JAKARTA, TODAY — Jurus mabuk China yang sengaja melemahkan nilai mata uangnya (devaluasi), benar-benar membuat panik dunia. BahÂkan Amerika Serikat pun ketakutan, kareÂna langkah China ini akan membuat nilai USD terlalu kuat. Sementara mata uang di Asia terus berguguran terhadap dolar AmeriÂka. Rupiah makin parah, Rabu (12/8/2015) pagi sudah jatuh ke level Rp 13.825 per USD.
 Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap USD pasca jurus mabuk China tersebut, diyakini akan sangat membahayakan bagi perekonomian Indonesia. “Kondisi ini tentu bahaya loh bagi kita, pemerinÂtah sama sekali tidak memprediksi bila yuan dilemahkan, fokusnya pada suku bunga The Fed, bank sentral Amerika Serikat, dari dulu,†ungkap Direktur InÂstitute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, Rabu (12/8/2015).
Enny mengatakan, akibat lemahnya yuan, akan membuat Indonesia bisa dibanjiri barang-barang impor dari China dalam jumlah besar, sementara pemerintah tidak bisa berbuat banyak.
“Kita itu punya perjanjian perdaganÂgan bebas dengan China, mau naikin tarif bea masuk untuk tahan serbuan impor nggak akan bisa. Kita hanya bisa tahan dengan kebijakan non tarif,†ungkapnya.
Ia memperkirakan, kondisi akan memÂbuat defisit perdagangan dengan China seÂmakin besar, dan tentunya akan memukul industri dalam negeri. “Rupiah kita makin melemah, yuan makin murah, impor dari China makin besar, defisit perdagangan makin besar pula,’’ kata Enny.
Sementara, mau diterapkan kebiÂjakan non tarif sulit, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), karena haÂrus pakai asas resiprokal. ‘’Kenapa sulit? Karena kualitas barang kita juga belum banyak yang bisa SNI, apalagi yang diekÂspor ke luar negeri,†jelasnya.
Enny menambahkan, kondisi seperti ini diharapkan bisa diantisipasi pemerÂintah. Apalagi setelah reshuffle kabibet yang dilakukan Rabu siang. “Pemerintah kita beda dengan pemerintah negara lain, seperti China contohnya, dari keÂmarin kita mikirin The Fed melulu ya Bank Indonesia-nya ya Menteri KeuanÂgannya, tak tahunya negara lain seperti China nggak disangka melakukan langÂkah devaluasi kita kena, kita kelabakan begini. Namanya pemerintah itu punya strategi, plan A, plan B sampai E, kita kan kalau sudah kejadian baru diantisiÂpasi, ujungnya terlambat,†tutup Enny.
Rupiah Paling Parah
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah sudah melemah 10% terhadap USD taÂhun ini. Bank Indonesia (BI) mengakui pelemahan rupiah ini sudah terlalu dalam. “Bank Indonesia melihat bahwa pelemahan rupiah akhir-akhir ini telah terlalu dalam (overshoot) sehingga telah berada jauh di bawah nilai fundamentalÂnya (undervalued),†kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam keterangan tertulis, Rabu (12/8/2015).
Menyikapi perkembangan tersebut, Agus mengatakan bank sentral telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. “Bank Indonesia akan mengopÂtimalkan bauran kebijakan dan terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan otoritas lainnya,†ujarnya.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah Rabu siang kemarin mengalami koreÂksi harian terparahnya di 2015. Dalam setengah hari rupiah anjlok 1,33% terÂhadap dolar AS. Jika dibandingkan awal tahun ini, rupiah sudah anjlok hingga 10,4%. Rupiah juga termasuk mata uang yang kinerjanya paling parah di Asia, di urutan kedua ada ringgit Malaysia.
Amerika Ketakutan
Langkah China yang sengaja meÂlemahkan nilai mata uang yuan ternyata juga membuat Amerika Serikat (AS) ketÂakutan. Rencana bank sentral AS, The Fed untuk menaikkan bunga acuannya diyakini bakal mundur di tahun ini.
Menteri Keuangan Bambang BrodjoÂnegoro mengatakan, bila bunga acuan AS naik, maka USD akan makin kuat. Bila ini terjadi, maka barang produksi AS bakal tidak kompetitif dan kalah murah dibandingkan barang China.
“Justru devaluasi China malah bisa membuat The Fed jadi agak ragu-ragu, karena kan kalau dia menaikkan tingkat bunga, makin kuat lagi dia terhadap semua mata uang,†tutur Bambang.
“Padahal dengan China mendevaluÂasi, kan berarti sekarang ini pun dolar makin kuat terhadap China dan yang lainnya. Karena begitu China devaluasi, yang lain ikut pasti, atau yang lain terimÂbas. Ujungnya kan dolar makin kuat, dolar makin kuat itu juga bisa membuat AS berpikir dua kali,†papar Bambang di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Pelemahan yuan yang terjadi ini meÂnambah ketidakpastian di pasar keuanÂgan global. Indonesia harus terus menÂjaga kestabilan ekonomi di dalam negeri. Jangan sampai, guncangan dari China membuat dana asing keluar.
Bambang tidak bisa menyalahkan langkah yang dilakukan oleh China. Karena langkah itu dilakukan dalam menghadapi pertumbuhan ekonomi yang melemah dan ekspor yag melamÂbat. China menganggap yuan sudah terlalu kuat, dan membuat nilai barang yang diproduksinya tidak bisa bersaing dengan kondisi ekonomi dunia saat ini.
“Devaluasi China ini kenapa dampakÂnya besar, mungkin karena semua orang kaget. Tidak menyangka ada gerakan sepÂerti ini,†ujar Bambang.
(Alfian M|dtc)