Melorotnya nilai tukar rupiah telah memantik kekhawatiran banyak pihak. Salah satu sektor bisnis yang terpukul dengan melorotnya mata uang berlogo Garuda itu adalah bisnis produk IT dan Gadget. Sejumlah jurus pun dilakukan oleh para pengusaha komputer di Bogor, mulai dari menaikan beberapa harga hingga menahan stok produk lantaran masih tingginya kurs rupiah terhadap dolar. Maklum saja, bisnis elektonik masih mengandalkan bahan baku impor.
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
Dari pantauan BOGOR TODAY di pusat penjualan produk IT dan Gadget, Plaza Jambu Dua, Kota Bogor, salah satu produk yang terkerek adalah jeÂnis Intel Core I3 340 yang semula seharga Rp5,7 juta melonjak naik menjadi Rp6,3 juta saat nilai tukar dolar terhadap rupiah naik menjadi Rp13.800. Naiknya harga belum berÂhenti menjadi Rp6,8 juta saat nilai tuÂkar dolar menembus lebih Rp14.000.
“Komputer dan laptop merupakan produk yang ikut terkena imbas dari meleÂmahnya rupiah. Di toko saya, beberapa produk memang sudah naik,†ungkap pemilik toko Three Jaya Computer di Plaza Jambu Dua Bogor, Kui.
Dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (ApkoÂmindo), Muzakkir, mengungÂkapkan bahwa dari data yang dimilikinya, sebagian besar harga produk IT dan gadget sudah naik dikisaran 5 persen hingga 15 persen dari harga sebelumnya.
“Kenaikan ini langkah waÂjar. Memang sekarang beli barang sudah menggunakan rupiah. Tapi dengan menÂguatnya dolar masih berpenÂgaruh terhadap harga beli kami yang ikut naik,†kata MuÂzakkir kepada BOGOR TODAY.
Ia menambahkan, para pebisnis ini lebih mengandalÂkan pasar lokal namun kebanÂyakan produk yang dijajakan adalah impor. “Kondisi ini tentu saja membuat penÂgusaha harus menanggung biaya tinggi. Langkah yang dianggap paling aman dan terhindar dari lonjakan dolar AS ini adalah dengan memilih menahan stok. Pengusaha stok hanya untuk kebutuhan beberapa hari saja atau jika ada permintaan baru kami orÂder,†jelasnya.
Memang, keputusan unÂtuk menahan stok bukanlah kebijakan yang populer, tapi juga berisiko. Jika pilihan menahan stok tersebut berÂdurasi berkepanjangan, konÂsekuensinya adalah, pihak pengelola industri tentu akan melakukan penguranÂgan karyawan lewat pemutuÂsan hubungan kerja (PHK). Lantas, apakah pengusaha masih optimistis ekonomi Indonesia bisa bergerak ke arah yang positif? Mengingat 2015 hanya menyisakan emÂpat bulan lagi. “Tergantung kebijakan pemerintah juga salah satu sebab penyerapan anggaran masih kecil sekali,†tandasnya.
Pertimbangkan Kenaikan
Sementara itu, APAC GenÂeral Manager Asus, Rex Lee, di Jakarta, menyebutkan, seÂmakin lemahnya nilai tukar rupiah ke dollar AS bakal berÂimbas ke harga produk yang dijual Asus. Jika tidak “semÂbuh†dalam waktu dekat ini, ada kemungkinan harga jual produk milik perusahaan asal Taiwan itu akan dinaikkan. Menurut Rex, kemungkiÂnan besar nyaris semua lini produk Asus akan menÂgalami revisi harga. SekaÂdar informasi, Asus menjual produk PC desktop, laptop, smartphone, tablet, dan masih banyak jenis produk lain di Indonesia.
Akan tetapi, masih belum diketahui seberapa besar penÂingkatan harga itu akan terÂjadi. “Kami akan menaikkan harga. Namun, kami belum memutuskan seberapa besar peningkatan tersebut,†tutur Rex.
Pun demikian, Rex terÂdengar sedikit pesimis, nilai mata uang rupiah akan menÂguat dalam waktu dekat ini. Menurut prediksinya, situÂasi ini setidaknya bakal terjadi hingga akhir tahun 2015 ini. “Saya dengar-dengar kejadian ini bisa sampai akhir tahun,†beber Rex.
Meskipun sudah ada renÂcana menaikkan harga, Asus masih belum akan menjalanÂkannya. Menurut Rex, Asus bakal terus bertahan dengan label harga yang ada sekarang. Harga baru akan dinaikkan keÂtika nilai dollar AS sudah tidak bisa ditolerir lagi. “Kami akan berupaya bertahan (di harga saat ini) selama mungkin,†kata Rex.
(Apriyadi/*)