11383297_1004537739579627_977314668_nSelain rasa, ada hal penting dalam menjalankan bisnis kuliner. Ya, kemasan. Oleh sebab itu, banyak pengusaha kuliner mencoba menarik perhatian pasar dengan menggunakan kemasan yang cantik untuk menjual produknya. Salah satunya dengan memasukkan aneka kudapan dan kue ke dalam kemasan botol beling tempat selai atau yang sering disebut jar. Itulah yang coba diterapkan oleh Ferdha Agisyanto yang berinovasi lewat kudapan unik cake in jar dengan menidirkan Bunchbead.

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Bunchbead menawarkan banyak var­ian rasa cake in the jar yakni red ocean, wood pines, tropical spar­kling, chocolate devil dan straw­berry shortcake. Dengan penataan sedemikian rupa, kudapan menarik ini banyak diminati para pelajar dan mahasiswa.

Laki-laki yang lebih akrab disapa Pepeng ini mengaku menjadi pengusaha cake in the jar pertama di Malang. Pepeng mengatakan, cake in jar miliknya berbeda dengan lainnya karena mereka mempunyai resep kue dan fla khusus serta menggunakan bahan baku pilihan. Dia mengombinasikan kue tart dan fla dengan ber­bagai isian lainnya seperti marsmallow, cokelat atau buah-buahan yang dimasukkan dalam botol selai.

“Sebelum memutuskan untuk berbisnis ku­liner maka seorang pebisnis tentunya sudah melakukan berbagai riset agar bisa membuat makanan dengan cita rasa yang unik dan lezat. Oleh karena itu, saya pun melakukan riset yang cukup ketat dengan melibatkan teman-teman terdekat dan juga keluarga untuk mencicipi cake in jar yang menjadi ciri khas Bunchbead. Saya membutuhkan waktu sekitar enam bulan den­gan berbagai macam modifikasi dari bahan ba­kunya sehingga tercipta kue yang lezat. Setelah menerima berbagai macam kritik dan saran yang konstruktif akhirnya terciptalah cake in jar yang menjadi favorit konsumen,” ungkap Ferdha.

Ia menjelaskan, setiap produk memiliki cita rasa yang unik sehingga menimbulkan sensasi yang berbeda ketika menikmatinya. Ferdha juga melakukan diferensiasi produk dengan memperbolehkan customer untuk melakukan custom dari menu yang dipesannya.

“Setiap orang bisa menikmati cake in jar dalam varian rasa yang berbeda-be­da. Kon­s u m e n b i s a menikmati fla dan whipped cream dengan rasa yang menggugah selera. Hal inilah yang menjadi keunikan tersendiri di­mana konsumen tidak bisa mendapatkannya di tempat yang lain. Dengan cara seperti ini, saya mendapat respon positif sehingga membuat kosumen untuk datang kembali ke Bunchbead setiap minggu,” beber dia.

Di outletnya yang berada di Malang, rata-ra­ta jumlah produksinya sekitar 200 jar per hari. Harganya dibanderol mulai dari Rp 17.000−Rp 25.000 per jar. Total omzet penjualan bisa mencapai Rp 50 juta−Rp 70 juta per bulan.

Mereka memprediksi dalam tiga tahun ke depan kudapan dalam kemasan jar ini masih akan digandrungi para produsen untuk men­arik konsumen. Agar tetap bisa bersaing, dia terus melakukan inovasi dan berpromosi di media sosial.

Pada awalnya Ferdha sempat diragukan oleh orang tuanya lantaran berbisnis kuliner, hal tersebut karena latar belakang ia adalah jurusan S1 teknik perencanaan tata kota di Universitas Brawijaya. Setiap orang tua pasti tidak meng­inginkan anaknya gagal dalam menjalani ke­hidupan dan bisnisnya itu tetapi dengan tekad yang kuat untuk menyakinkan kedua orang tu­anya, ia pun bisa menjalankan bisnis kulinernya dengan lancar dan sukses. (*)

============================================================
============================================================
============================================================