Untitled-18Meninggal di Papua, beris­tirahat di TPU Blender, Kebon Pedes, Kota Bogor. Ini akhir kisah Pramugari Trigana Air, Ika Nugraeni Sukma Putri. Na­mun, hingga saat ini keluarga masih menunggu hasil identi­fikasi dari tim Disaster Victim Identification (DVI) di Papua.

(Yuska Apitya Aji)

“KELUARGA sepakat jenazah Ika dimakamkan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Blender,” kata kakak tertua Ika, Asta Wahyu Dewanto, Minggu (23/8/2015).

Ia menuturkan, jenazah Ika akan disemayamkan terlebih dahulu di rumah orang tuanya di Perumahan Bukit Asri Ciomas Indah Jalan Cend­ana Blok B 2 Nomor 1E Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Pihak keluarga hingga kini masih menunggu kabar dari Papua terkait hasil identifikasi jenazah Ika. Sudah ada suami dan kakak kandung Ika lainnya yang berada di Papua untuk menunggu hasil identifikasi.

“Setiap dua jam saya selalu kontak-kontakan sama adik saya di Papua untuk menanyakan soal hasil identifikasi. Kalau has­il identifikasi sudah keluar, jenazah Ika langsung dibawa ke Bandara Halim, terus dibawa ke sini untuk disemayamkan,” tu­turnya.

BACA JUGA :  Diduga Hanya Menegur, Pria di Probolinggo Dikeroyok 5 Pemuda hingga Babak Belur

Hingga tadi malam, rumah duka masih dipenuhi para pelay­at. Mereka adalah rekan-rekan dan para kerabat Ika. Beberapa karangan bunga juga tampak di halaman rumah duka.

Keluarga berharap agar hasil identifikasi jasad Ika segera kelu­ar, sehingga pihak keluarga bisa langsung memakamkannya.

Jam terbang almarhumah Ika Nugraeni Sukma, terbilang ting­gi. Telah 14 tahun ia berprofesi sebagai pramugari.

Meski demikian, Ika tak pernah absen mengabari sang ibunda, Maryati Tejaningsih, tiap akan terbang. Kakak tertua Ika, Asta Wahyu Dewanto, men­gatakan bahwa kebiasaan pamit dan meminta doa pada orang tua selalu dilakukan almarhu­mah. “Selalu komunikasi dengan Ibu. Hari Minggu sms juga, ‘Ma, Ika mau terbang ke Papua. Minta doanya, ya.’,” ungkap Anto.

Pesan singkat itu menjadi pesan terakhir Ika. Pesawat Tri­gana Air IL-257 rute Jayapura-Ok­sibil yang membawa 49 penump­ang dan 5 orang awak (termasuk Ika) hilang kontak pada Ahad sore (16/8) dan diketahui jatuh di Pegunungan Bintang, Papua.

BACA JUGA :  Petik Kemenangan, Timnas Indonesia di Peringkat 2 Klasemen Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026

Pihak keluarga kontan terke­jut dan segera mengonfirmasi kabar tersebut. Bahkan, ibunda Ika masih terguncang menden­gar putri bungsunya tak selamat dari musibah jatuhnya pesawat. “Tidak usah diwawancara, ibu saya masih shock,” kata Anto.

Suami Ika, Bhayu Novianto, masih berjaga di Bandara Sen­tani, Papua, bersama tiga orang lain dari pihak keluarga untuk menanti informasi terkini. Dua anak Bhayu dan Ika, Khaula (10 tahun) dan Raffa (4 tahun) kini tinggal bersama nenek mereka.

Semasa hidupnya, Ika dike­nal sebagai sosok yang sangat sayang dan peduli pada keluar­ga. Perempuan yang menamat­kan studi di SMIP Perintis Pari­wisata Depok itu juga pekerja keras dan mencintai profesinya. “Dia memang bercita-cita jadi pramugari,” ucap Anto mengenang.

Ika memulai debutnya menja­di pramugari di Batavia Air pada tahun 2001. Lantas, ia pindah ke maskapai Sriwijaya Air dan mu­lai bertugas di Trigana Air sejak 2011.

============================================================
============================================================
============================================================