WASHINGTON TODAY – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kampanye melawan ke­sepakatan nuklir antara Iran den­gan negara-negara superkuat dunia pimpinan Presiden Barack Obama dengan cara melobi kaum Yahudi di Amerika Serikat. Obama bakal menghadapi lobi Yahudi di Kongres untuk meninjau kembali kesepaka­tan tersebut.

Menurut Netanyahu, seb­agaimana disampaikan kelompok Yahudi Amerika Utara di website, kesepakatan nuklir yang diteken pada 14 Juli 2015 lalu tidak cukup untuk menghentikan langkah Iran mengembangkan proyek pembua­tan bom nuklir.

“Pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran adalah rezeki nom­plok, sehingga Teheran terbebas dari masalah keuangan dan dapat memicu ketidastabilan regional,” ucap Netanyahu.

Netanyahu menentang ala­san pemerintahan Obama yang menyatakan bahwa kesepakatan tersebut adalah cara menghindari perang dengan Iran. “Saya tidak menentang kesepakatan ini sebab saya ingin berperang. Saya menen­tang kesepakatan ini lantaran saya ingin mencegah perang. Dan kes­epakatan dengan Iran akan mem­bawa ke peperangan,” katanya. Netanyahu melanjutkan, “Inilah saatnya berdiri tegak dan berhitung menentang kesepakatan berbaha­ya,” kata dia.

Terpisah, Presiden Amerika Seri­kat Barack Obama mengingatkan Is­rael soal bahaya yang akan dihadapi jika kesepakatan nuklir Iran diblokir dan memilih opsi serangan militer. Kemungkinan besar Israel akan menjadi sasaran serangan Iran.

Hal tersebut disampaikan Greg Rosenbaum yang merupakan salah satu dari 20 pemimpin Yahudi di AS yang bertemu Obama di Ge­dung Putih pada Selasa (4/8) waktu setempat. Kepada Israel Radio, Rosenbaum menuturkan, Obama menjelaskan situasi yang akan ter­jadi jika AS menyerang fasilitas nuk­lir Iran, ketika kesepakatan antara kekuatan dunia dengan Iran dibatal­kan. “Beliau (Obama) mengatakan, aksi militer oleh AS terhadap fasili­tas nuklir Iran tidak akan berdam­pak pada Iran memutuskan untuk berperang secara total dengan AS,” tutur Rosenbaum dari Dewan Demokrat Yahudi Nasional seperti dilansir Reuters, Rabu (5/8/2015). “’Anda justru akan melihat lebih banyak dukungan untuk terorisme. Anda akan melihat roket Hizbullah jatuh di Tel Aviv.’ Ini yang dikatakan beliau, yang akan terjadi jika AS me­nyerang Iran,” imbuhnya, merujuk pada kelompok asal Libanon yang didukung Iran.

Kesepakatan nuklir Iran dicapai pada 14 Juli lalu, usai pertemuan maraton di Wina, Austria antara Iran dengan enam negara seperti AS, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman. Diatur dalam kese­pakatan tersebut bahwa Iran harus mengurangi aktivitas nuklirnya dan sebaliknya, sanksi ekonomi terha­dap Iran akan dicabut.

Perdana Menteri Israel, Ben­jamin Netanyahu bereaksi keras terhadap kesepakatan nuklir Iran tersebut. Dalam argumennya, Ne­tanyahu menyebut kesepakatan nuklir tidak cukup untuk menang­kal program nuklir Iran yang ber­potensi menciptakan bom nuklir sebagai senjata perang. “Saya tidak menentang kesepakatan ini karena saya ingin berperang. Saya menen­tang kesepakatan ini karena saya ingin mencegah perang. Dan kes­epakatan ini hanya akan membawa perang,” tegas Netanyahu dalam acara yang digelar kelompok Yahu­di di Amerika Utara.

(Yuska Apitya/net)

============================================================
============================================================
============================================================