PYONGYANG TODAYÂ – Hujan lebat yang menyebabkan banjir telah meÂnewaskan 40 orang di Korea Utara serta menyebabkan ribuan warga lainnya terdampar.
Diberitakan Reuters, Rabu (26/8/2015), juru bicara Palang Merah Internasional, Hler GudÂjonsson mengatakan lebih dari 11 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari banjir yang melanda timurlaut Kota Rajin dekat perbatasan dengan RuÂsia dan China. Rajin adalah ibukota Zona Ekonomi Khusus Rason di Provinsi Hamgyong Utara.
“Hujan sangat deras dan cepat. Pada Sabtu pagi kota itu sudah banÂjir, serta mobil mengambang seperti perahu,†ujar seorang sumber di daerah banjir kepada Reuters.
Masih belum jelas dampak apa yang akan diberikan banjir ini keÂpada negara, yang sebelumnya, pada Juni, mengalami kekeringan terparah selama seabad terakhir.
Namun, Korea Selatan menÂgatakan pada Juli bahwa hujan suÂdah turun di Korea Utara, meredaÂkan kekeringan di sana.
Media pemerintah Korut menÂgatakan, 40 orang tewas dan terjadi kerusakan parah setelah curah huÂjan mencapai 250 mm pada minggu lalu. Mereka menambahkan, setiÂdaknya 155 mm curah hujan turun pada Sabtu.
Menurut situs berita China, setelah terjadi hujan deras di Rajin, pihak otoritas China bekerja sama dengan penjaga perbatasan Korea Utara untuk mengevakuasi 484 turis asal China, mereka terdampar ketiÂka satu-satunya akses ke perbatasan hanyut.
Dilansir Reuters, banyak dari turis China itu sedang mengunjungi pameran perdagangan di Rajin. UnÂtuk membantu turis China di sana, pihak otoritas Negeri Panda itu mengirimkan truk sampah, mesin pengangkat barang dan peralatan berat lainnya ke Rajin.
Pihak kantor pemerintah di HunÂchun, China, tidak menjawab teleÂpon ketika Reuters mencoba menÂghubungi mereka. Cuaca buruk di Rajin, dikaitkan dengan Topan Goni yang melanda Filipina pada Sabtu, menewaskan empat warga. WalauÂpun Korea Utara tidak langsung terÂkena Topan Goni, namun mereka merasakan dampak banjirnya.
Dataran tinggi di daerah ini kerap dijadikan lahan pertanian sehingga hutan untuk menyerap air kian terkikis. Hasilnya, air huÂjan langsung mengalir ke desa-desa atau kota di bawahnya, dan sering menyebabkan banjir.
Menurut OCHA, badan koordiÂnasi kemanusiaan PBB, peristiwa yang sama juga terjadi Agustus lalu di Rajin, menewaskan 21 orang dan 3.400 warga mengungsi. Sumber di lokasi juga mengatakan bahwa “Ladang disana terendam air, sawah terlihat seperti danau,†tutur sumÂber yang menolak untuk disebut naÂmanya.
(Yuska Apitya/net)