JAKARTA, TODAYÂ – Dolar Amerika Serikat (USD) kian perkasa jelang pengumuman The Federal Reserve (The Fed) soal suku bunga acuan AS. Namun nilai tukar USD saat ini diniÂlai sudah tidak wajar.
“Nilai tukar kita sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya. KareÂna spekulasi menunggu ini (suku bunga The Fed) terus. Buat IndoÂnesia sebenarnya, lebih baik lakuÂkan lah (kenaikan suku bunga The Fed),†kata Menko Perekonomian, Darmin Nasution di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (17/9/2015).
Kepastian suku bunga AS naik, turun atau tetap, akan mencegah spekulasi liar yang beredar di pasÂar. Sehingga arus dana asing yang keluar dari Indonesia juga bisa diÂperhitungkan.
“Begini, kalau soal itu (dana asing keluar) sudah terjadi dari beÂberapa bulan. Mungkin masih ada yang terjadi lagi, tapi tidak akan besar. Jadi jangan dianggap ini moÂmok karena orang sudah mempreÂdiksi ini sejak sebulan, dua bulan ini,†katanya.
Darmin mengatakan, kepasÂtian suku bunga AS ini tidak akan langsung memberi sentimen posiÂtif terhadap ekonomi Indonesia. Namun memberi kejelasan di pasÂar keuangan tanpa ada spekulan.
“Memang tidak bisa dibilang positif juga, tapi kalau dinaikkan akan tercipta kesempatan semua adjustment (penyesuaian) berjaÂlan kembali, sehingga nilai tukar kita, tekanan spekulasi mereda. Sehingga nilai tukar kita bergerak ke fundamentalnya,†katanya.
Pertemuan The Fed dimulai Rabu 16 September lalu dan beÂrakhir Kamis 17 September waktu setempat. Gubernur The Fed, JaÂnet Yellen, akan mengumumkan langsung hasil pertemuan.
Hingga kini nilai tukar rupiah masih tertekan oleh USD. Mata uang Paman Sam itu masih berpoÂtensi menguat, terutama gara-gaÂra wanita ini. Jika USD makin menÂguat, maka rupiah semakin jatuh. USD bakal menguat jika The Fed menaikkan tingkat suku bunganya.
Nah, saat ini bank sentral AS itu sedang menggelar pertemuan selama dua hari untuk menenÂtukan nasib suku bunga AS. PerÂtemuan itu dipimpin oleh Janet Yellen, Gubernur The Fed, wanita yang akan menentukan nasib mata uang dunia termasuk rupiah.
“Tekanan (ke rupiah) masih cukup besar. Semua pelaku pasar sekarang tidak tahu apa yang ada di otaknya Janet Yellen,†kata AnaÂlis First Asia Capital (FAC) David Sutyanto, Kamis (17/9/2015).
Banyak pihak yang mempreÂdiksi Yellen akan menaikan tingkat suku bunga AS yang sekarang maÂsih 0,25%. Prediksinya berbeda-beda, tapi yang paling sering dibiÂcarakan adalah naik jadi 0,30%. “Tapi bisa juga dia batal menaikÂkan, secara tidak langsung meruÂmuskan kebijakan lain. Ini kita semua yang tidak tahu,†katanya.
Sayangnya, bagi negara yang banyak membutuhkan USD seperÂti Indonesia, imbas kebijakan YelÂlen akan sangat terasa. Dalam dua pekan ini saja, bahkan sebelum The Fed mengambil keputusan, rupiah sudah jatuh cukup dalam. Menjelang siang hari ini USD semÂpat menanjak ke posisi tertingginÂya di Rp 14.458.
(Alfian Mujani|detik)