BERPARAS menarik, bertubuh ideal jadi modal dasar untuk menjadi sales promotion girl (SPG). Begitulah penuturan Maria Natalia (19). Karena memiliki paras cantik dan tubuh menarik, mahaÂsiswa sebuah universitas swasta di Kota Bogor ini ditawari menjadi seorang SPG oleh rekannya. Kini, hampir 2 tahun sudah ia melakoni profesi ini.
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Tadinya cuma iseng sekadar mencari uang sampinganbuat nambah biaya kuliah, eh ternyata keterusan sampai sekarang,†ujar peÂmilik nama Huang Yu Lin ini.
Maria, kini menjadi SPG sebuah produk rokok. Seminggu empat kali dia haÂrus berkeliling tempat hiÂburan untuk menawarkan produknya.
Ia mengaku awalnya sekaÂdar coba-coba terjun menjadi SPG. Saat itu, seorang kawan mengajaknya menjadi SPG dalam acara Pekan Raya JaÂkarta (PRJ) di Kemayoran. Karena menguntungkan, kini Maria kerap ditawari superÂvisornya bila ada event terÂtentu.
Lumayan sebulan gajinya bisa Rp 1,5 juta, belum sama bonus-bonusnya. Tetapi beÂlum mesti juga kalau bonus,†terang wanita berambut panÂjang itu.
Meski awalnya coba-coba, kini Maria merasa nyaman dengan pekerjaan yang diÂtekuni saat ini. Bahkan tak jarang bila ada event tertentu dia lebih memilih bolos kuliah atau titip absen demi mendapatÂkan rupiah. “Abis gimana lagi, apa-apa sekarang sudah mahal. Perlu duit buat kebutuhan sehari-hari,†ujarnya.
Alasan Maria cukup rasional, saat ini dia hidup berdua dengan adiknya yang bekerja sebagai penjaga toko kosmetik di Mal Botani Square, PaÂjajaran. Selain untuk biaya kuliah, penghasilan menjadi SPG juga digunakan untuk membiayai kost dan kebuÂtuhan hidup bersama adiknya. “Maklum orang tua di kampung sudah tidak sanggup membiayai lagi, tetapi saya masih pengen kuliah,†ujar wanita yang bercita-cita menjadi akuntan ini.
Namun, sejak mengenal gaya hidup yang hedon, wanita kelaÂhiran Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah ini mengaku menjadi rasional. Hidup di Kota Bogor menurutnya membutuhkan tiga hal. “Di sini cuma butuh tiga hal, uang, uang dan uang titik. KareÂna tanpa tiga hal itu hidup bakal sulit,†selorohnya.
Meski demikian, dia menÂgaku selalu menolak ajakan tidak senonoh yang selalu datang keÂpadanya. Menjadi SPG menawarÂkan rokok di tempat hiburan seperti tempat biliar, karaoke dan lainnya memang rawan diÂgoda. “Itu tergantung kitanya, kita bisa menolak kok. Toh kita kan tidak sendiri, sekali jalan kita empat sampai enam orang dan ada supervisor cowok kok, jadi aman,†terangnya.
Awalnya Maria mengaku malu dan risih dengan profesinya, namun seiring perjalanan waktu, ia bisa meyakinkan hatÂinya bahwa apa yang dilakukan bukanlah hal yang memalukan. “Kalau aku lulus aku pengen punya kerjaan yang lebih baik, dan ini jadi salah satu jaringan buat aku nantinya karena jadi puÂnya banyak kenalan. Enggak mungkin aku terus menerus jadi SPG,†tutup dia.