JAKARTA, TODAY — PT Pertamina (Persero) mengklaim sudah sangat terbuka walau pun tidak go publik. Pernyataan ini disampaikan menjawab dorongan berbagai kalanagan yang meminta Pertamina masuk pasar modal. AlaÂsannya, menjadi perusahaan terbuka akan membuat Pertamina menjadi lebih transparan ke publik. Sekretaris Perusahaan Pertamina Wisnuntoro mengatakan, tanpa go public pun Pertamina saat ini sudah melakukan keterÂbukaan informasi. “Kita non listed tapi dipantau dengan kaidah go public. Meski kita tidak go publik tapi aturan perusahaan terbuka sudah kita lakukan bertahap,†ujar Wisnuntoro ditemui di Gedung Dewan Pers di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (15/11/2015).
Bahkan, lanjut Wisnuntoro, pihaknya sudah selangkah lebÂih maju dengan BUMN yang sudah listed dalam keterbukaan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Kita BUMN pertama yang MoU dengan KPK soal pelapoÂran LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara). Kita BUMN yang pertama, jadi saya kira kaidah sebagai perusaÂhaan listed sudah jalan di kita,†tegasnya.
Sebelumnya, sempat mengemuka mendorong Pertamina menjadi perusahaan go public. Dengan menjadi perusahaan terbuka, maka Pertamina bisa lebih transparan. Setiap tiga buÂlan sekali, perusahaan pelat merah itu harus melaporkan kinÂerja keuangan kepada masyarakat.
Selain itu, jika Pertamina sudah jadi perusahaan terbuka maka setiap aksi korporasi terlebih dahulu harus lapor ke peÂmegang saham termasuk publik. Masyakarat juga bisa membeli saham Pertamina dengan mudah di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pertamina menyatakan tidak bisa go public karena terikat dengan undang-undang migas. Maka dari itu, Pertamina hanya akan melepas sebagian saham anak usahanya saja ke pasar modal.
PT Pertamina (Persero) sudah selesai melakukan audit terÂhadap anak perusahaannya, Pertamina Energy Trading Limited atau Petral. Audit pertama dilakukan oleh auditor asal AustraÂlia, Kordamenta, adalah memerikasa pengadaan BBM selama 3 tahun terakhir.
Wisnuntoro mengatakan, pihaknya juga membuka keÂmungkinan kembali mengaudit transaksi Petral selama 10 taÂhun terakhir, jika ditemukan banyak praktek kolusi selama auÂdit pertama.
“Kita anggap (audit pertama) sebagai permulaan. Kalau ada temuan dan bisa dikembangkan jadi 10 tahun bisa, kita siap,†ungkap Wisnuntoro dalam diskusi ‘Energi Kita’ di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (15/11/2015).
Namun untuk melakukan audit lanjutan hingga 10 tahun terakhir, lanjutnya, Pertamina menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah sebagai pemegang saham.
“Kan belum terang apa dulu pas Petral lebih jelek atau baÂgus. Yang pasti, potret kita ada kerugian selama 3 tahun itu. Apakah akan di-trace kembali 10 tahun ke belakang itu kita seÂrahkan ke pemegang saham,†jelas Wisnuntoro.
Meski ada efisiensi setelah Petral dibekukan, Wisnuntoro enggan menyebut ada pejabat yang ikut bermain dalam proses pengadaan BBM, sebelum diambil alih divisi Integrated Supply Chain (ISC). “Ada ketidakefisienan dalam 3 tahun. Tapi saya tak bisa bilang itu (ada oknum pejabat), ini audit khusus sekali,†katanya.
(Alfian M|detikfinance)