20151109_101228

 Memulai usaha dengan modal nekat lalu beromset belasan miliar, ternyata bukan cerita kosong. Buktinya ini: Slamet Rianto (41), lulusan D3 Arsitek salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta mengalaminya. ‘’Saya berhenti bekerja dan nekat membangun usaha sendiri dengan modal uang sangat minim,’’ ujar Selamet dalam perbincangan dengan Bogor Today, Senin (9/11/2015)

Oleh : Alfian Mujani

[email protected]

Keputusan Slamet untuk berhenti bekerja dari sebuah perusahaan kon­traktor besar dan meninggalkan posisi cukup tinggi, bukan hanya nekat teta­pi juga sangat berani. Sebab, ternyata dia belum punya perencanaan yang matang un­tuk memulai usaha sendiri. ‘’Saya hanya punya uang Rp 26 juta, gaji terakhir dari Indoprima, pe­rusahaan tempat saya kerja,’’ ujarnya.

Dengan modal yang tergolong minim itu, Se­lamet mendirikan perusahaan di bidang kontrak­tor dan desain sesuai keahlian yang dia miliki. Bersama beberapa teman kuliahnya di Yogyakarta dulu, Slamet mendirikan OXA Progresif. ‘’Uang yang Rp 26 juta itu saya gunakan untuk sewa ru­angan kecil di daerah Haji Nawi, Jakarta Selatan,’’ kata Slamet mengisahkan awal dia membangun usaha.

Celakanya, perusahaan yang didirikan pada bulan Desember 2009 itu tak berumur panjang. Teman-teman Slamet satu persatu pergi, memilih kembali kerja di perusahaan mapan. ‘’Saya diting­gal sendirian, perusahaan juga belum ada omset­nya,’’ katanya.

Keinginan yang kuat dan semangat untuk membangun usaha sendiri, membuat Slamet se­makin nekat. Setelah ditinggal sendiri oleh teman-temannya, dia mengubah nama OXA Progresif menjadi OXA Line. Dia mengajak seorang teman kuliahnya yang sudah lebih dulu jadi kontraktor. ‘’Saya ingin perusahaan yang saya bangun ini serti garis lurus, lurus jujur, tidak macam-macang,’’ katanya.

Dari temannya tersebut, Slamet dengan ben­dera OXA Line mendapat proyek pertama senilai Rp 400.000.000. Karena ini proyek pemberian, Slamet membagi dua hasil kerjaan ini dengan te­man pemberi proyek. ‘’Tahun pertama omset usaha saya baru Rp 800.000.000,’’ ujarnya.

Namun di tahun kedua, omset OXA naik men­jadi menjadi Rp 2,5 miliar. Tahun ketiga naik dua kali lipat menjadi Rp 5 miliar. Namun, jalan usaha Selamet ternyata belum bisa berjalan mulus. ‘’Ha­sil kerja keras tim yang saya bangun, disalahgu­nakan oleh orang kepercayaan saya sendiri. Lagi-lagi saya harus memulai dari titik nadir yang tidak mudah,’’ ujar Selamet.

Berbagai tantangan dan rintangan terus meng­hadang. Seperti badai yang tak henti menerjang biduk OXA yang dinakhodai Selamet setelah kem­bali ditinggalkan orang-orang yang dia percaya. ‘’Saya harus membenahi sistem keuangan yang dirusah sahabat saya sendiri. Juga mengurus pa­jak sendiri,’’ ujarnya.

Bukan hanya dibobol orang kepercayaannya, OXA juga sempat tidak mendapat proyek satu tahun penuh. Untuk membiayai operasional pe­rusahaan, Selamet pinjam ke saudata dan teman. ‘’Alhamdulillah pada tahun 2012, 2013, dan 2014 perusahaan sudah kembali normal dan mendapat­kan proyek yang lumayan,’’ ujar Selamet.

Kini, perusahaan yang dibangun dengan uang Rp 26 juta plus modal nekat itu memiliki omset Rp 12 miliar pada tahun 2015. Jika perekonomian na­sional mulai membaik, Selamet optimistis omset tahun 2016 akan mengalami pertumbuhan. ‘’Ya paling tidak kita bisa bertahan dengan omset ta­hun 2015,’’ kata pria kelahiran Riau itu.

Meski kondisi ekonomi nasional belum pulih betul, OXA tak pernah sepi dengan pekerjaan. Ba­ru-baru ini, perusahaan milik Selamit ini mendapat kepercayaan dari Alam Sutera, salah satu perusa­haan properti milik The Ning King. OXA juga ma­sih dipercaya sejumlah perusahaan BUMN antara lain Pegadaian untuk mendesain ulang geray-ger­ay rumah gadai di beberapa daerah.

Yang menarik, Slamet juga memindahkan mar­kas OXA ke daerah Pamulang, dekat pusat pemer­intahan Kota Tangerang Selatan. ‘’Di Tangerang Selatan, perusahaan properti yang mebutuhkan jasa OXA masih sangat hidup. Beberapa pengem­bang masih aktif mengerjakan proyek apartee­men dan real estate. Ini menjadi berkah bagi us­aha kami,’’ pungkas Slamet.

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================