Berdasarkan data PerkemÂbangan Uang Beredar yang dipublikasikan Bank Indonesia, pertumbuhan M2 tersebut pada September 2015 sebesar 12,7 persen secara year on year (y-o-y) melambat dibandÂingkan dengan pertumbuhan buÂlan sebelumnya yang sebesar 13,3 persen (y-o-y). “Perlambatan ini terutama dipengaruhi oleh melamÂbatnya tagihan kepada sektor lainÂnya,†tulis Bank Indonesia, Rabu (4/11/2015).
Pada September 2015 posisi M2 tercatat senilai Rp4.507,9 triliun, tumbuh 12,7 persen (y-o-y) atau melambat dibandingkan dengan Agustus 2015 13,3 persen (y-o-y) yang senilai Rp4.404,1 triliun. “Melambatnya pertumbuhan M2 bersumber dari perlambatan perÂtumbuhan M1 dan uang kuasi, seÂmentara komponen surat berharga selain saham tercatat meningkat,†tulis Bank Indonesia.
Komponen M1 yakni uang karÂtal dan giro rupiah tercatat senilai Rp1.063,0 triliun, tumbuh melaÂmbat menjadi 12,0 persen (y-o-y) dari 14,6 persen (y-o-y) atau senilai Rp1.026,3 triliun pada Agustus 2015, terutama karena melamÂbatnya pertumbuhan giro rupiah.
Posisi uang kuasi tercatat senilai Rp3.425,6 triliun, atau tumbuh 12,5 persen (y-o-y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan AgusÂtus 2015 yang senilai Rp3.362,1 triliun atau tumbuh 12,7 persen (y-o-y).
Sementara itu, surat berharga dan saham pada September 2015 tercatat Rp19,2 triliun atau tumÂbuh dari bulan Agustus yang seÂnilai Rp15,6 triliun. “Hal ini sejalan dengan perkiraan melemahnya konsumsi sebagaimana terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen yang menurun pada September 2015,†tulis Bank Indonesia dikutip Bisnis.com.
Untuk diketahui, uang berÂedar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang karÂtal yang dipegang masyarakat dan uang giral atau giro berdeÂnominasi rupiah, sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiÂliki sektor swasta domestik denÂgan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Oleh : Adilla Prasetyo
[email protected]