Penyaluran beras miskin terus diawasi Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD). Untuk itu, BPMPD pun menggandeng Satuan Reskrim Polres Bogor untuk ikut memantau penyaluran raskin.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Saat dikonfirmasi, Kasubag Humas Polres Bogor, AKP Ita Puspitalena membenaÂrkan jika BPMPD telah berkoordinasi dengan Polres Bogor untuk pengawasan peredaran raskin ini. Satreskrim diÂpilih untuk memberikan efek gentar bagi jajaran pemerintah desa yang mecoba untuk main curang.
“Ita betul BPMPD sudah meminta kami untuk ikut andil dalam pereÂdaran raskin. Yang diterjunkan juga bukan Satuan Binmas, tapi langsung Satreskrim. Karena kecenderunganÂnya jika ada peristiwa, berhubungan langsung dengan kriminal,†ujar AKP Ita Puspitalena, Senin (7/9/2015).
Kepala Bidang Kekayaan Desa sekaligus sekretaris koordinator raskin di Bumi Tegar Beriman, Tika Siti Jatnika mengungkapkan jika masih ada desa yang enggan mengÂgunakan raskin yang dikelola oleh pemerintah desa setempat.
“Kebanyakan sih efek dari pemiliÂhan kepala desa yah. Jadi, ada kepala desa pada saat kampanye berjanji untuk menanggung semua biaya raskin tapi ternyata tidak terealisasi. Ada juga hasutan dari calon kades yang kalah dan membisiki warga untuk tidak percaya pada kades terÂpilih,†ungkap Tika.
Tika juga tidak menampik jika pernah ada oknum pemerintah desa yang menggunakan raskin untuk mempertebal dompet. “Kalau meÂmakai uang warga sih tidak pernah. Tapi, kalau raskin dijual ketempat lain pernah ada, tapi itu langsung diÂtangani Inspektorat,†lanjutnya.
Saat ini, kata Tika, keterlambatan yang terjadi sudah biasa terjadi. “Kami di empat bulan terakhir ini haÂrus ngebut untuk penyaluran raskin. Satu lagi, yang kemarin kata Komisi II itu bukan tunggakan yah, tapi keÂwajiban berjalan,†tegas.
Menurutnya, untuk serapan raskin, Kabupaten Bogor termasuk yang paling baik untuk Sub Divisi ReÂgional Cianjur
“Tahun lalu serapan raskin kita mencapai 94,86 persen dan itu terÂbaik lho dalam lima tahun. TungÂgakan pun kita termasuk bagus kareÂna tidak ada tunggakan saat tutup buku,†ucap Tika.
Sebelumnya, Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Yuyud Wahyudin mengungkapkan jika ada tunggakan Rp 1,2 miliar sehingga jatah raskin masih mengendap 20 persen di gudang Bulog Dramaga.
“Nah kalau nominal itu kan sifatÂnya dinamis, sekarang saja sudah ada diantara Rp 600-700 jutaan keÂwajiban berjalannya. Itu juga bakal terus turun setiap harinya,†timpal Tika.
Raskin Pahit
Heni Puspitawati (40), Warga Kelurahan Ciriung, Kecamatan CibiÂnong, Kabupaten Bogor mengeluhÂkan kondisi beras miskin (raskin) yang diterima bulan ini yang ia maÂsak terasa pahit.
“Semalam anak saya masak nasi, ternyata waktu dimakan rasanya pahit dan agak berbau,” kata Heni, Senin (7/9/2015).
Ia ketakutan karena anak perÂtamanya mengaku sakit perut usai mengonsumsi nasi raskin itu. Karena khawatir putrinya keracunan, Heni segera melaporkan kondisi itu keÂpada pengurus RW setempat yang juga menjadi koordinator penyalur raskin.
Setiap bulan, Heni mengaku berÂlangganan sekarung raskin 15 kiloÂgram untuk konsumsi dirinya dan ketiga anaknya. Sekarung raskin yang ia beli seharga Rp 25 ribu itu biÂasanya dicampur dengan beras pasaÂran seharga Rp 8 ribu per liter.
Kondisi raskin yang ditunjukkan Heni memang berkualitas buruk dan berwarna kecokelatan. Beras terseÂbut bercampur dengan gabah dan kerikil kecil.
“Kalau jelek begini memang sudah dari dulu, tapi baru kali ini rasanya pahit. Tadinya mau langsung saya buang, tapi akhirnya saya laporkan saja. Untung anak saya tidak apa-apa,” tuturnya.
Zamri (46), koordinator pembaÂgian raskin sekaligus Sekretaris RW 07 yang menerima laporan Heni segera mengoordinasikan kejadian itu kepada pihak kelurahan. Ia menÂgatakan, hasil koordinasi tersebut yakni Lurah akan memeriksa raskin yang datang sebelum disalurkan keÂpada warga.
Setiap bulannya, RW 07 KeluraÂhan Ciriung menyalurkan empat karung raskin kepada warga kurang mampu. Zamri menduga, sebenaÂrnya banyak warga miskin lain yang ingin mengeluhkan kondisi raskin namun merasa takut.
“Kondisinya memang parah. Kami coba mengecek karung lain yang terÂsisa, malah teksturnya pecah-pecah dan setelah dimasak jadinya cair,” ungkapnya.
Zamri berharap pemerintah bisa memberikan jatah beras yang layak untuk warga miskin. Sebab, beberaÂpa laporan lain yang ia dengar, warga miskin menggunakan raskin untuk pakan ayam karena kondisinya yang memprihatinkan.
“Saya hanya berharap pemerintah bisa memanusiakan warga masyaraÂkat. Coba lihat, beras kayak gini apa layak? Pejabat mana mau makan,” ujarnya retoris. (*)