Produsen bir merek Bintang dan Heineken, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) mencatat laba Rp 179,569 miliar di Semester I/2015. Labanya anjlok 48,4 perseroan dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 348,259 miliar. Pihaknya pun baru saja memperoleh pendanaan berupa utang dari perusahaan terafiiasinya yang bermarkas di Belanda, Mouterij Albert N.V., sebesar Rp 500 miliar.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Anjloknya laba ini gara-gara pendapatan yang juga turun di akhir Juni 2015, yaitu hanya Rp 1,06 triliun, bandingkan dengan pendapatan semester I-2014 yang mencapai Rp 1,34 triliun. Jatuhnya omzet produsen Bir Bintang ini akibat larangan penjualan minuman beralkoÂhol (minol) golongan A (kaÂdar alkohol di bawah 5%) yang berlaku April lalu.
Seperti dikutip dari laporan keuangan Perseroan, Selasa (4/8/2015), setelah dipotong beban penjualan maka laba kotor Multi Bintang tercatat Rp 576,651 miliar, lebih rendah dibandingkan sebelumnya Rp 798,901 miliar di paruh perÂtama 2014.
Laba kotor tersebut kembali dipotong oleh beban pemasaÂran, umum, dan lain-lain menÂjadi laba usaha sebesar Rp 261,49 miliar di akhir Juni 2015, sebeÂlumnya laba usaha Rp 496,277 miliar. Akibat laba bersih yang turun, maka laba per saham Perseroan juga ikut melemah dari sebelumnya Rp 165 per lemÂbar menjadi Rp 85 per lembar.
Pada perdagangan hari ini, harga saham MLBI turun 50 poin (0,71 persen) ke level Rp 6.950 per lembar. Sahamnya diperdagangkan 23 kali denÂgan volume 95 lot senilai Rp 65 juta. Sejak awal tahun hingga perdagangan hari ini, harga saÂham Multi Bintang sudah anjok 42 persen. Awal tahun ini harga sahamnya masih Rp 12.000 per lembar.
Pinjaman Rp500 M
PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) baru saja memperÂoleh pendanaan berupa utang. Produsen minuman beralkoÂhol dengan merek Bintang dan Heineken ini menarik pinjaman dari perusahaan terafiiasinya yang bermarkas di Belanda.
“Perseroan telah melakukan penarikan pinjaman dengan Mouterij Albert N.V. sebesar Rp 500 miliar,†tulis laporan keuanÂgan yang dirilis perseroan.
Penarikan pinjaman itu terÂdiri dari beberapa tahap. Pada periode 3 Juli sampai 3 Agustus, MLBI menarik Rp 100 miliar dengan suku bunga 7,62%. Lalu pada 8 Juli hingga 10 Agustus, MLBI mengambil Rp 100 miliar dengan bunga 7,64%. Kemudian di periode 10 Juli sampai 9 OktoÂber, MLBI menarik Rp 100 miliar dengan bunga 8,13%.
Lebih lanjut, MLBI menarik lagi Rp 100 miliar dengan bunga 8,27% pada periode 13 Juli samÂpai 13 Oktober. Terakhir, MLBI mengambil Rp 100 miliar denÂgan tingkat suku bunga 8,39% di periode 14 Juli sampai 14 OkÂtober.
Perjanjian fasilitas pinjaman antara MLBI dengan Mouterij Albert N.V. telah ditandatangani pada 28 Mei. MLBI dapat melÂakukan penarikan pinjaman dengan nilai maksimum Rp 1 triliun. Lalu bunga yang dikenaÂkan adalah JIBOR +0,95%.
Apabila terdapat fasilitas pinÂjaman yang tidak terpakai dan dibatalkan, MLBI harus membaÂyar biaya komitmen 0,3% per taÂhun. Adapun, fasilitas pinjaman ini akan berakhir pada 28 Mei 2018.
Dalam laporan keuangan seÂmester pertama, MLBI tercatat memiliki utang bank jangka penÂdek senilai Rp 725 miliar. PinjaÂman itu terdiri dari Rp 425 miliar ke pada Citibank dan Rp 300 miliar kepada Bank Rabobank International Indonesia.
Liabilitas MLBI tampak menipis 7,18% menjadi Rp 1,55 triliun. Namun ekuitasnya tuÂrun 17,08% dari Rp 533,79 milÂiar ke posisi Rp 442,61 miliar. Lebih lanjut, posisi kas MLBI merosot 72,88% dari Rp 146,36 miliar menjadi Rp 39,68 miliar. Asetnya pun turun 10,31% ke posisi Rp 2 triliun.
Sekadar informasi, sebesar 81,78% saham MLBI dikuasai Heineken International B.V. SeÂmentara masyarakat mengempit 18,22%. (DTK/KTN)