Meski bukan kudapan asli Indonesia, burger salah satu makanan yang digandrungi berbagai kalangan. Sejumlah tempat mulai dari restoran berkelas hingga pedagang kaki lima pun banyak yang menjajakan roti tumpuk dengan beragam isi ini. Maklum, di negara yang padat penduduk, bisnis makanan memang cukup menjanjikan. Demi melebarkan usaha, banyak merek burger menawarkan paket kemitraan untuk membiakkan gerainya. Seperti yang disuguhkan Syaiful M. Soemarsono lewat brand Burger Setan.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Ya, makanan burger telah menÂjadi gaya hidup bagi berbagai golongan usia dan tingkat soÂsial. Bahkan burger sangat diÂgandrungi di seluruh lapisan masyarakat di dunia. Masyarakat kelas atas, menengah ke bawah, orang dewasa, hingga anak-anakpun menaruh hati pada makanan asli Hamburg, Jerman ini.
Menurut survey, penggemar burger meÂningkat dari waktu ke waktu. Hal ini terbukÂti dengan semakin banyaknya merk burger yang beredar di dunia usaha saat ini. BahÂkan akhir-akhir ini burger telah menjadi alternatif makanan pokok. Burger sering dikonsumsi masyarakat, dan makanan ini bukan lagi sekedar makanan musiman.
Semakin membludaknya permintaan dari peminat burger, Syaiful M. SoemarÂsono berani menangkap peluang yang kontroversial yang unik dengan brand Burger Setan sejak sejak 2010 lalu. Setelah menyadari peminat burger cukup tinggi, maka ia menawarkan kemitraan pada taÂhun yang sama. Syaiful sengaja memberi nama burgernya itu burger setan karena bentuknya hitam. “Saya juga ingin memÂbuat nama produk saya unik dan membuat orang penasaran,” ujarnya.
Di gerai miliknya tersebut, Syaiful tiÂdak saja menjual burger tapi juga menjual menu lainnya seperti hot dog, dan kentang. Ia membanderol menu di gerainya mulai dari Rp 7.500 sampai Rp 15.000 per porsi. Menurut Saiful, harga jual produknya maÂsih sesuai dengan kantong masyarakat.
Ia juga bilang, produknya ini menyasar semua kalangan dari kalangan masyarakat menengah ke bawah dan menengah ke atas. Bagi yang berminat menjadi mitra, Syaiful menawarkan satu paket kemitraan dengan nilai investasi sebesar Rp 15 juta.
Dengan modal investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan satu buah geroÂbak dorong, bahan baku awal sebanyak 50 porsi, pelatihan karyawan, standar operaÂsional prosedur dan survei lokasi.
Saiful menjanjikan mitra bisa meraup omzet rata-rata Rp400.000-Rp 500.000 per hari, dengan keuntungan sekitar 20 persen hingga 30 persen dari omzet. DenÂgan omzet sebesar itu, mitra bisa balik modal dalam waktu empat sampai lima bulan pasca beroperasi.
Syaiful juga tidak memungut royalti fee dan masa kerjasama berlangsung seterusÂnya. Namun dengan catatan, mitranya itu harus membeli produk utama dari kanÂtor pusat seperti roti, daging dan kemaÂsan produk. Ia mengklaim, keunggulan produknya ini terletak pada dagingnya yang tebal dan mengandung protein tinggi. (KTN/DBS)