarin.
(Alfian M|dtc)