Tenaga surya (solar cell) mulai diminati sebagai alternatif sumÂber energi listrik untuk rumah tangga. Bahkan, tak sedikit toko di Jabodetabek yang sudah menÂjual alat panel surya dengan harÂga miring, mulai dari Rp2 juta/ unit dengan berbagai ukuran.
(Yuska Apitya Aji)
BENARKAH dengan merogoh uang sebesar itu kita bisa langÂsung mendapatkan listrik dari alat tersebut?
Albert Edward, sales Royal PV, distributor produk panel surya yang berlokasi di LTC Glodok, mencontohkan untuk menÂyalakan lampu 5 watt LED sebanyak 3 buah memakai listrik tenaga surya butuh modal antara Rp 4,5 juta samÂpai Rp 5 juta. “Biaya ini sudah memakai sistem solar cell lengkap,†ujar Albert, Senin (2/11/2015).
Sistem solar cell lengÂkap tersebut terdiri dari panel surya ukuran panjang 1,1 meter, lebar 60 cm, dan tebal 3 cm. Panel surya ini berfungsi sebagai penyerap energi. Selain itu controler sebagai pengatur arus keluar masuk dari panel dan aki, serta aki atau bateri untuk menyimpan listrik.
Biaya yang dibutuhkan akan lebih mahal jika pasokan listrik tenaga surya juga dipakai untuk perangkat rumah tangga seperti AC atau penyejuk udara, kulkas, televisi. Pasalnya, konÂsumen harus menambah jumÂlah baterei dan memperbanyak jumlah panel surya. Artinya modal yang harus dikeluarkan lebih besar. “Biaya yang dibuÂtuhkan bisa Rp 100 juta Karena beban yang dipakai makin beÂsar sehingga watt dibutuhkan juga besar,†kata Albert.
Albert menambahkan, biÂaya memasang sistem panel surya tergolong mahal karena produknya masih diimpor, salah satunya adalah panel surya yang diimpor dari Jepang dan China.
Namun dengan hanya meÂmasang panel surya saja, sang pemilik belum bisa dapat lisÂtrik. Menurut Edward untuk memasok listrik tenaga surya membutuhkan komponen utama yaitu panel surya sebagai penyerap energi, controler sebagai pengatur arus keluar masuk dari panel dan aki, serta bateri untuk menyimpan listrik.
Selain itu, harus ada kepasÂtian berapa beban yang akan dialiri listrik. “Panel, controler, aki atau baterei, dan beban listrik, adalah satu sistem lengÂkap solar cell yang harus ada,†kata Albert.
Albert juga mengatakan, sampai saat ini belum ada produk panel surya buatan lokal, kecuali untuk perakitan. Produk yang dirakit di IndoneÂsia contohnya panel surya buaÂtan Jepang, merek SkyTech
“Komponen panel suryÂanya dikirim dari Jepang dan dirakit di sebuah perusahaan di Jawa Tengah,†kata dia.
Sedangkan panel buatan China dikirim dalam bentuk produk jadi. Dari sisi harga, panel surya buatan Jepang dibanderol lebih mahal dibandÂing China. Albert menjelaskan, panel buatan Jepang biasanya dibanderol Rp 3 juta per unit, sedangkan buatan China berkÂisar antara Rp 1,7 juta per unit sampai Rp 2 juta per unit. HarÂga ini di luar dari komponen pendukung agar panel surya ini bisa berfungsi.
Selain dari sisi harga yang berbeda, panel surya buatan Jepang dan China memiliki kualiÂtas yang berbeda pula. Menurut Albert, efisiensi ketahanan dalam menyerap tenaga surya biasanya akan berkurang sekitar 5 persen dalam kurun waktu antara 20 taÂhun sampai 25 tahun.
Sedangkan ketahanan panel surya buatan China bisa berkurang antara 2 persen sampai 3 persen hanya dalam waktu pemakaian antara 1,5 tahun sampai 2 tahun. “Harga jual panel surya buatan China memang lebih murah dibandÂingkan Jepang, tapi efisiensi ketahanan dalam menyerap tenaga matahari kurang,†tanÂdasnya.