KEPUTUSAN Exco PSSI menghentikan kompetisi membuat Kemenpora lebih banyak menggelar turnamen
Oleh : Adilla Prasetyo Wibowo
Kementerian pemuda dan olahraga (KemenpoÂra) mengungkapkan alasan mereka lebih banÂyak menggelar turnamen dibandingkan mengÂgulirkan kompetisi, dan menuding PSSI sebagai peyebabnya.
Pagelaran Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama Liga Indonesia 2015 menghadapi kendala paska pembekuan yang dilakukan Menpora Imam Nahrawi pada 18 April, serta keluarnya surat edaran kepada keÂpolisian agar tidak memberikan izin keramaian terhadap pertandingan yang diselenggarakan PSSI.
Akibatnya, sejumlah agenda pertandingan yang telah disusun tidak bisa digelar, karena tak ada izin keraÂmaian dari kepolisian. Komite eksekutif (Exco) PSSI pun menggelar rapat, dan memutuskan menghentikan ISL dan Divisi Utama dengan alasan force majeure.
“Kemenpora menyadari sepenuhnya bahwa esensi dari kegiatan persepakbolaan dari suatu negara, dan itu selalu menjadi penilaian FIFA, adalah tetap bergulirnya kompetisi,†demikian penjelasan Kemenpora di laman resminya.“Namun demikian, karena kompetisi, ISL teruÂtama, belum digulirkan kembali sejak Komite Eksekutif PSSI pada tanggal 2 Mei 2015 telah menyatakan penghÂentian kompetisi dengan alasan kondisi di luar kendali,†lanjutnya.
Tidak ada pilihan lain, lanjutnya, Kemenpora untuk berusaha menghidupkan sejumlah turnamen seperti Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, Liga Desa, dan Liga Santri yang sudah berlangsung. Juga untuk yang akan datang seperti Piala Habibie yang saat ini berlangsung, Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kaltim, Piala Marah Halim, dan lain sebagainya.
“Ini semua selain sebagai bagian dari pembinaan dan pembenahan sepakbola nasional, juga untuk memghidupkan kembali aktivitas para pemain sepakboÂla, dan berbagai multi player effect yang terkait langsung atau tidak langsung,†pungkasnya.