HIDUP memang sebuah pilihan. Meski mengenyam ilmu kedokteran, Frans Tshai memilih mengabdi sebagai pengajar chikung. Pilihan itu membuatnya lebih bahagia. Terlebih karena ia tetap bisa berbagi dengan oranglain dalam semangat kesetaraan.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Menyelesaikan jenjang pendidikan KedokÂteran di Universitas Zurich tahun 1971, Swiss, ternyata tak membuat Dr. Frans Tshai pria kelahiran Kalimantan Barat, 12 Juli 1941, menghabiskan dunia karirnya sebagai seorang dokter. Ia justru lebih memilih mengabdiÂkan dirinya untuk berbagi ilmu kesehatan alternaÂtif yang ia dapatkan dari cikung.
Setelah selesai mengambil dokter umum, pria keturunan Tionghoa ini memutuskan mengambil spesialis bedah, namun ia hanya mampu mengenyam pendidikan spesialisnya ini selama satu tahun.â€Sejak saya ambil kuliah spesialis bedah, tidur saya terganggu, dari situ juga pola hidup saya jadi tidak sehat,†terangÂnya.
Hingga pada suatu hari ia mengalami gatal-gatal pada seluruh tubuhnya, tiga kali sehari dalam seminggu ia rutin mengkonsumsi obat untuk mengobati gatalnya ini, namun tak kunjung smebuh. Sampai ada rekannya yang menyarankan chikung. “Saya coba chikung, percaya tidak percaya baru dua kali ikut latihan, gatal-gatal saya langsung hilang. Dari seÂjak itu saya rutin latihan chikung terus,†tutur pria ramah ini. Disanalah ia percaya, bahwa ilmu chiÂkung sangat berguna bagi kehidupan.
Menurutnya, chiÂkung adalah ilmu atau seni yang mengajarkan cara mengolah energi di dalam tubuh dengan tujuan untuk meningÂkatkan kesehatan holisÂtik yaitu tubuh, pikiran dan jiwa yang lahir sekiÂtar 5.000 tahun lalu di negeri Tiongkok. SemenÂtara ajaran Chikung Kylin yang ada di perguruannya, merupakan aliran Chikung telah mengadopsi semua gerakan terbaik dari semua ilmu yang ada sehingga gerakan Chikung Kylin sangat sederhana dengan hasil sangat mudah diraÂsakan.
Saking rutinnya ia berlatih chikung, ia diamanatkan untuk menjadi tim pengajar chikung di Jakarta. Kemudian tahun 1995, ia memutuskan pindah ke Kota Bogor, tepatnya di Jalan Guntur Nomor 21 dan membuka praktik pengobatan alternatif chikung di kediamannya, yang kini diÂjadikan tempat satu-satunya di Bogor pengobatan dengan metode chikung, yaitu gerakan seni mengolah energi tubuh yang berasal dari China. â€Bogor ini hanya cabangnya saja, pusatnya tetap di Jakarta. Tahun ini sudah maÂsuk angkatan yang ke 100 untuk tim pengobatannya di Bogor,†ujarnya.
Herannya, cabang Bogor ini selalu dicari semua orang, bahÂkan pasien yang tinggal di Jakarta juga justru malah mencari yang di Bogor. Rumahnya itu dijadiÂkan seÂb a g a i t e m p a t P e r g u Âruan Chikung Kylin, yang juga tempat praktik gratis pengobatan chikung untuk semua orang, setiap hari Minggu. â€Kami membanÂtu pasien tanpa memungÂut bayaran apapun, dan kami juga mengobati tanpa melihat merÂeka ke sini naik apa, warna kulit dan agaÂmanya apa. Intinya kami mau mereka sehat,†ujar manÂtan anggota DPR-RI ini. Begitulah penÂgobatan metode chiÂkung menjadi jalan pilihan bagi hidupnya. Nilai kesetaraan inilah yang menjadi kekuatan dan pendorong kebahagiaan bagi sang guru dan semua lapisan masyarakat.
Menurutnya, filosofi hidup bagi dia adalah “Hidup yang berguna adalah hidup yang juga bermanfaat bagi oranÂglainâ€. Dari filosofi ini ia mampu impleÂmentasikan dalam pengobatan chikung tanpa menerima pungutan, dan nilai itu diterapkan di tempat praktiknya.