Oleh: DRS. H. ATHOR SUBROTO, M. SI
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Mari kita selalu berusaha meÂningkatkan taqwa dengan sungÂguh-sungguh. Taqwa dalam arti – mematuhi semua perintah AlÂlah dan menjauhi larangan-Nya. Ini arti taqwa yang sebenarnya. Kita sadar, bahwa hanya dengan kualitas taqwa yang kuat – akan selamat dunia dan akhirat.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah.
Di bulan ini, Jama’ah Haji dari segala penjuru dunia – berÂduyun-duyun datang di kota Suci Makkah dan Madinah. Mereka ingin menyempurnakan rukun Islam yang lima. Mereka ingin melaksanakan ibadah haji. MerÂeka ingin mensucikan diri. DenÂgan perasaan yang penuh harap dan cemas – meninggalkan tanah air dan negaranya masing-masÂing, memenuhi panggilan Nabi Ibrahim AS. Mereka mempunyai harapan besar, untuk mendapatÂkan maghfirah dari Allah SWT atas semua dosa dan khilafnya yang telah dilakukan selama ini. Mereka ingin jika nanti suatu saat harus segera kembali mengÂhadap Ilahi Rabbi, dirinya dalam keadaan suci – seperti baru lahir dari kandungan sang ibu.
Di samping itu, perasaan merÂeka ada yang diliputi kecemasan. Apa yang akan terjadi selama di tanah suci. Mampukah menyeleÂsaikan seluruh rangkaian ibadah haji itu dengan baik. Atau jatuh sakit dan banyak rintangan? Dapatkah meraih suatu kualiÂtas haji yang mabrur atau tidak? Dapatkah dosa-dosa terampuni oleh Allah Tuhan Yang Maha Suci? Bagaimana pekerjaanku? Bagaimana tokoku ? bagaimana sawah ladangku? Bisakah kemÂbali lagi ke tanah air – bertemu keluarga dan sanak family ? Dan masih banyak lagi kecemasan-kecemasan lainnya yang muncul silih berganti.
Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Tidak perlu cemas dan tidak perlu takut. Sebab Rasululah SAW pernah bersabda yang artiÂnya kurang lebih: “Barangsiapa yang memulai pakaian ihram, maka sejak itu dosa-dosanya diputihkan oleh Allah SWTâ€. SubÂhanallah. Sungguh sangat luar biasa kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang taqarrub – mendekatkan diri kepada-Nya – untuk mendapatkan maghfirah
Baru saja memakai pakaian ihram, Allah Yang Maha PengamÂpun itu sudah berkenan dengan senangnya memberi maghfirah yang luar biasa itu. Diputihkan dari segala dosa dan khilafnya. Belum rangkaian ibadah yang lain. Tentu akan lebih memutihÂkan diri, meningkatkan kuwalitas hidup dan memperbanyak pahala yang luar biasa pula. Juga jangan cemas, segala urusan di tanah air sudah diatur dengan baik oleh Tuhan Penguasa alam semesta. Karena itu, lupakan dan relakan serta serahkan semuanya itu keÂpada Allah SWT. Allah adalah TuÂhan Yang Memiliki segala-galanya dan Maha Pengampun serta Maha Penyayang. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Surat Ali Imran ayat 129 sebagai berikut:
“Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan AlÂlah Maha Pengampun lagi Maha Penyayangâ€. (QS. Ali Imran: 129).
Saudara-saudaraku kekasih Allah yang berbahagia. Ibadah haji itu indah. Ibadah haji itu menyenangkan. Dan, ibadah haji itu merindukan. Betapa tidak? Di tanah Suci kita bisa bertemu dengan saudara-saudara kita dari seluruh penjuru dunia. Ada dari Asia. Ada dari Afrika. Ada dari Eropa. Ada dari Amerika. Dan ada pula dari benua Australia. Pendeknya, mereka datang dari seluruh penjuru dunia.
Ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam. Ada yang berkulit agak kuning, ada yang sawo matang. Ada yang berposÂtur tinggi, ada yang sedang dan pendek. Ada yang sudah usia tua, ada yang masih muda gagah perkasa. Ada yang tampak orang kaya dan mewah, ada yang sederÂhana dalam penampilannya. WaÂlau mereka datang dari negara yang berbeda, dan warna kulit yang bermacam-macm, namun, rasa saling hormat dan kasih sayang – memancar terang dari raut wajah mereka. Yang keluar dari mulut mereka ucapan yang bagus-bagus, assalamu’alaikum – assalamu’alaikum, apa kabar? dan seterusnya.
Pada dasarnya mereka datang dari satu akar yang sama, yaitu Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Hakekatnya, mereka itu satu dan bersaudara yang harus saling memperbaiki hubungan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’anul Karim surat An-Nisaa’ ayat 1 sebagai berikut:
“Hai sekalian manusia, berÂtakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memÂperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan berÂtakwalah kepada Allah yang denÂgan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamuâ€. (QS. An-Nisaa’: 1).
Ma’asyiral Muslimin RahimaÂkumullah,
Ibadah haji itu sungguh menggembirakan. Doa-doa dikaÂbulkan. Permohonannya tidak ada yang tertolak. Mengapa, di samping mereka adalah kaum yang suci. Tempat-tempat unÂtuk memanjatkan doa itu juga suci dan mustajabah. Di Masjidil Haram – ada Babus Salam. Ada Multazam. Ada Maqam Ibrahim. Ada Hijir Ismail. Ada bukit Shafa dan Marwah. Di Tanah Suci ada padang Arafah. Tempat yang dipakai wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ada pula MuzdaliÂfah. Ada Mina. Dan di Madinah ada Masjid Nabawi yang sangat megah dan menawan hati. Di dalamnya ada Raudhah. Menurut Nabi Saw, tempat itu adalah TaÂman Surga yang indah.
