Foto : Net
Foto : Net

Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan laba bersih triwulan III-2015 sebesar Rp 1,22 triliun. Laba ini tumbuh 61,8% dibandingkan periode sama 2014 yang sebesar Rp 755 miliar

Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]

Direktur Utama BTN, Maryono mengung­kapkan, raihan laba bank dengan kode emiten BBTN ini ditopang oleh pendapatan bunga atau interest income yang tumbuh 15,73% sepanjang sembilan bu­lan pertama tahun 2015 men­jadi Rp 11,36 triliun dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 9,82 triliun.

Sementara itu, pendapatan bunga bersih perseroan tercatat mencapai Rp 4,96 triliun pada kuartal III-2015. Angka ini tum­buh lebih baik dibandingkan pe­riode sama 2014 sebesar Rp 3,98 triliun atau tumbuh 24,43%.

Capaian laba perseroan turut pula ditopang oleh recovery asset yang turut mempengaruhi pendapatan perseroan. Sampai dengan tri­wulan III-2015, BTN telah melakukan recovery asset sebesar Rp 1,12 triliun atau setara dengan 88,58% dari target.

Hingga akhir Desember 2015 nanti, BTN merencana­kan dapat melakukan recovery asset sekitar Rp 1,27 triliun. Sepanjang sembilan bulan per­tama tahun 2015, kredit yang disalurkan Bank Tabungan Ne­gara (BTN) tumbuh 19,04%.

Per September 2015, perseroan berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 131,58 trili­un. Pada periode sama 2014 lalu, penyaluran kredit BTN jumlahnya Rp 110,54 triliun. Pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi ini dikare­nakan permintaan pasar ter­hadap kebutuhan rumah masih sangat besar.

BACA JUGA :  Minuman Segar dengan Es Jeruk Buah Potong untuk Takjil Dingin Kesukaan Keluarga

“Kredit dan pembiayaan yang disalurkan BTN tumbuh lebih baik di atas rata-rata in­dustri perbankan nasional yang per Agustus 2015 berada pada kisaran 10,96%. Kami mem­proyeksikan penyaluran kredit sampai dengan akhir tahun 2015 tumbuh di level 18%-19%,” katanya, Senin (26/10/2015).

BTN tetap konsisten ter­hadap core business dalam bidang pembiayaan rumah. Kredit yang disalurkan oleh bank dengan kode emiten BBTN ini, mayoritas masih di­dominasi oleh pembiayaan pe­rumahan.

Porsi pembiayaan peruma­han di BTN per akhir Septem­ber 2015 mencapai 89,61%. An­gka ini setara dengan Rp 117,91 triliun dari total kredit yang disalurkan perseroan selama triwulan III-2015 yang menca­pai Rp 131,58 triliun. Sementa­ra sisanya yaitu sebesar 10,39% atau setara dengan Rp 13,67 triliun merupakan kredit yang disalurkan BTN untuk pembi­ayaan kredit non perumahan.

Maryono merinci, dari to­tal kredit yang disalurkan ke sektor perumahan sebesar Rp 117,91 triliun itu, sebesar 30,46% atau setara dengan Rp 40,08 triliun merupakan penyaluran untuk kredit rumah bersubsidi.

Sedangkan sebesar Rp 51,53 triliun atau setara dengan 39,16%, merupakan kredit yang disalurkan untuk rumah non subsidi. Sisanya sebesar Rp 26,30 triliun, masing-masing disalurkan untuk pembi­ayaan terkait perumahan se­nilai Rp 8,87 triliun dan kredit konstruksi mencapai Rp 17,43 triliun.

Peningkatan penyaluran kredit BTN ditopang oleh pro­gram sejuta rumah yang di­canangkan oleh Pemerintah. Menurut Maryono, program tersebut telah memberikan dampak yang positif terhadap kinerja perseroan.

BACA JUGA :  Jadwal dab Lokasi SIM Keliling di Kota Bogor, Minggu 24 Maret 2024

Sampai dengan akhir tahun, diperkirakan akan terealisasi sekitar 441.428 unit rumah. Per September 2015, BTN telah merealisasikan 372.393 unit rumah. “Kami akan terus mendorong agar realisasi pem­bangunan sejuta rumah bisa bertambah. Ini karena potensi di daerah-daerah masih cukup besar,” ujar Maryono.

Dengan demikian, saat ini BTN menjadi leader dalam market share KPR yang menca­pai 29,4%. Perseroan juga men­jadi leader dalam pembiayaan perumahan dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan mencapai 98%.

Pertumbuhan kredit BTN juga disertai dengan prinsip kehati-hatian, yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) nett yang tu­run menjadi 3,18% dibanding­kan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang men­capai 3,63%.

NPL gross BTN juga turun dari posisi 4,85% pada peri­ode akhir September 2014 kemarin, menjadi 4,5% per September 2015. “Di tengah tren NPL industri perbankan yang cenderung meningkat, BTN berkomitmen untuk terus menurunkan NPL di kisaran 3% sampai dengan akhir De­sember 2015 dan menekan NPL gross jauh di bawah 4%,” kata Maryono.

Lebih lanjut Maryono me­nambahkan, aset perseroan per September 2015 tumbuh 16,58% menjadi Rp 166,04 trili­un pada September 2015 dari posisi sebelumnya per September 2014 yang sebesar Rp 142,43 triliun.

============================================================
============================================================
============================================================