BOGOR, TODAYÂ – Satu sekolah roboh terjadi di Kota Bogor. Kali ini menipa SDN Situ Gede 4. KeÂlurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. Akibatnya, satu ruÂang kelas rusak hingga berimbas ke dua kelas lain di sekolah itu.
Salah satu guru SDN 4 Situ Gede, Rudi Hartono mengungÂkapkan, ambruknya sekolah terÂjadi pada Jumat (20/11/2015) lalu dan sebelumnya, kelas tersebut memang dalam keÂadaan rusak berat.
“Roboh sudah dari Jumat pagi, satu kelas yang ambruk. Tpi imbasnya ke dua kelas lain, jadi ada tiga kelas yang ruÂsak,” kata Rudi Hartono, Senin (23/11/2015).
Ketiga ruang kelas itu, kata dia, biasa digunakan untuk keÂgiatan belajar mengajar siswa kelas I, II, III dan IV. Beruntung, saat peristiwa terjadi, kegiatan belajar mengajar belum dimuÂlai sehingga tidak ada korban dalam kejadian ini.
“Sejak satu bulan belakanÂgan, kondisi kelas memang suÂdah rusak. Kuda-kudanya sudah keropos dan tidak kokoh lagi, makanya, kelas itu juga tidak dipakai. Sementara, siswa ditÂampung di ruas kelas yang maÂsih bisa digunakan,†lanjutnya.
Demi efisiensi manajemen serta peningkatan mutu pendiÂdikan dan memangkas tingginya anggaran di sektor pendidikan, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Pendidikan, akan melakuÂkan merger terhadap sejumlah sekolah dasar negeri (SDN).
Pengabungan beberapa sekolah dalam satu lingkup ini, masih dalam kajian.Tak hanya itu, kompetisi tak sehat yang sering terjadi pada sekolah yang berada dalam satu lingkup juga menjadi alasan rencana merger ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat mengungkapkan, merger untuk menunjang mutu pendidikan yang lebih baik di Kota Bogor. “Zaman saya masih Kepala Dinas Pendidikan, sudah saya lakukan sekolah digabung,†katanya.
Ia menambahkan, sekitar 260 SDN di Kota Bogor dengan tenaga pengajar tetap yang suÂdah berstatus pegawai negeri sipil (PNS) 300 orang.
“Kalau jumlah semua guru SDN di Kota Bogor ada 3.000 orang. Tapi PNS 300. Sisanya tenaga kontrak dan honorer. Nah dengan merger, kami haÂrapkan, ada peningkatan kesÂejahteraan gurunya,â€papar Ade.
Dirinya meminta kepada semua sekolah, agar tidak lagi melakukan pungutan ke siswa dengan dalil apapun.Pasalnya, semua biaya mulai dari buku, LKS dan lain-lainnya telah dituÂtupi dengan anggaran BOS dari nasional, propinsi dan Kota BoÂgor sendiri.
“Akan ada sanksi bagi sekoÂlah negeri yang mencoba meÂmungut uang dari siswa. Jangan cari keuntungan dengan meÂmanfaatkan celah,†pintanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Edgar Suratman menuturkan, keberadaan SD Kawung Luwuk, Bogor Utara, yang saling berdekatan, perlu digabungkan.
Di lokasi tersebut terdapat SD Kawung Luwuk I, II, III dan IV. Untuk itu, pihaknya menilai sebaiknya SD Kawung Luwuk tersebut dijadikan satu nama, yakni SDN Kawung Luwuk saja.
Edgar menambahkan, renÂcananya ada 52 SD Negeri di Kota Bogor yang akan digaÂbung.Penggabungan juga untuk memenuhi kebutuhan pengajar yang masih kurang di Kota BoÂgor.
Tenaga pengajar non PNS atau honorer diakui lebih banÂyak dari guru PNS.Untuk itu, penggabungan SD ini sangat perluan demi biaya tunjanÂgan dan gaji guru cukup tinggi.
(Yuska)