Emiten konstruksi pelat merah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yakin target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 18,7 triliun dapat terlampaui. Pasalnya, perseroan telah ditunjuk pemerintah menggarap proyek transportasi massal berbasis rel atau light rapid transport (LRT).
Oleh : Apriyadi Hidayat
[email protected]
BEP Adji Satmoko, Direktur ADHI memperkirakan tahun ini perseÂroan akan mendapat kontrak baru dari pengerjaan LRT tahap I seÂnilai Rp 7 triliun. “ Sementara target kita sekarang di luar proyek LRT,†katanya, Selasa (22/9).
Adji memperkirakan total nilai kontrak pengerjaan proyek LRT dua tahap bahkan bisa mencapai Rp 26 triliun. Nilai tersebut akan menjadi sumber pendapatan kontrak baru perseroan tahun ini dan tahun 2016. Hanya saja nilai tersebut baru perkiraan saja.
Direktur Utama ADHI, Kiswdarmawan, mengatakan kebutuhan dana untuk proyek LRT terseÂbut masih akan dihitung oleh perseroan bersama kementerian perhubungan. Pasalnya pengerjaan tersebut bersifat refinancing bukan investasi perseroan.
Proses design dan perhiÂtungan nilai proyek tersebut akan dilakukan dalam tiga buÂlan ke depan. “Sebelum natal harapannya kita sudah dapat kontrak baru untuk tahap perÂtama,†kata Kiswodaawan.
Dia mengatakan pihaknya akan menghargai penugasan yang diberikan pemerintah dan perhitungan nilai proyek besar tersebut akan dilakukan secara efisien. Sementara hingÂga pertengahan September, ADHI telah mengantongi konÂtrak baru sebesar Rp 9,7 triliun. Selain itu, perseroan juga telah memiliki kontrak terendah sebesar Rp 1,2 triliun.
Adji optimis dalam sisa emÂpat bulan terakhir ini target kontrak baru yang dipatok Rp 18,7 triliun dapat dikejar tanpa mengandalkan proyek LRT. Sementara dengan perkiraan kontrak LTR tahap I sebesar Rp 7 triliun, total kontrak baru yang bisa didapat ADHI tahun ini sebesar Rp 25,7 triliun.
Right Issue
Para pemgeng saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk emiten Badan Usaha Milik NeÂgara (BUMN) konstruksi meÂnyetujui peningkatan modal ditempatkan dan Disetor melaÂlui Penawaran Umum Terbatas I (PUT l) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue senilai Rp 2,75 triliun. Harga rights isÂsue ditetapkan sebesar Rp 1.560 per saham.
“Dalam aksi korporasi itu, perseroan akan mengeluarkan sebanyak 1.759.529.376 saham dari portepel dengan nilai nominal Rp 100,†kata CorpoÂrate Secretary PT Adhi Karya Ki Syahgolang Permata usai rapat umum pemegang saham (RUPS) perseroan di Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Dia mengatakan, seluruh dana right issue akan digunaÂkan untuk membiayai sebagian proyek transportasi massal berbasis rel (light rail transit/ LRT) terintegrasi lintas Jakarta- Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi ( Jabodetabek), beserta stasiun dan properti pendukungnya dengan konsep Transit OriÂented Development, termasuk fasilitas park and ride.
Penambahan modal emiten saham berkode ADHI ini akan berasal dari pemerintah melaÂlui penyertaan modal negara (PMN) 2015 senilai Rp 1,4 triliun dan publik senilai Rp 1,35 triliun. Adhi Karya menggandeng ManÂdiri Sekuritas, Bahana Securities, dan Danareksa Sekuritas sebagai joint lead underwriter transakÂsi right issue tersebut.
Tunjuk Fadjroel
PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengubah struktur pengurus perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari ini. PenguÂrus perseroan yang diubah adaÂlah posisi komisaris utama dan direktur Adhi Karya.
Aktivis yang juga sempat menjadi relawan pemenangan Joko Widodo ketika mencalonÂkan diri menjadi Presiden, Muhammad Fadjroel RachÂman, masuk ke dalam KomisaÂris Utama menggantikan DiÂrektur Jenderal Cipta Karya Kementerian PU-Pera Imam Santoso Ernawi. “Keputusan tersebut diambil dari persetuÂjuan pada RUPSLB,†ujar DiÂrektur Utama Adhi Karya KisÂwodarmawan.
(Apri/KTN/BS)