Saudara, tempat-tempat yang kami sebutkan tadi – adalah temÂpat yang mustajabah. Tempat yang siapa berdoa di situ – tidak tertolak. Doanya – dikabulkan oleh Allah SWT. Subhanallah.
Ma’asyiral Muslin RahimakuÂmullah,
Ibadah haji itu menghaÂpus dosa. Bahkan akan dapat mengembalikan kesucian dirinÂya, bagai baru lahir dari kandÂungan sang ibu. Sungguh sangat menggembirakan dan menjanÂjikan ibadah haji itu bagi yang bercita-cita mulia untuk hidup masa depan. Mari kita perhatikan Sabda Rasulullah Saw yang diriÂwayatkan Imam Muslim sebagai berikut ini:
Dari Abu Hurairah ra ia berÂkata, saya telah mendengar Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berhajji karena Allah, tidak berkata kotor dan tidak fasik, maka ia kembali bagaikan baru dilahirkan oleh ibunyaâ€. (HR. Muslim)
Subhanallah. Betapa suciÂnya – setelah pulang dari Tanah Suci. Betapa bersihnya jiwa ini. Dan, betapa indahnya kehiduÂpan ini. Hidup bersih tanpa dosa dan noda. Hidup yang bersih dan suci, menjadikan dunia – terang benderang. Tak ada mendung, dan tak ada awan yang menghaÂlang. Semuanya berjalan atas peÂtunjuk dan bimbingan Allah Yang Maha Rahman. Suasana kehiduÂpan semacam ini adalah menjadi idaman dan cita-cita semua inÂsan. Ibadah haji mampu mengÂhantarkan suasana kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan. Haji adalah bukan saja suatu kuÂwajiban. Melainkan, suatu cita-cita yang mulia. Setiap insan yang beriman ingin menggapainya.
Saudara-saudaraku kaum MusÂlimin yang budiman.
Rasulullah Saw juga menjanÂjikan bahwa haji yang mabrur mendapat balasan surga. SebÂagaimana sabda beliau dalam seÂbuah hadits :
“Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Umrah satu ke umrah yang lain adalah sebagai penghapus bagi dosa antara kedÂuanya. Dan hajji yang mabrur itu tidak ada balasan baginya kecuali surgaâ€. (HR. Bukhari)
Benar bahwa ibadah haji adalah suatu cita-cita kaum Muslimin untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Mari kita berniat dengan sungguh-sungguh agar bisa memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Karena itu Allah Swt meÂmanggil umat manusia pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji. Sebagaiana firman- Nya di dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 97 sebagai berikut ini:
“Mengerjakan haji adalah keÂwajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke BaitulÂlah. Barangsiapa mengingkari (keÂwajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerluÂkan sesuatu) dari semesta alamâ€. (QS. Ali Imran: 97).
Istitha’ah itu ada tiga unsur. Pertama, kemampuan harta. Kedua, kesehatan. Dan ketiga, aman jalannya. Setiap insan yang telah memiliki tiga unsur tadi, sudah mempunyai kuwajiban untuk melaksanakan ibadah haji. Dengan ibadah haji itu – rukun IsÂlam kita akan menjadi sempurna. Seyogyanya, mari kita segera niat berangkat haji. Jangan ditunda-tunda lagi. Umar bin Khatthab ra pernah berkata, segeralah beÂrangkat haji (selagi ada kemamÂpuan). Jangan ditunda-tunda. Siapa tahu, besuk engkau akan menjadi kufur.
Alangkah ruginya dalam hidup ini, bila diri kita berbalik dari keadaan beriman – lalu menjadi kufur. Na’udzu billahi min dzaalik. Jangan sampai kita mengalami keadaan seperti itu. Oleh karenanya, bagi yang belum sempat menunaikan haji – mari kita berniat dengan sepenuh hati – untuk memenuhi panggilan suci itu. Pergi ke kota Suci, menunaiÂkan ibadah haji. Saya berdoa, mudah-mudah kita semua diberi kesempatan yang mudah oleh AlÂlah untuk menyempurnakan ruÂkun Islam yang kelima itu. Amin ya rabbal alamin.
Tetapi, harus diingat. Niat haji itu harus ikhlas. Niat haji harus lillahi ta’ala. Jangan ingin dipuji orang. Dan jangan ingin hanya sekedar dipanggil dengan sebuÂtan “Pak Hajiâ€. Tanpa keinginan seperti itu, Allah SWT telah menÂcatat kita sebagai oang yang telah menunaikan haji, insya Allah. Panggilan “Pak Haji†dari tetangÂga atau lainnya, itu tidak penting. Sebab ibadah kita hanya karena Allah semata. Allah yang menilai. Lain tidak. Mari kita ingat Sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya amal itu harus dengan niat. Dan tiap-tiap urusan itu tergantung niatnyaâ€.
(HR. Muslim)
Betapa pentingnya menata niat yang benar dalam melakÂsanakan ibadah haji. Sungguh, niat sangat menentukan kualitas ibadah itu. Oleh karenanya, janÂgan keliru menata niat. Tidak ada niat, kecuali lillahi ta’ala. Hanya karena Allah ta’ala. Akhirnya, mari kita berdoa – semoga kita segera mendapat panggilan Nabi IbraÂhim as untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dengan mudah. Dan, mendapatkan haji yang maÂbrur. Amin ya rabbal alamin. (*)