Jelang Hari Raya Idul Adha, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor terus melakukan pemeriksaan hewan kurban yang layak disembelih di hari lebaran haji, juga memperketat jalur pendistribusian hewan kurban.\
Oleh : LATIFA FITRIA
[email protected]
Meski belum pernah terjadi kasus antraks pada hari raya dalam lima tahun kebeÂlakangan ini, tetap Pemerintah Kabupaten Bogor tidak mau kebobolan dalam memverifiÂkasi hewan kurban.
Untuk itu, Disnakan sudah menÂgantisipasi dari jauh hari dengan menurunkan tim medis sebanyak 35 orang dan dibantu oleh 70 orangÂmahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kedokteran Hewan, dan juga dari Kementerian PertaÂnian turut serta sebanyak 17 orang.
“Meski sudah lima tahun terakhÂir Kabupaten Bogor bebas antraks, namun kita tak mau kecolongan lagi,†ujar Kepala Disnakan KabuÂpaten Bogor, Siti Farikah.
Siti Farikah menyatakan bahwa Disnakan menjadwalkan PemerikÂsaan hewan korban, dimulai dari H-10 hingga H+3, untuk memastikan ternak yang dijual di pasaran sehat. Disnakan tetap mewaspadai mereÂbaknya kembali antraks, mengingat 11 kecamatan dikenal sebagai enÂdemik antraks.
“Hewan kurban yang sejak tiga hari ini masuk ke Kabupaten BoÂgor kita awasi dan periksa. Apalagi Kabupaten Bogor ini merupakan daerah perlintasan ternak, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara intens,†tambah Siti.
Dia juga mengingatkan calon pembeli untuk meneliti dan memerÂiksa hewan yang akan dibeli, sebab peyembelihan hewan kurban, tak hanya dengan perhitungan syarat dan rukun agama seperti menghaÂdap kiblat, dengan basmallah, meÂmutus dua urat nadi, dan memutus jalan nafas. Tapi memperhatikan juga kriteria medis.
“Hewan kurban yang tak terÂjangkit penyakit dapat dilihat dari limpa, selaput lendir, hingga darah. ’Misalnya, limpa yang sehat memiÂliki ukuran normal dan tidak terlihat bengkak dan selaput lendir hewan yang sehat akan berwarna kemerah-merahan, sedangkan yang antraks kebiruan dan kehitam-hitaman,†terangnya.
Kendati demikian, Disnakan menemukan kasus yang terjadi pada hewan kurban, seperti Idul Adha tahun lalu tercatat kasus heÂwan belum cukup umur paling banÂyak ditemukan dari 10 kasus yang terjadi.
“Dari hasil pemeriksaan hewan pada Idul Adha tahun lalu ada 10 kasus yang ditemukan, kebanyakan adalah kasus hewan kurban belum cukup umur,†tambahnya.
Ia kembali memaparkan, dari 65 ekor hewan kurban yang diperiksa sebanyak 23 hewan belum cukup umur, 16 mengalami pink eye (mata merah jambu), tujuh ekor mengalÂami kelesuan, enam ekor mengalai Orf, empat ekor mengalami conÂjungtivitas, tiga ekor stress diperÂjalanan, tiga ekor demam, satu ekor fraktur, dan sisanya alami diare dan monorchid.
“Fakta di lapangan saat ini emÂpat dimensi jaminan dalam proses berkurban memang perlu penyemÂpurnaan,†katanya. (*)