Musim kemarau yang berkepanjangan tidak hanya menimbulkan krisis air bagi masyarakat Kabupaten Bogor. Tapi Kondisi ini juga menimbulkan kebakaran baik itu bangunan, rumah, lahan hingga hutan.
Oleh : RISHAD NOVIANSYAH
[email protected]
Berdasarkan data yang diÂhimpun, ada kurang lebih 40 hektar lahan yang terbakar, itu terjadi sejak Juli hingga pertengahanÂSeptember 2015 dan tersebar di 19 lokasi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Pemadam Kebakaran pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Makmur mengungkapkan, bencana kebaÂkaran khususnya lahan sudah terjadi semenjak pertengahan Juni 2015 lalu.
“Kebakaran hutan terakhir itu terjadi di Gunung Suling, Kecamatan Rumpin. Kami melakukan pemanÂtauan dari udara, terdapat lima titik api disana yang tersebar. Tapi denÂgan kesigapan petugas dan masyaraÂkat, api bisa langsung dijinakkan,†ungkapnya, Senin (21/9/2015).
19 lokasi itu antara lain, Desa KeÂmang, Kecamatan Kemang, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Desa Gunung Malang, Kecamatan TenjoÂlaya, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Desa Putatnutug Kecamatan Ciseeng, dan Desa TegalÂwaru, Kecamatan Ciampea.
“Kemarau banyak sekali kebaÂkaran lahan, berbeda dengan tahun lalu tidak ada kasusnya. Kebakaran yang paling besar itu terjadi di Desa Rabak, Rabu (16/9/2015) kemarin yang menyebabkan lahan kosong seÂluas 10 hektar terbakar,†jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD juga telah melakukan sosialisasi seÂlama kemarau kepada masyarakat agar tidak sembarangan untuk memÂbuang puntung rokok dan membaÂkar sampah tanpa diawasi.
“Karena dengan kencangnya anÂgin panas matahari yang menyebabÂkan daun-daun kering, api sangat mudah membesar,†tambahnya.
Sementara wilayah yang memiliki potensi kebakaran paling tinggi ada di wilayah barat, timur dan utara. “KareÂna wilayah itu cenderung kering dan masih banyak lahan-lahan kosong serta perkebunan,†pungkasnya. (*)