ANDAIKAN semua sekolah taman kanak-kanak memiliki program peduli lingkungan seperti TK Kemuning Cilendek, Kota Bogor, mungkin tidak akan ada tragedi pembakaran hutan.
ALFIAN MUJANI
[email protected]
Kami ingin mengenalkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan sejak dini,’’ ujar Kepala Taman Kanak-kanak dan Kelompo Bermain KemunÂing Nurhiyat Qoriah di kantornya, Jalan Brigjen Saptadji nomor 9 Cilendek, Kota Bogor, Selasa (17/11/2014)
Salah satu cara yang dilakukan TK Kemuning adalah mengajak anak-anak langsung menyentuh alam. Kemarin, misalnya, Qori, panggilan akrab Kepala TK Kemuning dan para gurunya melibatÂkan hampir 60 muridnya dalam kegiatan membuat lubang biopori bersama koran harian Radar Bogor dan Karang Taruna. Hari minggu sebelumnya, TK Kemuning juga melakukan kegiatan menanam poÂhon bersama alumni Kehutanan E28 dan koran harian Bogor Today.
Menurut Qori, menanamkan keÂsadaran lingkunÂgan sejak dini keÂpada anak-anak sangat penting. Seperti pribaÂhasa, belajar di waktu kecil seperti mengukir di atasÂbatu. Tahan lama dan tidak akan pernah cepat lupa alias hilang. Mereka, kata Qori, diajari bagaimana bertanggungjawab terhadap alam. ‘’Mulai kita kenalkan kepada aneka jenis tumbuh-tumbuhan, pohon, lalu membuat lubang biopori seperi yang kita lakukan hari ini (kemarin, Red),’’ katanya.
Dengan dilibatkan membuat biopori, menurut Qori, anak-anak dikenalkan seÂcar langsung cara membuatnya, cara merÂawatnya, dan fungsinya bagi lingkungan. ‘’Kalau menanam pohon itu untuk mengeÂlamatkan air dan udara, maka membuat biopori untuk menampung air dan meÂnyelamatkan hewan yang hidup di dalam tanah seperti cacing dan lain-lain,’’ ujar Qori menirukan penjelasan profesor ahli biopori yang hadir dalam acara itu.
Suasana di TK Kemuning, kemarin memang berbeda dari hari-hari biasanÂya. Semua anak yang masuk sekolah dilibatkan dalam pebuatan biopori. Setiap dua anak diÂberi tanggungjawab membuat satu lubang biopori. ‘ ’Alamdulillah anak-anak sangat senang, mereka bersemangat dan tidak takut kotor memegang tanÂah pada aat bikin lubang,’’ tutur Qori. Setelah itu, mereka juga diajari bagaimana memebersihkan tangan yang kotor kena tanah.
Keceriaan anak-anak yang ikut memÂbuat biopori dapat dilihat dari gambar-gabar di halaman ini. Begitu juga para gurunya tampak aktif membimbing anak-anak. (*)