PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Pesawat Terbang Lembaga PenerÂbangan Antariksa Nasional (LAPAN) berencana mengemÂbangkan pesawat lanjutan pasca N219.
Sebelum N219 terbang perdana (first flight) pada Mei 2016, PTDI dan LAPAN pada awal 2016 akan memulai mengembangkan peÂsawat berkapasitas antara 50 penumpang hingga 90 penumpang yakni N245 dan N270.
Tahap awal, PTDI dan LAPAN masuk pada pesawat baling-baling kelas 50-60 penumpang di 2016. Pesawat ini adalah N245, yang merupakan pesawat baling-baling pengembangan dari pesawat versi militer, CN235.
PTDI dan LAPAN memulai pengembangan N245, meskipun N219 belum terbang karena proses pengembangan pesawat dari desain konseptual dan feasibility study, hingga pesawat menganÂtongi sertfikasi dan siap produksi memakan waktu tidak sebentar.
“Proses pengembangan peÂsawat bukan langsung gambar maksudnya program ini dimulai, sambil N219 berjalan dan sudah mendekati selesai. Kita (untuk N219) melakukan studi pasar sama membuat desain konsepÂtual terlebih dahulu,†kata KeÂpala Program Pesawat Terbang LAPAN, Agus Aribowo, Selasa (3/11/2015).
Setelah melakukan desain konÂseptual dan diketahui tentang poÂtensi pasar, PTDI dan LAPAN meÂmasuki tahapan uji terowongan angin fase 1. Selanjutnya, melakuÂkan verifikasi desain dan disusul preliminary design. Di sini bentuk pesawat sudah terlihat aerodinÂamiknya.
Proses kemudian berlanjut ke uji terowongan ke-2 dan ke-3, baru masuk ke fase detil deÂsain. Di sini seluruh komponen pesawat digambar secara detil. Proses berikutnya ialah pembuaÂtan prototype. “Baru roll out dan terakhir test flight dalam rangka sertifikasi,†jelasnya.
PTDI dan LAPAN menargetkan pesawat N245 bisa mengantongi sertifikasi dari regulator penerÂbangan nasional pada akhir 2019Â Agus menjelaskan, pengemÂbangan N245 relatif tidak terlalu komplek daripada pengembanÂgan N219, karena N245 meruÂpakan pengembangan dan peÂnyempurnaan dari CN235 yang telah lama dikembangkan oleh PTDI bersama Airbus Military. Dengan modifikasi, N245 bisa memiliki kapasitas 50 sampai 60 penumpan
“Kebutuhan pasar dengan kemampuan basic CN235, itu kita akan modifikasi dari versi militer jadi versi sipil dengan ganti engine yang lebih efisien dan lebih irit. Kemudian aviÂonic system pada cokpit diganti dengan varian terbaru yakni glass cockpit,†tuturnya.
Untuk varian N270, PTDI dan LAPAN merencanakan pengembangan pesawat ini pada periode 2019-2024. N270 dirancang mampu membawa penumpang antara 70 sampai 90 orang. “N270 itu memanÂjangkan yang N245 jadi 70-90 penumpang. Ini biaya developÂment lebih irit karena hanya pengembangan,†jelasnya.
Dilirik Thailan dan Laos
Meski pesawat penumpÂang komersial berkapasitas 19 orang ini belum ditampilkan ke publik dan belum menjalani test flight, N219 sudah dilirik oleh pembeli dari dalam dan luar negeri.
Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN, Agus Aribowo menyebut, setidaknya ada 200-an unit N219 yang berpoÂtensi terjual pasca pesawat berÂhasil memperoleh sertifikasi di awal 2017. Proses pembelÂian, bakal terjadi bila pesawat telah terbukti lolos sertifikasi. Selain pembeli lokal, Agus menyebut ada beberapa neÂgara juga sudah berminat unÂtuk membeli N219. “Dari luar negeri ada Thailand kemuÂdian Laos telah menghubungi LAPAN,†kata Agus.
Selain 2 negara itu, maskaÂpai lokal, militer hingga pemerÂintah daerah di Indonesia juga menyatakan minat memiliki N219. Para pembeli masih menÂunggu hasil uji terbang hingga sertifikasi pesawat yang renÂcananya dibanderol sekitar USD 5 juta per unit. “Kalau 200 unit terjual, itu potensi di depan mata karena tinggal lihat pesawat dan tunggu sertifikasi baru MoU,†tambahnya.
(Alfian M|dtc-finance)