Oleh: RIFKY SETIADI
[email protected]
Kemajuan teknologi saat ini diduga bisa hamÂbat kreativitas anak didik. Menghabiskan waktu hanya di depan televisi, komputer, atau media permainan digital lainnya dapat membentuk perilaku yang tidak kreatif pada anak. Walau demikian, orang tua seringkali mengira ketika anaknya cerdas di sekolah, khususnya dalam bidang akademik, berarti anaknya adalah anak yang kreatif. Tapi sebenarnya, walaupun cerdas anak belum tentu kreatif.
Menurut psikolog Metta Paramita, Psi., CBA, dari 3Cvirtual, orang cerdas menjadi kreatif jika dia mampu berpikir kritis dan bertindak proaktif. Mereka menjadi kreatif kalau ada wadah untuk menampilkan talentanya. Jadi belum tentu anak berbakat bisa kreÂatif. Tergantug stimulus yang didapatnya. “Pintar itu biasanya dilihat dari nilainya, apalagi kalau matematiÂkanya bagus, ikut les sana-sini tetapi walaupun begitu anak belum bisa disebut kreatif karena cerdas akan menjadi kreatif jika ada wadahnya, jika dia proaktif,†ungkapnya.
“Kalau seimbang antara hard skill dan softskill, mereka yang ada di bidang akademik bisa menjadi kreatif,†kata Metta. Ia menjelaskan, orang cerdas selalu berusaha mencari jalan keluar dari setiap permaÂsalahan yang dihadapÂinya. “Dia tiÂdak pernah menyerah atau puÂtus asa, karena selalu d a p a t melihat celah-celah y a n g orang lain tidak meÂlihatnya. Sehingga kita melihatnya bahwa merrka menjadi mahÂluk yang kreÂatif. Artinya merek yang dikatakan atau masuk kategori cerdas itu adalah mereka yang mampu mengaÂtasi maÂsalah, menyelesaikan masalah dengan cepat dan bisa melihat resiko atau konsekuensinya,†papar Metta.
Bakat di dalam diri anak memang merupakan satu kecerdasan tetapi beberapa kecerdasan anak kadang kala baru terlihat ketika ia sudah selesai sekolah. Hal ini disebabkan karena beberapa kecerdasan anak buÂkan di bidang akademis tetapi di bidang yang lainnya. “Tetapi untuk anak yang kreatif ia lebih bisa mengguÂnakan kecerdasannya secara total untuk menghadapi tantangan, menularkan kreativitasnya pada orang lain, dan bahkan menciptakan kesempatan pada dirinya sendiri,†kata Metta.
Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh para orang tua di rumah adalah dengan mendampingi anak ketika anak melakukan kegiatannya. Selain itu, juga dapat mengajak mereka untuk mengeluarkan pendapat atau pun ide yang ada di dalam pikiran mereka. “Untuk anak-anak, orang tua perlu menjadi fasilitator dan juga supervisor sehingga anak dapat mengeluarkan kreativitasnya,†lanjutnya.
Haikal Cholis misalnya, siswa asal SMKN 1 Bogor kelas XII Multi Media (MM)-1 itu merasa senang karena para pendidik di sekolahnya mengetahui bakat dan kreativitasnya dalam menggambar. Haikal mampu membuat karya seni gambar dari gabungan media pinsil, ballpoint hingga air kopi. “Saya merasa senang karena guru mengetahui bakat saya. Saya berharap kesenangan saya menggambar bisa terus berkembang dan bermanfaat, selain perlu ada wadah yang lebih kreatif untuk mematangkan bakat saya,†ujar Haikal.
Deni Miharja, salah seorang pendidik Seni di sekoÂlah tersebut mengungkapkan kreativitas adalah keÂmampuan untuk membuat perbedaan. Orang yang kreatif adalah orang yang melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda. Perbedaan memÂbuat peluang baru terbuka. “Saya sebagai pendidik tentu harus bisa melihat perbedaan dan bakat yang menonjol dari para siswa agar berkembang,†ujarnya.
Pentingnya menemukan siswa berbakat dan siap menjadi bintang juga disadari oleh TinaÂsari Pristiyanti, S.Si, M, guru bidang IPA di SMA Negeri 3 Bogor yang berhasil menemukan bintang gemilang SMAN 3 Bogor, Hammam Raihan MoÂhammad. “Kemampuan intelekÂtual dan mental memang sangat dibutuhkan dan tidak bisa dipisahkan, termasuk menghadapi olimpiade seperti ini,†ujar Tina.
Hammam didaulat menjadi siswa cerdas di ajang International OlymÂpiad Astronomy and Astrophsics (IOAA), ajang olimpiade astromi tingkat internasional di Magelang yang baru saja usai belum lama ini. Berkat kecerdasannya, siswa kelas XII MIPA 7 ini berhasil meraih perak. Delegasi IndoÂnesia sendiri berhasil meraih dua medaliemas, enam medali perak, satu medali perunggu serta satu honorable menÂtion. “Astronomi bukanlah hal yang asing lagi dari diriÂku yang menyukai sains. Sumber keingintahuanku yang paling besar kebanÂyakan ditemukan di bidang astronomi.,†ujar Hammam.
Ia bercerita, dalam momen olimÂpiade itu seluruh siswa disatukan dalam baÂhasa Inggris dan ada kesempatan untuk bercakap dengan bahasa Inggris secara real time. Siswa juga diajak mengenali budaya negara asal peserta dengan menampilkan pertunjukan buÂdaya negara masing-masing dalam Cultural Night. Itulah sebabnya, kecerdasan dan kreativitas perlu menjadi acuan utuh dalam proses pembelajaran siswa.