JAKARTA, TODAY — Setelah pemerintah memuÂtuskan impor 1 juta ton beras dai Vietnam akhir tahun ini, Indonesia ternyata juga ekspor beras. Pekan lalu 134 ton beras organik dikirim ke Italia.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan, ekspor tersebut baru ‘pemanasan’ saja. Produksi beras Indonesia akan melonjak tahun depan sehingga tak perlu impor lagi, bahkan bisa ekspor dalam jumÂlah besar ke berbagai negara.
“Ekspor beras organik sudah 134 ton beberapa hari lalu, tapi itu baru pemanasan. Kita berdoa mudah-mudahan produksi taÂhun depan lebih baik,†kata AmÂran di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Dengan sejumlah perbaiÂkan faktor-faktor produksi pada tahun ini, Amran sangat optimistis Indonesia tak perlu lagi impor beras di 2016. “SekÂarang irigasi 2,6-3 juta hektar sudah diperbaiki, alsintan (alat mesin pertanian) meningkat sampai 80.000 unit. Ini optiÂmal nanti di 2016,†tandasnya.
Sebagai informasi, beras organik yang diekspor ke Italia ini diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya . Eksportirnya PT Bloom Agro. Selain Italia, Amerika Serikat dan Singapura juga akan mengimpor beras organik dari Indonesia. â€Kita kemarin baru ekspor beras organik ke Italia sebanyak 134 ton. Pembelinya datang langÂsung dari Italia untuk melihat langsung proses produksinya,†kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring.
Nilai tambah yang dihasilÂkan oleh beras organik ini sangat tinggi, harganya jauh lebih mahal dibanding beras medium dan beras premium. Di Eropa, beras organik asal InÂdonesia bisa dijual 6 euro/kg. “Harganya di Eropa sampai 6 euro/kg,†ungkap Hasil.
Karena itu, ekspor beras organik ini akan terus ditingÂkatkan. Dengan adanya proÂgram pengembangan 4.000 ha padi organik, produksinya akan terus bertambah. “DiÂharapkan tahun depan bisa meningkat. Ini sesuai dengan program kita untuk pengemÂbangan padi organik 4.000 hektare tahun depan,†tuÂtupnya.
Siap Bersaing
Mulai 1 Januari 2016 menÂdatang, Indonesia akan memaÂsuki Masyarakat Ekonomi ASEÂAN (MEA). Beberapa produk pertanian, termasuk beras, belum akan diperdagangkan bebas di MEA 2016 nanti kareÂna masih masuk dalam daftar sensitive list, tidak tertutup keÂmungkinan suatu saat, perdaÂgangan beras juga akan terbuÂka bebas. Amran menyatakan bahwa Indonesia tak perlu takut bila hal itu terjadi. Beras lokal Indonesia sudah cukup berdaya saing.
Dengan sejumlah perbaikan faktor-faktor produksi pertaniÂan dalam setahun terakhir sepÂerti revitalisasi jaringan irigasi, modernisasi alat mesin pertaÂnian, perbaikan pupuk dan benih, kini produksi beras di Indonesia sudah makin efisien.
Berdasarkan perhitungan kasarnya, harga beras kualitas medium di tingkat petani bisa Rp 5.000-6.000/kg. Jika tata niaga beras di dalam negeri diÂperbaiki, harga beras lokal bisa jauh di bawah Rp 10.000/kg.
Bila tata niaga diperbaiki, katanya, harga beras lokal tidak akan lebih mahal dibandingÂkan beras impor dari Vietnam. “Harga gabah di petani kita rata-rata Rp 3.500-4.000/kg. Kalau jadi beras di petani hanya Rp 5.000-6.000/kg,†kata Amran.
Selain itu, Indonesia juga bisa memaksimalkan ekspor beras yang nilai tambahnya tinggi, yaitu beras organik. HarÂga rata-rata beras organik yang diekspor Indonesia mencapai Rp 25.000/kg, jauh lebih tinggi dibanding beras medium.
Beras organik berkualitas khusus yang diproduksi IndoÂnesia ini belum dapat ditandÂingi oleh Vietnam yang meruÂpakan eksportir beras medium.
(Yuska Apitya/dtkfnnce)