20150729_124657SAKIT keras yang diidap sang orangtua membuat Gunara memi­liki tekad yang kuat untuk menjadi seorang dokter ketika duduk dibangku SMA. Tekad itu semakin bulat saat orangtuanya me­ninggal dunia. Namun, takdir berkata lain. Gunara malah men­jadi seorang pengacara. Meski demikian, Gunara tetap men­jalaninya dengan hati karena menurut dia, baik dokter maupun pengacara merupakan profesi yang mulia dan terhormat lanta­ran bisa membantu orang lain.

Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]

Gunara dikenal sebagai salah satu sosok pengacara yang low profile. Tak begitu sulit bagi BOGOR TODAY untuk bisa menemui dan mewawancarainya. Di sela kesibukannya di Pengadilan Neg­eri Kota Bogor, Gunara menyempatkan waktu untuk berbagai kisahnya.

Menjadi pengacara memang bukan cita-citanya. Sejak SMA, pria pehobi olahraga bulutangkis ini memang berniat ingin menjadi dokter. Namun takdir membawanya menjadi seorang advokat. Kini, namanya pun sudah cu­kup dikenal, khususnya di Bogor.

“Waktu SMA saya masuk jurusan IPA. Bah­kan, setelah lulus saya sempat ikut tes masuk kedokteran tapi nggak lulus. Terus saya coba lagi dan tidak berhasil,” ungkap Gunara.

BACA JUGA :  Turunkan Kolesterol usai Kalap Makan saat Liburan Lebaran dengan Ramuan yang Dijamin Ampuh

Tidak lulusnya tes masuk fakultas kedok­teran membuat Gunara menganggur selama satu tahun. Dan akhirnya, ia direkomendasikan kakaknya untuk masuk ke fakultas hukum. “Ka­kak saya bilang, kalau memang ingin membantu orang lain coba saja masuk fakultas hukum. Kan, tidak semua orang mengerti hukum. Ban­yak orang kecil ditindas karena tidak paham hukum jadi peran pengcara sangat dibutuhkan. Dari situ saya kemudian memutuskan untuk kuliah hukum,” kata pria kelahiran Sambas, 4 April 1962 itu.

Pada 1984 Gunara pun memulai kulihanya di salah satu perguruan tinggi sawasta di Bogor. Sambil kuliah, Gunara pun aktif di salah satu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) agar pengala­man dan ilmu mengenai kehukumannya terus terasah. “Kemudian saya lulus sekitar tahun 90-an. Saya ikut ujian pengacara praktek di Bandung. Sampai akhirnya saya terus menik­mati dan berkecimpung di dunia pengacara,” terang dia.

Ia juga ingat betul kasus hukum pertama yang berhasil ia tangani, yakni menyangkut sebuah lahan sengketa di Ciwaringin. “Kasus ini sangat mempunyai kesan karena berkahir dengan jalur damai atau kekeluargaan. Karena bagi saya, keputusan berdamai itu sangat indah. Keputusan ke ranah hukum itu saya pilih seb­agai langkah terakhir,” tandasnya.

BACA JUGA :  Resep Membuat Rendang Jengkol yang Gurih Renyah dan Mantap

Kini, beragam kasus pernah ia tangani. Dari kasus besar hingga kasus yang menerpa ma­syarakat miskin. “Tak bisa dipungkiri bahwa persoalan hukum di negeri kita ini masih tum­pul ke atas dan tajam ke bawah. Padahal, dalam Pasal 27 UUD 1945 disebutkan bahwa semua masyarakat Indonesia sama kedudukannya di mata hukum dan harus tunduk kepada hukum. Di situlah terhormatnya peran pengacara atau yang disebut dengan officium nobile,” jelasnya.

Gunara sendiri memulai karir di LBH Pemu­da Pancasila pada 1986-1996. Kemudian ber­gabung di Arbono Soercahmat and associate dan Law Firm DGG. Saat ini, ia mengemban tugas sebagai Ketua Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) Kabupaten Bogor dan sekretaris Per­himpunan Advokat Indonesia (Peradi) Bogor Raya.

(Apriyadi Hidayat)

============================================================
============================================================
============================================================